Nek Ipah

25.9K 1K 102
                                    

Seminggu terakhir ini, aku mengalami mimpi berulang yang selalu membangunkanku setiap pukul tiga pagi. Mimpi yang awalnya terlihat biasa aja. Namun ... lambat laun berubah menjadi menyeramkan.

"Mimpi apa emangnya?" tanya Ibu sesaat setelah sholat subuh.

"Mimpi tentang rumah pertama dulu, Bu." Rumah yang merupakan tempat aku dilahirkan.

"Kaya gimana mimpinya?" tanya Ibu lagi.

"Aku berdiri ...," ucapku mulai bercerita.

Mimpi itu selalu diawali dengan aku yang berdiri di sebuah gang. Gang yang sangat kukenal, menuju rumah pertama.

Kemudian, aku berjalan perlahan, masuk ke dalam gang. Dari kejauhan terlihat ada kain putih yang tergeletak di tengah gang. Semakin mendekat, semakin terlihat jelas. Kain itu menutupi sesuatu yang berbentuk seperti manusia. Langkahku terhenti,  saat bisa memastikan kalau itu memang benar-benar jenazah manusia.

Pemandangan semakin mengerikan, ketika kulihat jauh ke depan. Ternyata, bukan hanya satu, tapi ada banyak jenazah bergelimpangan. Lengkap dengan kain putih yang menutupinya.

"Pertanda apa ya, Bu?" tanyaku.

"Ya ... ibu juga gak tau, Dan," balas Ibu.

"Mungkin ada yang kangen di sana," sambung Ibu.

"Hmm ... siapa, Ya?"

"Coba kamu inget-inget lagi siapa."

"Seingetku ada yang berdiri di samping rumah. Badannya bungkuk dan pake tongkat. Masa sih dia, Bu? Kan itu dah 20an tahun lalu."

"Ya bisa jadi dia."

"Ah, Ibu! Masa dikangenin dia."

"Kenapa gak coba dibikin ceritanya aja? Siapa tau nanti gak mimpi aneh-aneh lagi,"

"Aku gak inget semuanya."

"Nanti ibu bantu."

"Terus kalau dia datang gimana?"

"Udah gede, masa takut sih."

Aku pun kembali ke kamar. Membuka laci lemari. Lalu, mengambil sebuah album foto, berisi foto-foto di rumah pertama. Bukan rumahnya yang ingin kulihat, melainkan lingkungannya serta orang-orang yang tinggal di sana. Sebuah lingkungan terbaik yang pernah kutinggali.

Aku bangkit, duduk di kursi yang menghadap laptop. Mulai, menulis cerita ini. Sebuah cerita yang terjadi di tahun 1995.

*
*

Namaku, Dani.

Kisah ini berawal saat aku baru menginjak umur tujuh tahun. Ibu sering bilang, dari umurku satu tahun agak sulit diajak ke mana-mana. Setiap kali diajak ke luar, lebih sering menangis dan mengamuk.

Kebiasaan itu akhirnya bisa hilang, semenjak aku masuk Taman Kanak-kanak (TK). Pada saat itulah aku menjadi lebih sering bermain di luar rumah, bersama kedua sahabatku, Fahrul dan Indra. Mereka berdua tinggal di samping kanan dan kiri rumahku.

Awalnya keseharianku normal-normal saja, sampai teror itu datang. Teror yang menghantui satu kampung. Sebuah teror yang menyeramkan dari sosok bernama Nek Ipah.

Siapakah Nek Ipah?

*

Nek Ipah. Seorang nenek yang tinggal sendirian di gubuk kayu, tidak jauh dari rumahku. Tepatnya di samping lapangan, belakang rumah. Ukuran biliknya tidak terlalu besar, hanya cukup untuk sebuah tempat tidur, meja kecil, lemari kayu dan area dapur. Tanpa adanya kamar mandi.

TEROR NEK IPAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang