"Dirga ... Dirga," panggilku pelan, saat Akbar sedang menonton TV."Ya." Terdengar suara dari balik jendela.
"Kenapa kamu tadi siang tiba-tiba pergi?" tanyaku.
"Kan, aku sudah bilang. Macan itu menatapku marah dan menyuruhku pergi."
"Jahat sekali dia."
"Iya."
"Terus gimana caranya supaya kamu bisa masuk ke kamar ini."
"Aku pernah masuk ke kamarmu, masa kamu lupa?"
Aku mengerutkan kening, memikirkan ucapannya itu.
"Hmm ... oh ya aku ingat, waktu kamu bilang ada yang marah itu, Kan?"
"Iya, aku hanya bisa masuk sebentar, takut si Macan itu tau."
"Jadi gimana caranya biar kamu bisa
masuk kamar ini lebih lama?""Kamu ke sini dulu! Nanri aku kasih tau."
Aku berlari ke luar kamar, menuju samping rumah.
"Dan, mau ke mana malem-malem?" tanya Akbar.
"Ke samping bentar," balasku.
"Awas loh, ada yang setan." Akbar menakutiku.
"Biarin."
Aku sudah berada di samping rumah, tapi Dirga tidak terlihat.
"Hei!" sapanya yang tiba-tiba muncul di belakangku.
"Hua!" teriakku kaget.
"Dirga, jangan muncul tiba-tiba begitu," protesku.
"Hahahaha, aku cuman mau mengetesmu, ternyata kamu masih penakut."
"Hayo, jelaskan gimana caranya?"
"Tutup matamu," perintahnya.
Seketika, udara dingin terasa di punggungku. Ditambah ada beban yang lumayan berat di pundakku.
"Sudah, kamu boleh buka mata." Aku baru sadar ternyata Dirga sudah naik ke punggungku.
"Ah, pantesan berat."
"Ayo cepet masuk ke rumah, aku tidak bisa lama-lama begini," perintahnya.
Aku masuk ke rumah, berjalan agak cepat ketika melewati pintu depan, khawatir Macan itu tau keberadaan Dirga.
"Dan! " Akbar memanggilku. Aku memilih tidak menghiraukannya, langsung menuju kamar.
"Udah, Kan? Turun dong! Berat nih," pintaku.
"Ini mau turun kok," ucapnya.
"Hihihihi, Macan itu tidak tahu aku masuk ke dalam rumah." Dirga tertawa girang.
Aku pun ikut tertawa. "Sekarang kamu sudah bisa masuk ke kamarku, Kan?"
"Iya, karena kamu sudah mengizinkan, jadi sekarang aku bisa ke luar masuk kamar ini."
"Ya udah, sekarang aku mau tidur. Hus! Hus ...."Dirga cemberut, lalu menghilang.
*
Pagi menyapa ....
"Argh." Aku berteriak
"Berisik, pagi-pagi teriak," omel Akbar yang tidur di sampingku.
Aku menggaruk-garuk kepala. "Dirga jangan muncul tiba-tiba begitu," bisikku.
"Apa, Dan?" tanya Akbar.
"Gak apa-apa," balasku.
"Lah, tadi ngomong sama siapa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
TEROR NEK IPAH
HorrorKisah tentang teror dari sosok bernama Nek Ipah yang dialami seorang anak bernama Dani (7 tahun). Tidak hanya Dani saja, bahkan penduduk kampung pun ikut diteror oleh sosok menakutkan itu. Bagaimana Dani akan menghadapi sosok itu. Apalagi setelah d...