"Sampe ketemu besok ya! Good luck!" Yedi memberi semangat, untunglah hari ini aku hanya bertemu dia, kalo ketemu Oci dan Cilli mungkin tambah pusing karena mereka pasti mempertanyakan kehadiran Asahi saat sidang, rempong!
Tiba-tiba telingaku ditutup oleh sesuatu yang ternyata adalah headphone, serta merta kucari pelakunya dan ia berdiri memamerkan senyumnya yang kekanakan.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Sayang-ku kalo manyun gemesin banget." Tukas Hyunsuk, "Tumben kamu pulang sore."
"Iya abis persiapan sidang." Jawabku seraya menyamakan langkah dengan Hyunsuk, ia menggamit lenganku sambil menatap lurus ke jalanan dan bersenandung.
"Liat deh langitnya bagus banget." Komentar Hyunsuk. "Kalo duduk di taman sampe matahari terbenam mau ngga?"
".... Boleh tapi jajan dulu buat makan malem." Jawabku, memang faktanya langit sore ini lumayan cerah berhias cahaya keemasan dikerumuni awan yang bergerak lambat; akan sayang kalau dilewatkan.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Aku mau beli burger." Hyunsuk dan aku duduk bersebelahan di ayunan anak-anak memandangi langit sore. "Kayaknya.... Ngga pernah se jingga ini langitnya tiap aku pulang kerja."
"... Aku ngga ngeh." tukasku, "Em... kamu jadi sentimental deh."
"Abisan kamu bilang setiap hari aku berubah jadi kepribadian lain." Jawab Hyunsuk, "Jadi tiba-tiba kepikiran mau liat matahari terbenam sebagai sosok Hyunsuk.... sama kamu."
Jantungku berdesir, kepribadian Hyunsuk ternyata punya sisi romantis biarpun sisi kekanakan nya masih dominan.
"Oh iya siniiin headphone aku, Yang! Yaampun aku cariin ternyata nangkring di kepala kamu hahahahaha." Tiba-tiba Hyunsuk bicara dengan suara lantang memecah lamunanku tentang betapa romantisnya dia, ah... sudahlah lupakan kalimat itu.
