20. Mom's Wish

99 15 0
                                    

haihaiii selamat akhir pekan~

besok udah senen lagi gaes, syemangat!!

dan selamat datang buat readers baru 😍

jangan lupa vote, komen dan masukkin ff ini ke reading list kalian yaaa supaya ada notif tiap story ini update ❤️

happy reading 😍

.

.

"Nih Ibu beliin daging sapi buat kamu sama Asahi kalo mau barbeque-an dirumah." Ucap Ibu mengeluarkan beberapa set daging yang terlihat mahal.

" Ucap Ibu mengeluarkan beberapa set daging yang terlihat mahal

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Eh.... Yaampun Bu kok repot repot banget." Ucap Asahi seraya menggenggam tangan Ibu merasa tidak enak, "Ini kan... mahal Bu."

"Gapapa sekali kali, sebagai tanda terima kasih." Jawab Ibu, "Karena nak Asahi selalu bantu anakku disaat ia membutuhkan, benar kan nak?"

Aku mengangguk sembari perhatianku teralihkan pada Ruru yang asik nonton tv, "Adek ga kangen kakak? Ko malah nonton tv bukan ngobrol sama kakak?" godaku.

"Dirumah ngga ada tv kabel, Ruru mau nonton kartun." Jawab Ruru polos, pandangannya begitu fokus pada layar kaca

"... Maaf ya si adek kalo udah liat tv ngga bisa di stop." Keluh Ibu, "Ngomong ngomong kalian siang mau makan apa? Kita olah aja ya dagingnya?"

"Boleh bu nanti saya bantu sebisa saya, makasih." Jawab Asahi seraya menemani Ibu ke pantry sementara aku memangku Ruru yang nonton tv, beberapa saat kemudian Asahi berbisik di telingaku.

"Kok tadi pagi bisa ketemu Ibu? Kamu abis dari mana?" tanya nya.

"Ketemu pak Romy." Jawabku seraya mengeluarkan anti-Persona dari kantong hoodie, "Dia tau kalo Ibu kesini dan inisiatif nyelesein formula yang dibuat ulang, eh... ternyata kamu balik jadi Asahi lagi tanpa ini."

Asahi menerima botol anti-Persona dari tanganku, "Kusimpen aja mungkin nanti butuh." Bisiknya kemudian berlalu.

"Ruru mau makan daging ga sama kakak?" tanyaku sembari memainkan pipinya yang kemerahan. Ia mengangguk dan kemudian memanggil Asahi.

"Kak Asahi, temenin Ruru pipis!" pintanya, serta merta Asahi bergerak cepat dari pantry menuju toilet untuk menuntun Ruru dan aku gantian bergegas membantu Ibu.

"Kayaknya dia lebih kangen Asahi daripada kamu." Komentar Ibu, "Biasanya Ruru minta tolong Ibu kalo mau pipis tapi... dia lebih milih Asahi daripada kita."

Aku tertawa geli, "Mungkin karena mereka sesama laki-laki jadi Ruru nyaman." Balasku, "Emang di umur itu Ruru butuh sosok laki-laki yang lebih dewasa Bu, jadi ngga papa mungkin Asahi bisa jadi sosok itu buat Ruru.. kalo kalian lagi main kesini."

"Ngomong ngomong.... Kalian berdua kapan ngasih kabar baik buat kami?" tanya Ibu yang fokus membuat bumbu marinasi untuk daging, "Maksud Ibu... kalian emang baru ada hubungan beberapa bulan tapi kan kalian udah cukup umur nak, daripada pacaran lama-lama."

"... Aku belum wisuda dan dapet kerja Bu." Balasku dengan hati sedikit terbeban, "Selama ini Asahi yang selalu tanggung jawab terhadap kebutuhan aku, kalo aku nuntut dia untuk nikah kayaknya... aku ngerasa kayak perempuan ngga tau diri deh Bu."

Tangan gesit Ibu terhenti setelah aku menyatakan kalimat 'tajam' tersebut dan beliau memandangku dengan pandangan iba, "... Maaf kalo kamu berpikiran kayak gitu." Ucap Ibu. "Soalnya... ya gimana ya.... Seperti yang kamu bilang nak, Ruru nyaman banget sama Asahi padahal dia bukan anak yang mudah bergaul bahkan sama Ibu."

Aku termenung, kukira setelah skripsi dan wisuda tidak ada lagi beban pikiran yang menghantui. Ternyata.... Ibu mengharap lebih terhadap hubungan kami yang mungkin belum seumur jagung.

"Udah jadi bumbu marinasi nya?" tanya Asahi yang menggendong Ruru di pundaknya, aku mengangguk kecil mencoba tersenyum seraya membatin kenapa pekan ini perasaanku penuh kegalauan.

"Nasi masih ada?" tanya Ibu kemudian melongok rice cooker, "Oh... cukup ini mah, Ibu sama Ruru makannya ga banyak kok hehe."

"Mau dibeliin yang lain Bu?" Asahi menawarkan diri namun Ibu menggeleng, kami berkumpul di ruang tv seraya ngobrol ngalur ngidul menunggu bumbu marinasi menyerap ke dalam daging selama tiga puluh menit.

"Cita-cita Ruru apa?" tanya Asahi dengan suara yang dibuat seperti anak kecil.

"Mmm.... Yang bisa buat Ibu dan kakak senang." Jawab Ruru, "Apa kak, cita cita yang bisa bikin mereka senang?"

Aku memandang Asahi yang asik bercengkrama dengan Ruru, membuatku sedikit cemburu. Bagaimana tidak? Adik kandungku lebih nyaman ngobrol dengan pacarku ketimbang kakak perempuan yang merindukannya.

"Hobi Ruru apa?" tanya Asahi lagi, "Mungkin hobi Ruru bisa jadi cita cita yang bikin kakak dan Ibu bahagia kalo Ruru udah besar."

"Ruru suka nyanyi!" cetus Ruru dengan senyum lebar, "Iya bener kak, Ruru suka nyanyi!"

"Berarti cita cita Ruru jadi penyanyi tenar." Jawab Asahi dengan jenaka, "Sering sering latihan ya Ru, biar cita cita kamu ter--"

Tiba-tiba mata Asahi membulat, kalimatnya terhenti seraya ia memegangi dadanya. Gawat.... Jangan jangan kepribadiannya akan berubah lagi? plis jangan disaat Ibu dan Ruru disini!!

"Kakak kenapa?" tanya Ruru polos, "Kenapa kakak pucet?"

"Ru... boleh duduk sebelah Ibu sini sebentar?" pintaku seraya menepuk karpet di sampingku, setelah Ruru berpindah aku menggiring Asahi ke kamar kami.

"Sahi.... Tolong.." pintaku frustasi, "Tolong jangan berubah sebelom mereka pulang.... Mana anti-Persona nya?" aku mencari botol yang sudah kuberikan pada Asahi beberapa saat lalu seraya kutatap Asahi bernafas dengan lambat dan wajahnya semakin pucat.

Aku menggigit bibir, tak mampu membendung emosi kupeluk Asahi erat, "Tolong.... Jangan berubah, temenin aku hari ini sebagai Asahi. Plis..."ucapku seraya membenamkan wajah di ceruk lehernya, jantungku berdebar kencang karena tak tahu apa yang harus dilakukan kalau ternyata Asahi harus berubah jadi sosok lain.

Beberapa saat kemudian dapat kurasakan detak jantungnya berdegup normal dan tangannya meraih puncak kepala, sontak aku mendongak dan menatap wajahnya.... Ia tetap Asahi.

 Ia tetap Asahi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

".. Aku ngga berubah Yang." Ucapnya tak percaya.

.

.

.

see you in part 2!

PERSONA • TREASURE X TRUZ ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang