Flavor 11

1.9K 141 15
                                    

Mew tersenyum, sesekali memejamkan matanya kala udara sejuk pegunungan berhembus menerpa tubuhnya. Mew bersyukur ia berada disini sekarang, jauh dari hiruk pikuk kota dan juga kehidupan lamanya. Ia merasa.... tenang. Sejak percakapannya dengan Kaownah saat itu, ia akhirnya setuju untuk pindah dan ikut bersama Kaownah tinggal di rumah Neneknya. Rumah panggung kayu sederhana yang terletak di dataran tinggi pegunungan.

 Rumah panggung kayu sederhana yang terletak di dataran tinggi pegunungan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Kamu gak dingin apa?"

Seketika Mew membuka matanya, senyumnya belum hilang, berbalik menatap laki-laki yang tengah bersandar di pintu masuk sambil melipat tangannya. "Kaow..."

Kaownah berjalan menghampiri Mew lalu ikut duduk bersama pria itu di teras rumah.

"Jujur, aku sendiri tidak pernah terbiasa dengan udara disini. Terlalu dingin aku kurang suka." Ujar Kaownah sambil sesekali menggosok telapak tangannya karena kedinginan.

"Aku justru suka disini. Terima kasih Kaow, karena sudah membawaku kesini. Nenek mu juga baik sekali sudah mengizinkan aku untuk tinggal disini, aku merasa berhutang banyak padamu. Terima kasih."

Kaownah menarik sebelah tangan Mew, menyalurkan kekuatan. "Hey, berhenti berterima kasih. Aku justru senang, karena aku bisa kamu diandalkan."

Mew balas menggenggamnya lalu mengangguk kecil. "Lalu bagaimana dengan sekolah? Aku merasa terus menerus menyusahkan mu."

Kaownah menggeleng cepat, seolah menyangkal ucapan Mew barusan. "Tenang saja. Aku sudah mengajukan permohonan kepada pihak yayasan untuk dipindahkan kesini dan untungnya mereka mengizinkan jadi tidak ada masalah. Aku belum kehilangan pekerjaan ku Mew, tenang saja. Aku masih bisa mengajar seperti biasa, dan apa kau juga ingin kembali mengajar disana? Aku bisa meminta pihak yayasan unt----" Kaownah berhenti bicara saat Mew sedikit meremas tangannya dan menggeleng pelan seolah tidak setuju dengan apa yang ia sampaikan.

"Aku senang kamu masih bisa mengajar, Kaow. Tapi, aku tidak bisa kembali mengajar disana. Aku takut tidak sengaja bertemu dengan Mas Gulf, karena, kamu tahu sendiri kan dia adalah salah satu donatur yayasan jadi setiap minimal sebulan sekali ia pasti akan melakukan kunjungan. Dan aku belum siap jika harus bertemu dengannya. Aku takut. Aku takut tidak bisa menahan diriku, aku..."

"Tidak usah dilanjutkan, Mew. Aku mengerti. Maaf aku yang bodoh karena tidak berpikir kesana, maaf." Kaownah memeluk Mew menyampaikan rasa maafnya.

"Tidak apa-apa, Kaow. Jadi, kapan kamu akan mulai mengajar?" Tanya Mew seraya melepas pelukannya.

"Minggu depan. Dan mungkin aku akan tinggal di yayasan karena tidak mungkin aku setiap hari pulang pergi dari sini ke sekolah karena jarak dari rumah Mbah ke pusat kota cukup jauh jadi aku memilih untuk tinggal disana. Tenang saja, aku akan pulang setiap akhir pekan. Jadi, baik-baik ya disini sama sama Mbah ku hehe. Oh iya, jaga dia juga." Lanjut Kaownah seraya menunjuk perut Mew.

Mew tersenyum lalu mengangguk mengiyakan.

"Le reneo mlebu, wes bengi ki angine adem marai masuk angin lho." Suara si Mbah menghentikan percakapan kedua sahabat itu.

LITTLE THINGS (GULFMEW)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang