My Beloved Brother ☺️

2.7K 185 7
                                    


Hai meung 😁
Aku abis liat more than friends terus jadi mau bikin chapter ini.

Enjoy! ☺️


Mew sedang bersiap untuk pulang karena shiftnya sebentar lagi akan habis. Ia bekerja sebagai kasir di sebuah swalayan yang buka 24 jam, ia berjalan menuju lokernya kemudian mengganti seragam kerjanya dengan  sweater abu-abu dan celana jeans yang sudah terlihat buluk.

"Mew, shift mu udah selesai?" Tanya sebuah suara dibelakangnya.

Mew menoleh, mendapati Joss, rekan kerjanya yang juga sudah mengganti seragamnya dengan baju biasa. Sepertinya Joss juga sudah selesai, pikirnya.

"Iya. Aku duluan ya. Takut ketinggalan bus lagi hehe... dah Joss." Mew pamit sambil berlari kecil meninggalkan Joss didepan loker.

Joss tersenyum tipis melihat tingkah Mew yang seperti anak kecil.
"Padahal mau ku tawarin pulang bareng biar irit ongkos, tapi tuh anak udah kabur duluan, yaudah deh."

Joss merasa konyol sendiri, ia mengunci lokernya kemudian beranjak untuk pulang juga.


🌞🌞🌞🌞🌞


Mew berjalan melewati zebra cross  menuju halte. Berdiri diantara orang-orang yang juga sedang menunggu bus terakhir sama sepertinya. Mew mengambil ponsel disaku sweaternya, panggilan dari 110 membuatnya segera mengangkatnya.

"Ya, benar. Saya mengerti. Baiklah. Saya akan segera kesana."

Mew menutup teleponnya. Panggilan dari kepolisian yang mengabarkan bahwa Gulf, adiknya terlibat dalam perkelahian membuatnya gelisah dan juga khawatir. Ia memutuskan untuk menaiki taksi, sebisa mungkin untuk cepat sampai di kantor polisi.

Mew menutup pintu taksi dengan kasar, kemudian sedikit berlari masuk kedalam kantor polisi itu. Mengedarkan pandangannya, lalu menemukan Gulf yang sedang duduk sambil diinterogasi polisi. Gulf yang menyadari kedatangannya, menatap Mew dengan tatapan bersalah.

"Maafin aku. Tapi aku gak salah. Dia duluan yang mulai." Ucap Gulf membela diri, sambil menunjuk anak laki-laki disampingnya. Tangan kirinya digips dan ada beberapa luka lebam di wajahnya.

"Tapi bukan berarti kau bisa melakukan kekerasan padanya anak muda."

Gulf berbalik menatap polisi didepannya, melakukan pembelaan.

"Sudah ku bilang dia dul--..."

"Diam."  Mew akhirnya bersuara. Dia sama sekali tidak melihat adiknya. Tetapi justru melihat anak laki-laki yang digips itu. Anak itu tidak sendirian, ada wanita paruh baya disampingnya.

"Kamu Kakaknya? Apa kamu tidak bisa mendidik adikmu? lihat, apa yang sudah dilakukan adikmu pada anakku. Bagaimana kalau dia cacat, hah?!" Ucap wanita itu penuh emosi. Matanya menatap nyalang Mew yang menunduk di depannya.

" Maafkan aku." Ucap Mew sambil membungkuk dalam.

"Kamu pikir membungkuk akan cukup?" Jawab wanita itu semakin menyudutkan Mew.

Mew diam. Wanita itu benar. Membungkuk saja tidak akan cukup, ia kemudian berlutut meminta maaf. Berharap wanita itu bersedia untuk mencabut tuntutannya, menyelesaikan masalah ini dengan jalan damai.

Gulf merasa buruk. Melihat Kakaknya berlutut seperti itu membuatnya marah, tanpa sadar tangannya mengepal kuat. Ia marah karena ia lemah. Ia marah karena tidak bisa berbuat apa-apa.

Wanita itu menghela nafas kasar, berkata kepada polisi itu bahwa ia mencabut tuntutannya. Menarik tangan anaknya untuk pergi.

"Orang miskin seperti kalian seharusnya tidak mencari masalah, cih!" Ucapnya menyindir sebelum benar-benar pergi.

LITTLE THINGS (GULFMEW)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang