Part 13

28 2 3
                                    

Assalamu'alaikum wr.wb,
Apa kabar semuanya? Setelah 6 bulan lebih karantina, aku baru bisa balik nulis lagi disini🤗
Jan bosen ya, bantu support please😅🙏

***

"Kita tidak bisa hidup sendirian di dunia ini. Kita harus mengesampingkan ego diri sendiri, demi bersosialisasi dengan orang lain."

-Reiger-

***

Areina berjalan menyusuri lorong salah satu gedung penerbitan di belahan kota Jakarta. Di ujung lorong, seorang perempuan berjilbab abu muda sedang melihat ke arahnya dengan tangan bersedekap di depan dada.

Areina menyengir kuda setelah sampai di hadapan perempuan itu. "Maaf ya Mbak, aku telat ngeditnya. Besok-besok langsung kirim ke emailku yang soft copy-annya aja deh, jangan naskah print-out kayak gini, hehehe," ucap gadis itu.

Salsa hanya menggeleng. "Rei, Rei, orang kemarin yang minta ribet kayak gini tuh kamu sendiri. Kan sudah Mbak bilang, buat editor freelance kayak kamu, lebih baik ngedit naskah yang Mbak kirim lewat email, daripada naskah yang udah di print-out. Kan bakalan ribet dua kali nanti, Rei."

"Iya Mbak, makanya sekarang aku minta dokumen mentahnya aja. Biar fokus juga sama sidang skripsiku nanti." Areina tersenyum tipis.

"Skripsi kamu udah diterima? Waah alhamdulillah... Selamat ya, Rei, akhirnya perjuangan kamu selama ini membuahkan hasil. Jujur deh, Mbak ikut seneng dengernya," kata Salsa sambil menepuk pelan bahu kiri Areina.

"Iya Mbak, mohon do'anya buat sidang nanti. Oh iya Mbak, Gerald masuk kerja gak, hari ini?"

"Ada tuh, di dalem. Kamu gak mau masuk? Oh iya Mbak lupa bilang, kalo meja kamu diberesin sama Gerald kemarin. Kata dia berantakan, takut kamu makin pusing ngurus semua pekerjaan kalo kamu ngeliat meja yang gak rapi. Cieee, yang diperhatiin sama pangeran," goda Salsa. Perempuan itu menoel-noel pipi Areina, walau ia tahu bahwa Areina sedikit risih diperlakukan seperti itu.

"Apaan sih Mbak, yang profesional dong. Dia kan sebagai partner yang baik, makanya ngebantu dikit. Aku cuma mau kasih ini kok, tolong disampaikan ya," pinta Areina. Salsa menerima lipatan kertas bertuliskan 'Terima Kasih' itu dengan dahi berkerut.

"Perasaan Mbak baru cerita deh, kok kamu udah nyiapin tulisan ini sih, Rei? Apa jangan-jangan kamu udah tau sebelumnya, kalau Gerald bersihin meja kamu?" mata Salsa menyipit, memastikan kebenaran dari mata Areina.

"Mbak Salsa sok tau deh. Aku nyiapin kertas ini karena ada hal lain. Nah, karena Mbak barusan cerita kayak gitu, jadi pas deh, makasihnya dua kali. Udah ya Mbak, Rei pergi dulu. Makasih buat waktu nunggu sama waktu ngejelasinnya, aku pamit. Assalamu'alaikum," Areina tak mau pembicaraan ini menjadi panjang, jadi ia memutuskan untuk segera pamit dari hadapan perempuan yang sudah terbilang dekat dengannya selama kurang lebih 2 tahun ini.

"Besok kita makan malam bareng ya, Rei. Mbak traktir deh!" Areina tersenyum dan mengacungi jempol mendengar ucapan Salsa. Lumayan juga, penghematan, batin gadis itu dan segera berlalu untuk kembali ke kosnya.

***

Malam ini Areina mulai mempersiapkan sidang skripsinya. Gadis itu membuka beberapa catatan yang sekiranya sangat dibutuhkan untuk kelengkapan materi yang ia bawakan nanti. Belum selesai ia membaca tuntas materi yang ia dalami, tiba-tiba ponselnya berdering, dan nama Gerald muncul disana. Areina segera mengangkat panggilan itu. Barangkali ada yang penting, pikirnya.

"Assalamu'alaikum, Na. Tadi kamu sempet ke kantor ya, buat ngasih naskah ke Mbak Salsa? Kok gak mampir ke dalem? Terus itu kertas yang kamu titipin ke Mbak Salsa maksudnya buat apa?" Gerald langsung memberondongi Areina dengan banyak pertanyaan sebelum gadis itu menjawab salamnya.

ReigerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang