Part 12

31 2 0
                                    

"Gue emang gak tau apa yang lo rasain, karna gue gak pernah jadi lo. Lo juga gak tau apa yang gue rasain, tapi setidaknya gue mau berbagi rasa peduli gue ke elo, Arei."

-Eigerian Athala Faruqi-

___________

Skipsi Areina baru saja di terima oleh dosen pembimbingnya. Bulan depan gadis itu sudah diperbolehkan sidang skripsi. Betapa bahagianya ia saat ini. Perjuangannya kerja paruh waktu untuk membiayai kuliahnya sendiri selama 3 tahun di Jakarta membuahkan hasil. Hanya menunggu hingga wisuda nanti, setelah itu Areina akan bebas mengelana sesuai kata hati.

Gadis itu bergegas pergi dari ruangan dosen. Waktu menunjukkan pukul 1 siang, sudah waktunya ia bekerja di salah satu tempat yang selama 3 tahun ini menerimanya dengan baik.

"Areina!" di tengah jalan menuju gerbang keluar, seorang gadis memanggilnya dengan suara yang cukup lantang, hingga menyebabkan beberapa mahasiswa menoleh heran.

Areina memutar bola mata jengah. Setelah gadis yang baru saja memanggilnya itu tahu bahwa mereka satu kampus—padahal saat mereka mendaki waktu itu Areina merahasiakan soal kampusnya, ia terus mendekati Areina tanpa kata lelah.

"Kenapa?" tanya Areina malas setelah gadis itu sampai di hadapannya.

"Lo bisa gak, temenin gue ke toko vintage?" tanyanya. Mendengar kata vintage, Areina sudah pasti tahu, bahwa toko itu menjual barang-barang antik dan secondhand.

"Gak bisa, Sin, sorry," tolak Areina. "Gue harus kerja."

Gadis itu menghela napas pelan, "yaah... Padahal gue pengen banget pergi ke toko itu."

"Besok-besok aja ya Sina, gue harus buru-buru kerja. Daah...." Areina bergegas pergi meninggalkan gadis yang dipanggilnya Sina itu. Ya, Sina. Gadis yang baru dikenalnya saat mendaki ke Gunung Penanggungan bulan lalu.

Setelah sampai, ia merangkap bajunya dengan seragam khusus karyawan. Topi yang ia simpan di dalam ranselnya di pakai, menutupi rambut gadis itu agar tidak kesulitan saat bekerja.

"Rei, tolong lu urus mobil hitam yang di sana ya," pinta bosnya yang disanggupi oleh gadis itu. "Kuncinye ada di dalem!" lanjutnya.

Ia membawa peralatan bengkel dan langsung memperbaiki kerusakan yang ada pada mobil itu. Kabel starter-nya putus, akinya bocor, ban depan mobil pecah, dan salah satu sisi mobil itu peyok. Mungkin habis kecelakaan, pikir Areina.

"Mas Aryo!" panggil Areina pada salah satu rekan kerjanya. Laki-laki berambut cepak yang bernama Aryo itu mendekati Areina.

"Kenapa?" tanyanya. Areina menyengir kuda, "bantuin angkat bannya." Aryo dengan senang hati membantu gadis itu mengangkat ban mobil yang akan di ganti dengan yang baru.

"Makasih." Setelah urusan selesai, Aryo meninggalkan Areina yang kembali mengeksekusi mobil sport hitam itu.

"Arei?" sebuah suara yang dikenalnya cukup baik mengganggu aktifitas gadis itu. Ia hanya melirik sebentar, kemudian melanjutkan pekerjaannya. Malas jika harus meladeni orang yang tidak berkeperluan penting.

"Lo kerja disini?" tanya laki-laki itu sedikit terkejut. Areina hanya bisa berdehem pelan.

"Hei, lo beneran kerja? Di bengkel?" tanyanya lagi dengan nada heran. Areina sedikit kesal, memangnya dia tidak punya mata sampai-sampai bertanya dua kali?

"Lo gak liat, gue lagi ngapain?" tanyanya jengah.

"Enggak," jawab laki-laki itu mulai usil.

"Aahh... Udah-udah. Pergi sana lo, gangguin aja deh," usir Areina. Laki-laki itu masih berdiri di samping Areina, memperhatikan gadis itu mengutak-atik mesin mobil.

ReigerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang