Part 9

42 3 0
                                    

"Hasil yang kita perjuangkan, tidak akan pernah mengkhianati usaha yang kita maksimalkan."
- Reiger -
__________

***

"Aku berhenti disini aja ya, hosh... Hosh... Hosh...." Perkataan Bima sukses membuat mereka menoleh ke arahnya.

"Kenapa?" tanya Sina.

"Udah gak sanggup, apalagi jalannya kayak gini, pagi-pagi buta pula," ucap Bima sambil mengusap dahinya yang sudah berkeringat.

"Justru kalo pagi itu, kan, enaknya di pake olahraga Bim," sahut Satria.

"Olahraga pagi sih iya. Masalahnya, tadi kita mulai itu jam 3 pagi! Olahraga apa yang waktunya jam segitu?!" Mata Bima melotot ke arah Satria. Lagi-lagi mereka tertawa mendengar ocehan Bima, walau mereka sendiri juga merasa lelah.

Angga sengaja mengajak mereka memulai perjalanan ke puncak jam 3 pagi, agar mereka bisa melihat dengan jelas dan merasa puas saat matahari terbit nantinya.

"Udah ah, kak Bima. Ayo lanjut aja, nanggung tau tinggal berapa meter lagi," ucap Karin. Gadis itu memang yang paling muda diantara semuanya, makanya tak heran jika dia memanggil mereka dengan sebutan 'kak'.

"Berapa meter apanya?! Orang jalannya aja terjal begini. Kamu kan, enak, udah pernah ndaki sebelumnya," jawab Bima.

"Ih, kata siapa? Karin kan udah pernah bilang, ini pertama kalinya Karin ndaki." Karin merapikan rambutnya yang sedikit berantakan.

"Yo wes, ayo lanjut. Sorry yo rek, kalo aku bikin lama perjalanan kalian," ujar Bima.

"Kita hidup di alam bebas kayak gini itu, biar kita lebih paham lagi, Bim, apa arti kerjasama antar teman yang sesungguhnya," jawab Eiger. "Kalo lo emang terpaksa berhenti dan gak mau ngelanjutin perjalanan lagi, ya mau gak mau kita harus mempertimbangkan, mau lanjut sampai puncak atau enggak. Atau kalau ada yang sakit, hipotermia misalnya, dan emang harus di jagain banget, bahkan sampai terpaksa harus turun ke basecamp, ya mau gak mau kita juga harus siap sama resiko itu. Karena, keselamatan dan kerjasama tim itu dibutuhin banget, di alam bebas kayak gini."

"Ekhem! Sederhananya sih, gitu," imbuh Eiger setelah berdehem.

"Oke deh, makasih buat semuanya. Yaudah yuk, lanjut."

Mereka melanjutkan perjalanan. Rasa lelah memang seringkali menghampiri mereka, tapi hasil akhir yang memuaskan yang akan mereka nikmati ketika sudah berlelah-lelah menjalani sebuah proses.

Terkadang kita berpikir, jika proses atau usaha kita tidak maksimal, maka hasil juga tidak akan memuaskan. Dalam hidup juga sudah digariskan. Jika kita tidak memikirkan proses dan mengusahakannya dengan sepenuh hati, maka hasil yang kita dapatkan juga tidak seindah apa yang kita bayangkan. Karena, hasil yang kita perjuangkan tidak akan pernah mengkhianati usaha yang kita maksimalkan.

***

Pukul 04.18 wib mereka sudah sampai di Puncak Pawitra yang merupakan puncak dari Gunung Penanggungan.

Areina yang merasa kakinya sudah mau patah langsung menjatuhkan diri dan terduduk lemas. Semalam setelah pergi ke puncak bareng Eiger, gadis itu baru mengistirahatkan diri jam 11 malam, karena kaki kanannya sedikit membengkak setelah tersandung batu dan keseleo saat mereka turun.

Tadi Eiger yang mengetahui kejadian semalam juga sempat melarang Areina untuk kembali ke puncak, karena kondisi kakinya yang mengkhawatirkan. Tapi, gadis itu tetap keras kepala dan tetap berjalan seperti biasa, seperti tidak ada kejanggalan sama sekali. Padahal, gadis itu merasa kesakitan. Sebelumnya gadis itu juga berpesan pada Eiger, agar Angga dan yang lainnya jangan sampai tahu akan hal ini, karena gadis itu tidak mau merepotkan mereka, terutama Angga tentunya.

ReigerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang