“Yeaaaaayyy!! Ibu! Ali dapat rangking 1 lagi!” Ali berteriak kegirangan sambil melompat – lompat setelah mendapat raport kenaikan kelas yang diambilnya bersama sang ayah.
“Waaah, pintarnya anak Ibu. Kamu mau dibelikan apa, Li?” tanya Ibu sambil membelai kepala Ali.
Ali menggeleng “Ali nggak minta apa –apa, Bu. Ali cuma ingin Ibu bahagia selamanya”
Prilly menundukkan kepalanya dalam – dalam. Ia berharap tidak terlihat kali ini, Ia merasakan takut yang luar biasa, Ia takut di marahi karena mendapat rangking terbawah seperti biasanya.
“Bagaimana dengan raportmu, Prill? Kamu dapat rangking?”
Prilly menggeleng, “Maaf, Bu. Prilly nggak dapat rangking. Tapi, nilai olahraga Prilly bagus kok, bu. Dapat 98!”
“Oh, ya? Bagus dong” Jawab Ibu tersenyum
“Loh, Ibu nggak marah?” Tanya Prilly
Ibu menggeleng, “Untuk apa? Ibu bangga sama kalian berdua. Kalian punya kelebihan masing – masing. Ali, jaga adikmu ya. Ibu mau pergi dulu”
Tiba – tiba Ali dan Prilly berada di lorong yang panjang, Ibu pergi menjauh, dan Ayah pun tidak terlihat ada dimana. Prilly menangis tersedu – sedu karena ketakutan
“Ibu mana, Li?” Tanya Prilly sesegukan.
Tiba – tiba Ali lenyap, Prilly sendirian di lorong ini. Lorong yang tidak ada ujungnya dan semakin lama semakin gelap.
“Ahhhh!!” Teriak Prilly. Ternyata hanya mimpi.
Prilly mengedarkan matanya setelah berhasil bangun dari pingsannya. Ia berharap mendapatkan tindakan terbaik dari tim medis, atau mati sekalian mengingat rasa panas seperti terbakar di kakinya betul – betul menyiksa.
Tapi harapannya pupus ketika menyadari dirinya tidak berada di rumah sakit, melainkan di sebuah gang kumuh. Dan Ia terlentang beralaskan lembaran kardus.
Prilly berusaha duduk tanpa membuat kakinya bergerak, dilihatnya seperti gelembung berwarna kuning pucat berisi air di sekujur kakinya, belum lagi bercak merah muda di kulitnya membuatnya semakin terlihat mengenaskan. Dan sepertinya kakinya baru saja di taburi tepung. Banyak bubuk warna putih di sekitar kakinya.
“Ini gue lagi di Gun Gale Online ya?” Prilly berbicara pada dirinya sendiri. Kesepian membuatnya sering ber-monolog ria. Ia bahkan berfikir ada orang lain dalam dirinya yang Ia namakan illy.
Tiba – tiba seseorang yang sepertinya tidak jauh di belakang Prilly berteriak. “Li, Prilly sadar!”
Prilly yang terkejut langsung memutar kepalanya, ternyata Cinta. Ali yang mendengar teriakan Cinta tentang Prilly, berlari kecil ke arah Prilly.
Prilly tidak mengelak jika Ia dikatakan mengharap senyum kebanggaan dari Ali setelah aksinya berusaha menyatukan kembali keluarga Cinta. Setidaknya masih ada yang membanggakannya setelah dirinya sendiri.
PLAAAKK
Prilly melongo mendapati pipinya terasa panas, dirabanya pipi mulus yang diperkirakan kini terdapat bekas merah tangan itu. Ali menamparnya.
“Ali stop!!” Perintah Cinta dari kejauhan.
Prilly tidak mengalihkan pengamatannya dari wajah Ali. Terpampang emosi di wajah Ali, terlihat dari rahangnya yang mengatup keras, wajah memerah, dan mata yang setengah melotot.
“Mau sok pahlawan lo?! Lo kira lo Superman bisa nyelamatin nyawa orang lain?! Lo tahu akibat perbuatan lo itu? Kenapa sih lo itu gak pernah melakukan sesuatu dengan berpikir lebih dulu?” sembur Ali.