Peri Jahat

2.4K 63 19
                                    

Setelah perjuangan menahan nyeri di pipi yang terus berdenyut selama sekitar 1 jam setengah, Prilly sampai di tempat tujuan. Di rumah Budhe Asti. Kakak dari Ibu yang paling disayanginya.

Sampai disini ternyata kata Mbak Minah-pembantu di rumah budhe yang lemotnya innalillah- Budhe sedang tidak di rumah, ternyata budhe memang ada keperluan. Dan mbak Minah langsung menggiringnya ke kamar yang sengaja di siapkan Budhe.

kamar yang disiapkan lumayan luas, dan di dominasi warna biru. Wallpaper garis garis warna biru laut dan putih, lemari warna biru tua, meja belajar warna biru laut, sprei gambar doraemon, dan aksesoris biru lainnya. Budhe niat banget rupanya.

prilly menghempaskan tubuh di kasur doraemon, rasanya lelah sekali, lebih tepatnya lelah dalam urusan batin. Bagaimana keadaan Jakarta sekarang, ya? Apa sudah banyak orang yang lebih memilih sepeda? Bagaimana dengan tol – tolnya? Apa sekarang disana masih siang seperti disini?

Lagu Moving On milik Killing Me Inside tiba – tiba mengalun dari handphone Prilly, ada telepon! Nama Ali tertera di layar, Prilly langsung menegakkan tubuh dan bicara setenang mungkin, berusaha tidak mengingat bahwa 3 jam yang lalu dia sudah menciumnya. Dua kali!

“Halo” Sapa Ali di seberang sana

“Halo juga” Jawabku yang terdengar cangung

Hening sesaat.

“Cuacanya cerah ya?” Tanya Prilly berusaha menepis keheningan.

“Hahaha, lo kaya udah nggak ketemu gue 5 tahun aja, pake ngomongin cuaca. Gue telepon lo, Cuma mau nanya sesuatu aja” Di kalimat terakhir, Ali terdengar serius.

“Apa?”

Hening untuk beberapa saat, sepertinya ini benar – benar serius.

“Gimana rasanya bibir gue? Manis nggak? Soalnya tadi pagi gue habis olesin bibir gue pake madu satu gentong. Hahaha”

Wajahku sontak memerah, apa yang dibuat bahan candaan oleh Ali benar – benar membuatku malu.

''Hell No! Kalau lo lanjutin perbincangan ini, gue marah!"

''Harusnya gue yang marah, Prill. You stole my first kiss!"

''Dan lo nggak nolak"

Klik! Prilly memutus sambungan teleponnya secara sepihak. Dan mematikannya.

Ini semua salahku, aku terlalu dramatis sampai – sampai melakukan hal seperti itu.

BLAKK!! Bunyi daun pintu yang di banting.

“Prilly! Ternyata kamu sudah datang, nak. Budhe pikir kamu masih tersesat” Dasar Budhe, heboh banget sampai banting – banting pintu.

“Budhe tadi ada keperluan apa sih? Sampe nggak jemput Prilly” Tanyaku manja dan bergelayut di lengan Budhe.

“Tadi budhe ngurusin pindahan sekolah kamu, tau! Kamu dulu di suruh tinggal sama Budhe nggak mau. Eh, sekarang malah dadakan maunya” Yaa, dulu Budhe memang menawariku tinggal bersamanya sewaktu kelas 5 SD, maklumlah Budhe tidak punya anak karena Budhe memang tidak punya suami sampai di usianya yang sudah emas ini.

“Kehidupan sekarang udah beda, Budhe. Jakarta sekarang nggak asik. Nggak bisa turunin salju”

“Yee, emangnya disini bisa turunin salju. Kamu udah makan siang belum? Budhe bikin rendang lho hari ini. Makan yuk! Habis itu kita pergi beli buku buat kamu sekolah besok”

“Aaah, Budhe nggak asik! Masa baru pindah udah sekolah sih” Aku memanyunkan bibir

“Hei! Kamu habis ini UNAS, sayang. Harus belajar, ayo semangat! Masa kalah sama Ali. Budhe denger semesteran kemarin Ali dapat rangking lagi, kamu nggak iri apa?” Duh! Ali lagi Ali lagi. Dia minum pelet apa sih, sampai sampai semua orang kesengsem sama dia.

Aku Dalam JeratWhere stories live. Discover now