Author POV
Seminggu setelah hari kematian Ibu, Prilly memutuskan menghabiskan satu semester terakhir SMA nya di Surabaya bersama budhe nya, alasannya adalah Ibu dan Ali. Tidak ada penolakan dari Ayah ataupun Ali, mungkin mereka masih enggan berbicara setelah kematian Ibu yang mereka sadari setiap orang mempunyai andil.
Kaki Prilly masih diperban, namun dokter mengatakan bahwa luka bakarnya akibat air keras memang luas, namun tidak begitu parah karena sudah diberi pertolongan pertama secepatnya dengan air serta soda kue.
Ali menceritakan pada Prilly bagaimana Ali bisa tau keberadaanya. Saat itu Ali sedang menjemput Cinta yang menangis di taman, dan tiba - tiba ada nomor yang tidak dikenalnya menelepon.
"Cepat ke rumah tua di Jl. Veteran gang 5 kalau masih mau melihat saudari kembarmu berjalan" Ucap seseorang di seberang sana
Ali yang panik langsung menarik tangan Cinta berlari menuju rumah tua yang lokasinya tidak jauh dari tempatnya berada saat itu. Ali menemukan Prilly dalam keadaan kakinya seperti habis terbakar dan Pak Thomas berjongkok tidak jauh dari Prilly.
Melihat itu, Ali sebagai kakak seketika naik darah pada Pak Thomas yang diyakininya membuat adiknya terluka, dan Ali menonjok Pak Thomas tanpa ampun.
Cinta terus berteriak memerintah Ali agar berhenti, namun Ali yang seperti kesetanan terus melancarkan pukulannya. Dan ketika Ali sudah kelelahan.
"Tolong balurkan soda kue ini ke kaki kirinya, aku belum sempat menyelesaikannya karena kau tiba - tiba memukulku tadi. Bagaimanapun, dulu dia sahabatku, yang sudah kuanggap anak sendiri" Ucap Pak Thomas memberikan bungkusan soda kue kepada Ali lalu menyeret kakinya untuk pergi.
Begitulah bagaimana Prilly mendapatkan pertolongan pertamanya dari sahabat lamanya.
Prilly POV
Hari ini adalah hari keberangkatanku meninggalkan Jakarta menuju Surabaya, diantar oleh Ali dan Ayah menuju bandara.
Aku sudah memikirkan berkali - kali tentang keputusanku ini, aku tidak mau terus egois dengan mempertahankan perasaanku yang terus membawa bencana ini. Aku akan berusaha menguburnya dengan membawanya jauh dari sumbernya, Ali.
Ku peluk ayahku erat "Yah, aku pergi ya. Maaf atas semua sikap Prilly selama ini, Prilly bukan anak baik" Aku hampir meneteskan air mataku
"Semua anak ayah adalah anak baik. Kamu jangan bicara seperti itu" Kata ayah sembari menangkup pipiku dengan kedua telapak tangannya.
Aku menundukkan kepala, mempersiapkan salam perpisahan pada orang yang ku cinta setelah Ayah dan Ibu, yaitu Ali.
"Li..
"Gue minta maaf sama perkataan gue tempo hari" Ucap Ali memotong perkataanku
Aku hanya menggeleng dan tersenyum. Ali terus menggigit bibir bawahnya, Ia terlihat khawatir akan sesuatu.
"Lo kenapa?" Tanyaku
"Lo kenapa ke Surabaya sih? Kenapa nggak di Bandung, kan ada Tante Rima. Kenapa jauh banget?"
"Kalau masih bisa di jangkau sama lo justru bahaya. Lo mau gue terus - terusan cinta sama lo? Lo pengen gue nikahin?" Cecarku, Ali hanya menunduk menyembunyikan wajah di balik topi yang dipakainya.
"Udahlah, gue langsung aja. Yah, Li, terimakasih. Aku pergi dulu" Ucapku langsung meninggalkan Ayah dan Ali. Baru saja mau melangkah, aku menghentikan langkah saat Ali menarik lenganku.
Ali menarikku menjauh dari ayah lalu memakaikan topi yang dia pakai tadi ke kepalaku.
Kemudian Ia memandangku lama "Prill, gue sayang sama lo, jangan pergi"