Salam Perpisahan

2.3K 72 0
                                    

Pukul 14.45

Jam pelajaran di kelas Prilly ternyata berakhir lebih cepat dari biasanya. Setelah berpamitan dengan Cinta yang sepanjang hari ini terlihat sangat senang, Prilly langsung menghampiri kelas Ali. Ternyata, kelas Ali belum berakhir.

Prilly memutuskan untuk pergi ke kantin sembari menunggu kelas Ali berakhir. Di kantin, Prilly kelepasan menghabiskan 7 buah pisang goreng. Sepertinya, Ia benar - benar lapar kali ini.

"Belum mau pulang, Neng?" Tanya Bapak penjual pisang goreng

"Belum, Pak"

"Waduh, saya sudah mau pulang, Neng. Kios yang lain juga sudah tutup"

Prilly dengan segera mengeluarkan selembar 10.000 untuk diberikan kepada bapak penjual gorengan yang sudah gelisah ingin pulang. Prilly menengok jam tangannya yang ternyata sudah menunjukkan pukul 15.10

"Ini kembaliannya. Memangnya kenapa belum pulang, Neng?"

"Nunggu kakak, Pak. Kebetulan tadi belum selesai pelajarannya, jadi saya kesini" Jawab Prilly dengan ramah seperti biasa.

"Ooh, Mas Ali ya, Neng?"

Lihat? Ali memang populer, bahkan penjual di kantin mengenalnya dengan baik. Aku hanya menganggukkan kepala seperti biasa.

"Tapi, kelasnya Mas Ali sudah kosong, Neng"
Mampus! Pikir Prilly. Jangan - jangan Ali memang sudah pulang. Dengan tergopoh - gopoh, Ia langsung berlari ke kelas Ali untuk mengeceknya sekali lagi. Dan, ZONK! Kosong.

Tidak mungkin Ali tega meninggalkan adik tersayangnya. Sekesal apapun Ali, Ia tidak pernah menghukum adiknya lebih dari Ibunya. Ali tidak pernah tega. Dengan beralaskan fakta tersebut, Prilly berlari ke parkiran untuk memastikan kebenaran fakta tersebut.

"Kak! Kakak!" Panggil Prilly berharap ada yang membalasnya. Ternyata tidak ada. Kakaknya sudah pulang.

...

Dengan perasaan kesal, Prilly memutuskan berjalan kaki untuk pulang, mengingat uang di saku telah amblas. Seharusnya Ali berpikir dua kali sebelum meninggalkannya di sekolah, karena jarak dari rumah ke sekolah bisa membentuk kaki ramping menjadi talas bogor, jauh sangat!

Ketika sampai di perumahan tempat tinggalnya, Prilly mampir ke sebuah taman di tengah - tengah perumahan. Taman itu berukuran kecil, hanya ada area bermain anak - anak dan sisanya area peristirahatan yang rimbun.

Di sebuah bangku, Prilly terduduk dengan kesal saat merasakan kakinya terasa pegal. Namun, rasa kesalnya berubah menjadi perasaan lain saat melihat seorang anak perempuan jatuh dari ayunan. Belum sempat Prilly beranjak dari bangkunya, datang dengan tergopoh - gopoh seorang anak laki - laki menghampiri anak perempuan yang memasang wajah sedih dengan tatapan kosong.

Setelah 2 menit, dua anak itu tidak kunjung melakukan sesuatu.

"Mereka ngapain, sih? Malah diem aja lagi yang laki" Ucap Prilly kesal

Dengan langkah lebar, Prilly mendekati dua anak itu. Dan betapa terkejutnya Prilly, dengan kontak yang dilakukan dua anak tersebut yang ternyata adik kakak.

Tangan kecil anak perempuan tersebut terjulur ke depan seperti mencoba menggapai sesuatu "Kak, Kakak dimana? Aku tadi merasa seperti terbang sebelum jatuh disini. Kakak jangan pergi"

Yang dipanggil kakak ternyata gagu,sedikit - sedikit Prilly mengerti apa maksud perkatannya. Pada intinya anak laki - laki itu mengatakan 'kakak disini, jangan sesekali mencoba mencari tahu apapun sendiri. Kakak adalah matamu, jadi gunakanlah kakak'. Begitulah dua orang anak itu kemudian pergi, meninggalkan keharuan di benak Prilly.

Aku Dalam JeratWhere stories live. Discover now