Kamuflase

2K 64 0
                                    

ALI POV

Perasaan ini menuntunku pada kekhawatiran, ku letakkan stick PS ku dan hendak menemui Prilly. Tapi aku bertemu ayah di depan pintu kamar Prilly sambil memasang wajah sendu.

"Dia butuh istirahat" ucap Ayah sambil tersenyum

Aku menangkap makna tersirat dari perintah ayah. Prilly butuh sendiri. Jika itu dapat membuatnya nyaman, baiklah. Aku pun berbalik arah berjalan menuju kamarku untuk segera tidur.

...

Berbagai gaya tidur ku coba, tapi aku tetap tidak bisa tidur. Jam menunjukkan pukul 12 malam. Mungkin aku butuh minum.

Aku pun berniat ke dapur untuk mengambil minuman, sekedar membasahi tenggorokanku yang sedang musim kemarau.

Keadaan rumah sudah sepi dan gelap, ku nyalakan lampu dapur dan tampak disana sosok Prilly. Tunggu, dia sepertinya kesakitan sambil... sambil membawa gunting. Lantai juga berwarna merah, apa ini darah?

"Prill, lo kenapa?" Tanyaku khawatir

"Bukan urusan lo" Jawabnya sambil meringis

Ia menyibukkan diri mengumpulkan sesuatu seperti darah yang tumpah ke wadah dengan ke dua tangannya.

Ku raih gunting di tangannya dengan kasar dan membuangnya ke sembarang tempat.

"Lo mau bunuh diri, ha?! Kenapa? Lo marah sama Ibu? Ayaah? Atau gue? Nyelesain masalah ngga gini caranya! Cara lo kabur itu udah cukup kekanak kanakan! Jangan ditambah kaya gini!" tanyaku kasar.

"Ternyata otak lo cetek banget ya?! Siapa yang mau bunuh diri? Ini semua bukan darah tapi semir rambut, ini gunting buat gunting bungkusnya, dan gue kesakitan karena magh, lo gak ngerti kan? Ya iyalah, mana ada yang sadar kalo gue ada di rumah ini? Gak ada!"

Aku terdiam mendengar penjelasannya yang penuh dengan amarah di mata coklatnya.

"Dan kalau lo bilang gue kekanak-kanakan, itu karena lo gak ngerasain apa yang gue rasain. Gue berani jamin, kalau lo yang ngerasain ini, lo sebagai cowok bakal lari ke narkoba dan rokok. Dan untungnya, gue masih anak baik yang bisa kontrol diri sendiri" Tambahnya

"Kalau lo punya masalah, harusnya lo berbagi sama gue. Kita saudara, kan? Ayah dan Ibu pasti ngerti kok masalah lo" saranku dengan halus

"Ya! Mereka memang bakal mengerti, tapi itu karena lo yang ngomong, bukan gue. Coba kalau gue, mereka pasti udah nyuci gue kaya beras. Mungkin yang sebenarnya terlahir adalah lo, bukan gue. Karena gue hanya bayangan lo, yang selalu mengikuti kemana lo pergi dan diinjak - injak karena mereka tidak menyadari bahwa aku ada, setidaknya di bawah kaki mereka"

Setelah Prilly pergi ke kamarnya, aku yang masih membisu membersihkan tumpahan semir yang masih tersisa di lantai agar Ayah atau Ibu tidak curiga.

PRILLY POV

Setelah minum obat magh, rupanya sakit di perutku tidak kunjung reda. Aku memutuskan pergi ke dapur untuk meracik bahan aksiku, semir berwarna merah.

Ku buka bungkus semir itu dan dan ku buang sembarang tempat, aku mulai mengaduk semir yang telah bercampur dengan air menggunakan gunting, aku malas mengambil pengaduk lain. Saat akan kembali ke kamar, aku terpeleset bungkus semir yang ku puang sembarang tempat. Perutku jadi semakin sakit dan. BLAP. Lampu nyala.

Ternyata Ali. Dia menuduhku dengan berbagai kemungkinan di otaknya. Betapa kesalnya aku dituduh bunuh diri. Aku bukan orang yang frustasi berat, bodoh!

Dia menyarankan untuk berbagi masalah dengannya, haha! Kalau aku mengatakan bahwa aku menyukainya, dia pasti akan jijik padaku, lalu dia curhat kepada pcarnya dan pacarnya menyebarluaskan bahwa ada cewek malang yang menyukai saudara kembarnya. Posisiku akan semakin buruk dengan hal itu.

Aku Dalam JeratWhere stories live. Discover now