07. Lost Control

771 93 85
                                    

Jam 8 malam

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jam 8 malam

Dewa dan Indah baru saja sampai di Villa Andante, sebuah villa yang berada di daerah Puncak. Tak jauh dari showroom Dewa yang sedang dalam masa pembangunan—tentunya, Dewa tak turut menceritakan permasalahan yang sedang mengelilingi pembangunan showroom tersebut.

"Besok aja, ya, ngeliat showroom-nya. Udah malem ini, udah gak ada yang kerja juga." Dewa mendudukkan diri di kursi kayu samping kolam renang.

"Iya, pekerja bangunannya udah pada istirahat di rumah, ya?" Indah bertanya.

"Hehe, iya. Macet banget sih tadi lagian, sampai keram pantatku," balas Dewa seraya mulai memainkan ponselnya.

Dan Indah, yang tadinya duduk dengan agak berjarak, kini semakin bergeser saja sampai tak ada jarak lagi di antara keduanya. Gadis itu lalu memeluk tubuh kekasihnya dari samping, Dewa pun mengalungkan tangannya pada leher Indah, kemudian melanjutkan aktivitas pada ponsel.

Santai, diam. Hanya ada suara hewan-hewan malam yang ramah, bukan yang menyeramkan.

Indah diam saja, sambil menatap layar ponsel Dewa, melihat ketikan-ketikan Dewa pada teman-teman, rekan kerja, juga lain-lainnya. Iya, sudah tak ada privasi-privasi lagi antara mereka berdua.

Sudah bosan, Indah sedikit beringsut. Mengecup pipi Dewa sekilas, lantas kembali memeluk tubuh yang lebih besar darinya itu.

Dewa melirik kecil, menatap kepala Indah, sebelum mengecup puncak kepala kekasihnya itu dengan cepat.

Mereka kembali diam, menikmati sunyi yang menenangkan. Bahkan, Indah hampir tertidur sambil memeluk Dewa. Matanya sungguh sayu setelah tertutup dan terbuka berulang-ulang.

Namun si lelaki, tiba-tiba merasa gelisah.

Itu karena... bisikan-bisikan dari pihak ketiga, setan.

"Bey." Dewa memanggil pelan.

"Hm?"

Lalu, Dewa diam saja, tak mengatakan apa-apa setelah memanggil Indah.

"Dewa, Indah ngantuk, tapi laper," ucap Indah dengan suara mengantuk. Pipi masih bersandar pada lengan dan bahu Dewa yang kokoh.

"Iya, nanti aku beliin makanan, ya. Di deket-deket sini banyak kok yang suka jualan sampai larut," jawab Dewa.

"Iya."

Layaknya mata elang, kedua mata Dewa menyelinap, menelisik setiap lekukan tubuh sang kekasih. Apalagi, dengan keadaan yang menempel seperti ini... perasaan pria itu semakin gelisah tak menentu saja. Dasar!

Tidak, Indah tidak mengenakan pakaian kurang bahan. Gadis itu memakai celana jins panjang, kaos Polo biru tua sampai lengan, ditambah balutan kardigan berwarna magenta. Namun, kardigan itu sudah dilepasnya saat sampai di villa.

DEWA-NYA INDAH ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang