08. Indah and Dewa's Hopes

492 83 93
                                    

Dewa dan Indah sampai di Jakarta lagi pukul 7 malam, setelah memulai perjalanan pulang dari Puncak ke Jakarta pukul 4 sore.

Mereka berdua sempat makan dua kali sebelum memutuskan pulang ke Jakarta setelah Dewa mengabulkan permintaan Indah untuk melihat showroom miliknya yang baru setengah jadi itu. Langsung mengantarkan Indah pulang ke rumah super mewahnya, sebelum ia pulang ke rumahnya sendiri, yang tak kalah mewah juga.

Begitu sampai Indah di rumah, ia melihat papanya sedang berkumpul dengan 4 rekan-rekan bisnisnya di ruang tamu. Mengobrolkan pekerjaan, membuat wajah-wajah mereka jadi serius. Indah hanya mencium tangan papanya saja, lantas bergegas pergi ke kamarnya di lantai dua.

Tak bisa dipungkiri, kecantikan Indah yang begitu paripurna selalu tak bisa membendung sorot mata kekaguman dari orang-orang, tak terkecuali rekan-rekan bisnis papanya sekarang. Sejak dulu sampai sekarang—semakin Indah melewati umur 18 tahun, semakin cantik saja ia kelihatannya.

"Pa, Indah ke kamar, ya," pamit Indah pelan setelah mencium tangan.

Perempuan itu pun berlalu dari sana. Menaiki tangga dan berjalan lagi menuju kamarnya. Tiba di kamar bernuansa manis itu, Indah langsung membanting tubuh lelahnya ke atas empuknya kasur ranjang.

 Tiba di kamar bernuansa manis itu, Indah langsung membanting tubuh lelahnya ke atas empuknya kasur ranjang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sambil menatap langit-langit kamar, Indah tak bisa berhenti mengingat-ingat kejadian kemarin malam. Tentang bagaimana ia dan Dewa yang akhirnya melakukan hal itu setelah 8 tahun berpacaran. Tentang bagaimana rasanya, sakitnya, nikmatnya, kemudian kebimbangannya.

Bagaimana kalau Papa tahu? Apa Papa akan memarahi Indah?

"I wanna make love, not just to have a sex. The two things are extremely different, in case you didn't know." Ujaran Dewa malam itu melintas di rungu Indah.

Indah menghela napas. Dewa begitu mencintainya. Meski dalam keadaan bernafsu, lelaki itu tetap bisa menahan, pelan-pelan. Tidak egois dan membuat 'penerobosan' kasar supaya cepat mengoyak. Tak ingin membuat gadisnya kesakitan lebih parah di kali pertamanya.

Memejamkan mata, Indah meletakkan kedua tangan di atas kepala. Mau seromantis apa pun, ia menyadari hal yang mereka perbuat tetaplah sebuah kesalahan. Namun, Indah tak bisa munafik juga. Ia tak dapat menahan nafsunya kemarin malam.

Lebih tepatnya, Indah tidak bisa menolak Dewa. Apa pun yang pria itu inginkan, rasanya ingin Indah berikan begitu saja. Jangankan tubuh, nyawanya saja rela ia beri untuk Dewa.

Bisa dikatakan kalau Indah itu selalu terjebak cinta buta, sudah menjadi seorang budak cinta Dewa bertahun-tahun lamanya. Itu memang fakta. Dan sebenarnya, Dewa pun demikian terhadap Indah.

Dua orang itu sebenarnya sudah patut dinikahkan saja setamat mereka dari SMA, namun tidak mungkin sebab mereka ingin berkuliah, ini, dan itu dulu.

Bayangkan jika mereka sudah menikah, dengan ukuran cinta dan pengabdian Indah pada Dewa, dan sebaliknya, akan menghasilkan segunung pahala untuk mereka. Bukan jadi dosa seperti sekarang.

DEWA-NYA INDAH ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang