06. Their First Met

507 96 134
                                    

Mari kita kembali ke masa lalu yang lebih lalu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mari kita kembali ke masa lalu yang lebih lalu.
Tidak lama, hanya satu bagian, bukan untuk berlarut-larut.

-9 TAHUN YANG LALU-

Pada suatu siang, seorang gadis berseragam putih abu-abu berusia 15 tahun tengah menangis di taman belakang sekolah ketika seorang remaja lelaki berseragam serupa melihatnya.

Remaja lelaki itu menghampiri si gadis. Setelah sudah dekat, perlahan ia membungkukkan badan—mengintip wajah gadis yang sedang duduk menunduk sambil menarik-narik ingusnya. "Misi?"

Si gadis mengangkat kepala, lalu menghapus air mata dengan tergesa. "I-iya?" balasnya kemudian.

"Gue mau buang sampah. Misi, ya," ujar si remaja lelaki itu lagi.

Gadis itu berdiri dari bangku, bergeser agar siswa lelaki itu punya ruang untuk melintas. Pasalnya, si gadis duduk di sebelah tempat sampah beton tujuan si siswa lelaki.

"Kok duduk di sini? Di sini kan bau," kata lelaki muda itu, sambil menuangkan sampah-sampah dari tempat sampah plastik yang ia bawa ke tempat sampah beton.

Gadis itu tersenyum malu. "Gak apa-apa."

"Lo anak kelas 10-5, kan? Gue pernah liat lo masuk ke situ," ujar yang lelaki lagi.

"Iya."

Lelaki muda itu pun sudah selesai membuang sampah-sampah kelasnya, lebih tepatnya karena dihukum.

Yang gadis, sibuk bergeming.

"Balik, yuk. Jangan di sini, banyak setan," kata si lelaki menakut-nakuti.

Gadis itu melirik, tersenyum, menatap si pemuda yang mulai berjalan menjauh dengan dua tempat sampah kosong pada tangannya.

"Eh, tunggu!" Gadis itu sedikit berseru, menghentikan langkah si pemuda sekaligus membuatnya menoleh, "Nama lo siapa?" tanyanya dari agak kejauhan.

"Dewa!" Pemuda itu balas mengeraskan suara, lalu kembali berjalan.

Yang perempuan tersenyum kecil, kemudian berjalan menghampiri siswa bernama Dewa tersebut. Berjalan bersama untuk keluar dari area taman belakang itu.

"Gue Indah. Lo di kelas mana?" Indah bertanya setelah sudah berjalan di samping Dewa.

"10-7."

Indah mengangguk-angguk.

"Lain kali, Ndah... kalau mau nangis, jangan di taman belakang, apalagi deket tempat sampah. Takutnya pas lo kelar nangis terus mau balik ke kelas, lo udah bau sampah. Ntar malah dibuli sama temen sekelas lo."

Tak bertanya mengapa si gadis belia itu menangis, Dewa malah menyarankan sesuatu di luar dugaan.

"Soalnya gak tahu lagi mau ke mana. Tadi... tiba-tiba sedih banget di kelas," aku Indah, sedikit menundukkan wajah.

DEWA-NYA INDAH ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang