"Baby Ji!" Teriak Jeno menggelegar ketika masuk kedalam rumah.
Jisung yang tengah bermain game di lantai atas kamarnya pun terperanjat mendengar teriakan Jeno.
'Apakah aku membuat kesalahan?' Monolog Jisung, meneguk salivahnya kasar. Namun ia tetap menghampiri daddy-nya.
Sama dengan Jisung, Renjun yang tengah menyiapkan makan malamnya juga terkejut mendengar teriakan Jeno, ia juga menghampiri Jeno.
"Ada apa Jeno?" Tanya Renjun lembut, ia tidak mau memancing amarah Jeno lebih banyak, namun tetap saja Jeno tidak menjawab.
"Apakah Baby Ji membuat kesalahan lagi? Apakah tadi kau ditelepon gurunya?" Tanya kembali Renjun.
"Aku mohon kau diam. Aku tidak mau menyakiti-mu dengan perkataanku." Pinta Jeno menyuruh Renjun agar diam.
"Appa, Waeyyo?" Tanya Jisung seraya mengerutkan dahinya heran.
"Kau gila?!" Hardik Jeno menghampiri Jisung yang tengah berjalan menghampirinya.
Renjun yang melihat Jeno, ia langsung menghampiri Jeno agar tidak meledak didepan anaknya.
"Jeno, kontrol emosi-mu." Peringat Renjun.
"Appa kenapa? Kenapa datang-datang mengatai Jisung gila?" Tanya Jisung yang masih bingung.
"Dimana mobil yang baru saja kau beli? Kau gila? Garasi mobil kita sudah penuh, kau juga baru saja membeli ferarri minggu kemarin dan sekarang kau malah membeli mobil baru lagi?!" Tanya Jeno mencoba untuk tidak meledak didepan anaknya.
"Memangnya kenapa Appa kalau aku membeli mobil baru? Kenapa Appa marah padaku? Biasanya Appa tidak pernah marah atau bertanya aku membeli apa saja." Tanya Jisung yang membuat Jeno bungkam.
Renjun yang mendengarnya juga merasa aneh, namun ia tetap memberikan isyarat untuk Jisung tetap diam.
Jeno menghela nafasnya kasar lalu pergi meninggalkan Jisung dan Renjun yang sedang menatap Jeno bingung.
"Sebenarnya ada apa Eomma?" Tanya Jisung yang masih heran akan tingkah daddy-nya.
Renjun membuang nafasnya, berjalan mendekati Jisung. "Appa hanya sedang lelah dengan pekerjaannya. Lebih baik selama 1 minggu ini kau sebaiknya tidak membuat masalah atau belanja apapun dulu, dan jangan lupa minta maaf dengan Appa-mu kalau emosinya telah redah" Peringat Renjun lalu pergi menyusul Jeno.
Jisung mendecak mendengar penuturan ibunya. Masa ia dia tidak belanja selama seminggu kedepan? Bagaimana dengan Chenle nanti?! Jisung menghentakan kakinya kesal seraya berjalan kekamarnya.
Dilain sisi, Renjun membuka pintunya secara perlahan. Terlihat Jeno yang sedang duduk di bangku seraya meletakan tangannya diatas meja, menangkup wajahnya lalu mengusap kedua wajahnya gusar.
Renjun menghembuskan nafas, mencoba mengontrol diri dan mencari cara agar menenangkan Jeno.
Dengan langkah perlahan, Renjun menghampiri Jeno, memberikan Jeno teh hangat yang ia pegang sedari tadi. Renjun juga berinisiatif memberikan pijatan pelan untuk Jeno.
"Ada apa sih? Perusahaan-mu sedang ada masalah? Kalau kau sudah tidak bisa menanggung beban-mu sendiri, kau bisa berbagi denganku." Ujar Renjun secara perlahan, memberikan Jeno pengertian serta kekuatan.
Jeno mencoba mengontrol emosinya. Karena kerjaan, ia jadi memarahi anaknya dan juga Renjun terkena imbasnya.
"Mian." Ucap Jeno.
Renjun tersenyum, mendaratkan bokongnya diatas paha Jeno. Dielus rahang keras Jeno secara perlahan. "Kau tidak salah. Kau boleh memarahi Jisung karena dia sudah terlewat batas." Ujar Renjun.
"Tapi kau harus memberikan penjelasan akan permasalahan-mu dulu kepada Jisung, baru kau boleh memarahinya. Kau tidak boleh langsung memarahinya tanpa sebab." Tambah Renjun.
"Arraseo. Maka dari itu aku meminta maaf karena telah membawa masalah pekerjaan kedalam rumah." Ujar Jeno.
"Memangnya ada masalah apa? Kau boleh cerita denganku. Kita bagi permasalahan kita bersama dan menyelesaikannya secara bersama." Tutur Renjun.
Jeno menggelengkan kepalanya. "Aniya, aku masih bisa menanganinya. Aku akan bercerita kalau aku sudah tidak bisa menanganinya." Ujar Jeno yang hanya dibalas anggukan kepala oleh Renjun.
"Oke kalau gitu! Cha! Sebaiknya kau pergi mandi, bersihkan tubuh-mu dan jernihkan pikiran-mu. Biar aku melanjutkan kegiatan-ku tadi. Aku akan menyelesaikan kegiatan masakku." Ujar Renjun, mencoba pergi meninggalkan Jeno namun tidak bisa karena Jeno menarik pergelangan tangan Renjun, membuat Renjun jatuh tepat diatas paha Jeno.
"Jeno-ya." Panggil Renjun yang tidak di gubris Jeno, Jeno justru meletakan kepalanya diatas pundak Renjun.
"Biarkan seperti ini dulu." Pinta Jeno yang disetujui Renjun.
Renjun membiarkan Jeno menaruh kepalanya dipundaknya. Renjun juga tidak diam, ia memberikan usapan kecil dikepala Jeno.
Dilain sisi Jisung terus memikirkan omongan Appa-nya. Ia merenungi perbuatannya. Ia tau ia salah, namun tak sepenuhnya salah dia juga. Dari dulu Jisung suka beli ini itu tanpa melihat harga dan tanpa memberitahu Daddy dan Mommy-nya. Namun Daddy dan Mommy-nya tidak pernah marah akan sikap Jisung, selagi bukti nyata masih kelihatan. Lagipula Daddy-nya juga tau Jisung selama ini belanja apa saja, dia tidak pernah marah! Tapi kenapa sekarang dia marah hanya karena beli mobil bugatti keluaran terbaru? Kenapa ketika Jisung beli motor plus mobil keluaran terbaru yang harganya tak kalah jauh fantastis, Appa-nya tak pernah marah?!
"Ck! Menyusahkan!" Geram Jisung menyudahi acara bergelutnya dan memutuskan untuk pergi ke kamar orang tua-nya untuk memperjelas masalah dirinya dan Appa-nya.
Ia tidak tahan dengan ketidak tahuan dan ke tidak jelasan. Maka dari itu dirinya bergegas kekamar orang tuanya.
Membuka pintu kamar orang tua-nya tanpa mengetuknya terlebih dahulu.
"Appa! Sekarang jelaskan apa yang sedang terjadi?! Kenapa Appa tiba-tiba marah dengan Ji--Appa Yak! Kalian sedang apa?! Jisung memang sudah besar, namun Jisung belum 20 tahun! Dan ya! Jisung tidak mau mempunyai adik lagi!" Teriak Jisung kaget karena melihat posisi Eomma dan Appa-nya yang sangat tidak senonoh untuk dilihat.
Jeno menggeram kesal karena Jisung yang mengagalkan aksinya, berbeda dengan Renjun yang harus menahan marah kepada Jeno serta malu kepada Jisung. "Jisung yak! Ketuk pintu terlebih dahulu tidak bisa?! Kemana sopan santun-mu selama ini?!" Geram Jeno kesal.
"Aku tinggalkan di kamar dan tidak aku bawa sopan santun-ku! Aku tidak mengetuk pintu karena sudah sangat penasaran dan ya! Kalau kalian ingin berbuat seperti itu? Lebih baik kunci pintu-nya! Apa susah mengunci pintu?!" Protes Jisung yang sukses membuat Jeno tambah kesal.
"Salah kau kenapa tidak mengetuk pintu! Appa-kan sudah setiap hari bilang bahwa Appa ingin mempunyai baby Rachel! Appa tidak mau harta kekayaan Appa hanya dihabisi oleh dirimu! Appa mau baby Rachel! Bukan baby Jisung!" Balas Jeno yang membuat Jisung tambah kesal.
"Eomma! Lihat Appa! Appa tidak sayang sama Jisung!" Rengek Jisung, mendekati Renjun dan bergelayut manja di lengannya.
Jeno mencibir tingkah manja Jisung. "pantas saja Chenle tidak menyukai dirimu!" Sarkas Jeno yang dibalas aura permusuhan oleh Jisung.
KAMU SEDANG MEMBACA
LEE FAMILY - NOREN
FanfictionINI CERITA KHUSUS LEE FAMILY! BAGI KALIAN YANG TIDAK SUKA DENGAN FAMILY ATAU CERITA INI? DILARANG UNTUK KOMEN NEGATIF BAIK DIKOLOM KOMENTAR MAUPUN DIKEHIDUPAN NYATA BAGI PARA MEMBER BAIK LEE JENO, HUANG RENJUN MAUPUN PARK JISUNG. SHIPPER INI MENYANG...