4. I Don't Care

1.2K 126 2
                                    

Pagi harinya setelah Jeno selesai sarapan dan sampai di kantornya, Jeno sudah diserang berbagai masalah yang di alami perusahaannya pagi hari ini.

"Dimana loyalitas kalian semua?! Kenapa menjaga keamanan perusahaan saja tidak bisa?!" Teriak Jeno marah dihadapan semua karyawannya.

"Tiba-tiba kalian mendadak bisu dan tuli?! Kenapa dari banyak-nya karyawan disini tidak ada yang bisa menjawab pertanyaanku?!" Tambah Jeno geram karena para karyawan dan petinggi karyawan tidak ada yang menjawabnya.

Jeno mendecak, mendenguskan nafasnya secara kasar. "Aku mau proposal baru lagi dalam waktu seminggu! Untuk para petinggi karyawan?! Temui aku sekarang!" Final Jeno, meninggalkan tempat yang telah ia amukan.

Jeno melangkahkan kakinya menuju lift khusus ceo, memencat tombol lift yang terhubung langsung dengan ruangannya.

Didudukan bokongnya di kursi kebanggaannya. Helaan nafas yang terus menerus keluar dari dirinya. Diusapkan wajahnya dengan kedua tangannya secara kasar.

*toktoktok* suara ketukan pintu yang menjadi perubahan sikap Jeno. Jeno kembali menjadi Jeno yang wibawa. Ya, dia tidak boleh menghadapi masalah dengan amarah.

"Silahkan masuk." Ucap Jeno.

"Tuan Lee, Nona Kim ingin mengadakan pertemuan mendadak saat ini, mengenai kebocoran proyek." Ujar sang sekertaris pribadi Jeno.

Jeno mengangguk. "Bawalah mereka ke ruang rapat. Aku akan kesana." Titah Jeno yang langsung digelengi kepala oleh sang sekertaris.

"Maaf Tuan Lee, Nona Kim tidak ingin bertemu di kantor, ia ingin bertemu di Caffe biasa sewaktu kalian bersekolah dulu, siang ini." Jelas sekertaris Park.

Jeno menyunggingkan senyumannya. "Baiklah, kau boleh keluar." Titah Jeno yang dibalas anggukan dan sikap patuh dari sang sekertaris.

Jeno segera bangun dari duduknya dan pergi ke tempat perjanjian antara dirinya dan Hera.

Tak butuh waktu lama untuk Jeno sampai ditempat itu. Dirinya langsung duduk dihadapan Hera ketika sampai.

"Aku akan bertanggung jawab mengenai masalah ini. Jadi, jangan putuskan perjanjian kerjasama kita." Ujar Jeno to the point.

Hera terkekeh mendengar penuturan Jeno. "Lee Jeno, kenapa kau sangat percaya diri sekali, hm? Pertama, perusahaan-mu sedang di ambang kebangkrutan. Kedua, banyak investor asing yang menarik sahan dari perusahaanmu. Ketiga, banyaknya kebocoran perusahaan yang membuat para investor sangat takut menanamkan saham diperusahaan-mu. Keempat, banyaknya proyek yang gagal dan kau harus menanggung kerugiannya. Dan terakhir, hal seperti ini terjadi lagi." Jelas Hera.

"Apa jadinya perusahaan dirimu bila aku membatalkan kerjasama ini dan menarik saham-ku di perusahaanmu?" Tanya Hera yang membuat Jeno menatapnya penuh selidik.

"Haruskah aku jawab?" Tanya balik Jeno yang membuat Hera tersenyum.

"Aku tau kau tidak suka berbasa-basi." Ujar Hera yang masih mendapatkan tatapan datar dari Jeno. Jeno ingin melihat dan mendengar apa yang diutarakan Hera.

"Aku tidak akan memutuskan perjanjian kerjasama ini, tetap menanamkan modal di perusahaan-mu serta membantu sedikit dana untuk kelancaran proyek kita." Jelas Hera.

"Dengan syarat?" Sambung Jeno yang membuat Hera semakin melebarkan senyumannya.

"Kenapa kau tau kalau aku akan memberi syarat untukmu?" Tanya Hera yang hanya dibalas kedua alis yang menaik dari Jeno.

"Ceraikan Renjun dan menikahlah dengan diriku. Aku akan memberikan kepadamu lebih dari saham. Aku akan memberikan seluruh perusahaanku un--"

"Dan kau pikir aku mau?" Potong Jeno dengan smirk-nya.

"Listen to me Kim Hera." Titah Jeno, menaikan dagu Hera dengan salah satu tangannya.

"Aku itu Lee Jeno! Aku tidak akan membuang sebongkah berlian hanya untuk batu kali seperti diri-mu!" Sarkas Jeno yang membuat Hera menatapnya geram.

"Maksud-mu?" Tanya Hera mencoba tenang dengan cemooh dari Jeno.

"Aku tau saat ini aku sedang membutuhkan dan ingin kau tetap menanamkan saham ke perusahaanku untuk proyek kita. Namun aku tidak bisa menyetujui kesepakatanmu." Ujar Jeno.

"Harta kekayaan yang kau miliki tidak sebanding dengan Huang Renjun-ku remember? Apakah kau tidak tau perusahaan raksasa di asia selain kelurga-ku, keluarga Huang menjadi salah satu kandidat perusahaan terbesar nomor 2 di asia setelah Jung's. Jadi tidak mungkin aku merelakan berlian seperti istri-ku Lee Renjun hanya demi batu kerikil seperti-mu, Kim Hera." Sambung Jeno.

"Lee Jeno--"

"Dan ya, aku tidak perduli tentang kau ingin mencabut saham dari perusahaanku atau membatalkan kerjasama kami. Aku bisa menjual proyek-ku ke perusahaan lain yang ingin menjalin kerjasama dengan perusahaan-ku. Dan ya! Saudara-ku banyak. Aku bisa meminta bantuan mereka, Hyung-ku Lee Mark, dongsaeng-ku Lee Beomgyu, Lee Sungchan dan Lee David. Kalau kurang? Aku tinggal minta bantuan ke saudara ipar-ku Jaemin atau bisa langsung meminta bantuan kepada istri-ku, Lee Renjun. Tidak dengan dirimu Kim Hera." Tambah Jeno.

Jeno menatap Hera dengan remeh, yang sedang menahan amarahnya. "Kau tau? Kau tidak bisa mengancam dan menyudutkan-ku serta memberi-ku option hanya untuk masalah seperti ini. Kau tidak bisa bermain dengan pemain seperti diriku. Aku bisa melakukannya lebih parah dari ini. Tapi tidak bisa, aku sudah berjanji dengan istri-ku Lee Renjun." Sahut Jeno, memegang dagu Hera.

"Tapi, kalau kau masih mau bermain dengan-ku? Aku tidak segan-segan membuka jati diriku yang sebenarnya." Lanjut Jeno lalu pergi meninggalkan Hera yang tengah menatapnya geram.

"Arrgghhh! Aku tidak akan melepaskan-mu Lee Jeno! Aku akan mengambil yang seharusnya menjadi milik-ku!" Teriak Hera, menendang apapun yang ada disana setelah Jeno pergi.

---

Jika disana Hera sedang menggeram kesal karena tingkah Lee Jeno? Sama hal-nya dengan Jisung yang sedang menggeram kesal karena tingkah Chenle, lebih tepatnya para pria yang mendekati Chenle.

"Aish bajingan itu!" Geram Jisung disaat melihat pria tengah bercanda gurau dengan wanita-nya.

"Aku harus pakai cara apalagi agar Chenle melirik-ku?!" Gumam Jisung yang masih menatap tajam interaksi dua insan yang tak jauh dari pandangannya.

"Aku bisa saja memukulinya sampai ia terbaring rumah sakit agar dirinya kapok mendekati Chenle-ku. Namun aku tidak bisa! Chenle akan semakin jauh dan membenci-ku kalau aku memakai cara seperti itu lagi." Tambah Jisung.

"Apa aku harus meminta bantuan Appa?" Sambungnya, menerawang pikirannya kalau dirinya meminta tolong Appanya.

Jisung menggelengkan kepalanya, mengedihkan bahunya ngeri. "Aniya! Appa sedang dalam mood tidak baik! Lagipula kalau aku meminta bantuan Appa? Appa selalu menginginkan tumbal! Ada saja permintaan sebagai gantinya."

"Tapi aku harus bagaiman--"

"Woy! Ngelamun aja! Kan aku sudah bilang kalau Chenle tidak suka apabila ada lelaki yang mengejarnya terlalu agresif seperti dirimu!" Ujar Sunghoon selaku teman Jisung yang baru saja datang.

Jisung meringis kesal karena Sunghoon yang mengagetinya. "Aish! Tidak usah kagetin bisa?!" Kesal Jisung yang dibalas gelengan kepala oleh Sunghoon.

"Coba ya kau pikir! Mana ada perempuan yang mau sama pria yang tidak dikenal-nya, tiba-tiba datang dan langsung memberikan ultinatum kalau perempuan itu miliknya dan tidak ada lelaki lain yang boleh mendekatinya atau sebaliknya?!" Sambung Sunghoon.

Jisung mendecak mendengar pernyataan Sunghoon yang entah sudah berapa kali. "Kau berisik!" Kesal Jisung lalu pergi meninggalkan Sunghoon yang sedang memakinya.

LEE FAMILY - NORENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang