11| Pasar Malam

384 49 3
                                    

when pamungkas said...

"kalau makan mungkin gak bisa sampai ke tulangnya tapi kalau sama kamu... aku mau sampai ke tulang-tulangnya."

Happy reading 😬

Setelah dari pet shop, Arena memaksa Zidan untuk singgah ke pasar malam. Arena ingin memiliki momen dan menghabiskan waktu bersama Zidan.

Mata Arena berbinar, senyumnya terbit kala melihat pemandangan didepannya, banyak wahana yang ingin Arena naiki. Mulai dari Bianglala, ombak banyu, tong setan, kora kora hingga rumah hantu.

Arena mulai menyusuri area pasar malam dengan Zidan yang mengikutinya di belakang seperti anak ayam. Arena tertarik untuk singgah ke stand yang menjual berbagai macam makanan dan aksesoris.

"AYO..AYO.. LUNA MAYA UDAH BELI, LULU TOBING UDAH BELI, LULU PADA YANG BELUM BELI" teriak pedagang mempromosikan dagangannya. Tak mau kalah, pedagang lainnya pun ikut berteriak di toa,sehingga saut sautan antar pedagangpun terjadi, membuat suasana pasar malam semakin meriah.

"AYO AYO DIPILIH BAJU BIKIN AWET MUDA, YANG MASUK NENEK NENEK YANG KELUAR ABG" teriak abang 1

"AYOOOO BU BAJUNYA, LUMAYAN BUAT NAMBAH CUCIAN" teriak abang kedua

"AYO NENG MAMPIR, BIAR GAK BELI GAK PA-PA YANG PENTING JUALAN SAYA KELIATAN RAME BIAR TETANGGA SIRIK" teriak abang ketiga.

"AYO GOCENG-GOCENG, LIAT-LIAT AJA DULU, ACAK-ACAK AJA GAK PAPA, OBRAK ABRIK ABIS ITU KABUR JUGA GAPAPA." Teriak abang keempat.

Zidan berusaha menyesuaikan diri karena ini adalah pengalaman pertamanya pergi ke pasar malam. Zidan merasa pusing dengan berbagai macam bau yang masuk ke hidung mancungnya. apalagi saat melewati jalanan yang banyak orang lalu lalang, ada yang bau ketek, bau keringat , bau bawang sampai bau durian. Tapi tidak dengan Arena, gadis itu terlihat begitu menikmati.

"TOLONG WOI TOLONG..." teriak seseorang membuat Arena dan Zidan mendekati suara tersebut.

"Kenapa bang?" Tanya Arena

"Tolong woi liat dulu, 100 ribu 3 celana. Tolong..." ujar abang itu dramatis, padahal niatnya hanya ingin menarik pelanggan. Memang ilmu marketingnya gak diragukan.

Arena memutar matanya, dia pikir ada sesuatu yang emergenci, abang penjual hanya nyengir kuda. Arena melanjutkan  perjalanannya lalu menyeret Zidan ke salah satu penjual  aksesoris.

"Ini berapa bang?" Arena melihat lihat gelang couple.

"200 ribu neng, beli satu gratis satu" jawab abang penjual yang menggunakan handuk di lehernya.

"Ah kemahalan bang 50 ribu aja" tawar Arena sadis yang membuat Zidan kaget. Zidan berbalik badan menutup wajahnya, ini pengalaman pertamanya jajan di kaki lima, apalagi harus melakukan tawar menawar. kelakuan Arena membuat harga diri Zidan sebagai seorang sultan ternistakan.

"Waduh gak dapet atuh neng, buat modal aja gak cukup" Arena memicingkan matanya, teringat akan tips mamanya saat menawar.

"Ren gak usah di tawar, lu bikin malu gue aja. Sini gue aja yang bayar" Zidan akan mengeluarkan dompetnya namun pergerakannya di tahan oleh Arena.

"Ih jangan, kita harus nawar tau, itu mah kemahalan" bisik Arena pada Zidan, abang penjual ikut mendekatkan telinganya pada mereka, kepo pada apa yang mereka diskusikan.

"Ya udah saya tambahin, 60 ribu dua ya bang, kalo gak mau, gak jadi saya beli" tegas Arena

"Ya Allah neng, tambainnya dikit amat. Harga pasnya 150 ribu neng. Udah murah banget itu"  nego si abang penjual.

AYO JADIAN !Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang