"Semoga suatu saat nanti sempakmu, sempakku dan sempak anak-anak kita akan berada di satu jemuran yang sama" - Arena Jovanka
Arena baru tiba jam 10 malam di rumah, badannya terasa sangat capek minta di istirahatkan, hari ini benar benar menguras tenaganya. Ia berhasil menyelesaikan tugas yang diberikan pak Madun, tentunya dengan bantuan Selly dan Nabila.
"Assalamualaikum... Arena cantik pulang" teriakan perempuan berwajah lesu itu menggema saat memasuki rumahnya. Tapi tidak ada yang menjawab salamnya. Biasanya jam segini papa mamanya masih nonton TV di ruang keluarga.
Arena tidak menghiraukan, dipikirannya saat ini ingin segera bertemu dengan kasurnya yang posesif dan memeluk gulingnya yang empuk. Baru satu langkah kaki Arena menginjak anak tangga, sayup sayup terdengar sesuatu.
Saya masih ting..ting.. dijamin masih ting ting
Arena mengurungkan niatnya ke kamar, mencari sumber suara itu. Arena memicingkan matanya, melihat sesosok pria dengan kepala bulat dan rambut hitam dihiasi uban sedikit.
Jangan jangan maling ??? Maling kok gabut banget pake ngaso segala....
Ternyata itu papanya yang lagi selonjoran santai di taman belakang. Arena berjalan mendekat ke arah papanya dengan langkah hati hati. Udah kayak maling Tipi. Dari belakang, Arena bisa melihat papanya sedang menonton video tiktok dengan menampilkan cewek dengan baju kekurangan bahan yang sedang menggoyangkan pinggulnya yang lentur, mengalahkan lenturnya pensil inul.
"MA... PAPA NAKAL NIH, LIAT CEWEK GOYANG GOYANG DI TIKTOK" Adu Arena, papanya gelagapan sampai tidak sengaja menjatuhkan handphone iphonenya di lantai. Arena hanya cekikan melihat ekspresi papanya.
Hitung-hitung balas dendam waktu papanya mengganggunya bersama Zidan.
"PAPAH...AWAS YAAA... MAMA SITA LOH HAPE NYA" teriak mamanya yang berada di kamar lantai dua
"GAK KOK MAH... ARENA BOHONG NIH" ujarnya membela diri. Mereka seperti bocah yang lagi berantem sama saudaranya, saling adu.
"BOONG MAH.. PAPA SUKA NYA LIAT CEWEK CEWEK SEKSI, SITA AJA HAPENYA BIAR KAPOK" Arena kembali mengompori. Papanya memolototi Arena, di balas dengan juluran lidah oleh Arena, papa nya membalas dengan mata yang di buat sangat melotot, Arena pun tidak kalah membalasnya dengan goyangan pinggul mengejek.
"PAPAH.. NAKAL YA" Renata tiba tiba muncul dan menjewer telinga Arnold, suaminya. Seperti emak-emak yang memarahi anaknya yang ketahuan main tanah setelah mandi sore.
"Ampun ma.. gak kok.. nih liat papa cuma nonton ceramah di youtube" Arnold secepat kilat menutup aplikasi tok tok dan membuka youtube yang menampilkan ceramah ustadz Khalid basalamah.
"Ini kok ceramahnya tentang poligami ? PAPA MAU KAWIN LAGI ?" Teriak Renata tanpa melepaskan tangannya di telinga Arnold.
"Gak kok mah, mana mungkin papa mau kawin lagi. Mama aja cantiknya ngalahin bidadari gini" ujar Arnold merayu, tepatnya sih membela diri. Padahal saat ini Renata udah kayak sapi gila. Tapi Arnold masih ingin hidup tentram dan berumur panjang, tidak mungkin dia mengatakan sesungguhnya, bisa bisa besok dirinya hanya tinggal nama saja.
Arena tertawa puas melihat penderitaan papanya, dendamnya sudah terbalaskan. Pasti besok besok papanya akan mengerjai Arena lagi, sebagai serangan balasan. Arena harus bersiap siap melucuti senjatanya lagi.
***
Arena merebahkan tubuhnya di atas kasur "Ah nikmatnya...." desah Arena. lalu mengisi daya handphonenya yang tinggal 1 persen. Seharian ini dia tidak menghubungi Zidan. Arena terlalu sibuk dengan tugasnya. Arena membuka room chat nya bersama Zidan. Zidan online 21 menit yang lalu.
KAMU SEDANG MEMBACA
AYO JADIAN !
Teen FictionBagaimana jadinya Arena yang sudah di tolak cintanya berkali kali oleh Zidan, tiba tiba jadian karna suatu kejadian. Hanya dengan 1 ancaman, membuat Zidan bertekuk lutut dihadapan Arena. Zidan bahkan mengumumkan kepada seluruh penjuru sekolah bahwa...