3 |HUKUMAN

106 97 48
                                    

****

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

****

"Cepat maju!"

Alena melangkahkan kakinya untuk maju kedepan dengan terus menunduk akibat malu. Karena lagi-lagi dia kena hukuman.

"Sekarang kamu joget disini."

"Joget?" Tanya Alena kaget.

"Iya joget apa aja terserah kamu."

"Tapi kak saya gak bisa joget."

"Ya udah kalau gitu kamu nyanyi potong bebek angsa pake gerakan sambil keliling kelas."

"Tapi kak."

"Ini pilihan kamu. Cepat sekarang kamu kerjain hukuman kamu!"

"Baik ka."

Mulailah Alena keluar kelas dan menjalankan hukumannya. Dengan si kakak pembina mengikutinya di belakang. Membuat setiap orang yang melihatnya tertawa dan menatapnya remeh.

Alena menghentikan langkahnya dan menatap kakak pembina memohon agar hukumannya diganti tapi ia malah kena marah dan menjadi pusat perhatian semua orang.

"Baru hari pertama aja udah belagu! Kamu ini junior disini mau lawan saya sebagai senior?" Bentaknya membuat mereka semakin menjadi pusat perhatian. "Udah bagus gak saya kasih hukuman kayak tadi. Harusnya kamu bersyukur bukan malah ngatur!"

"Maaf ka."

Alena hanya bisa menunduk tak bisa berbuat apapun. Ia ingin membela diri tapi pasti ia akan disalahka lagi. Jadi sudahlah.

"Cepat kembali ke kelas. Bawa barang-barang kamu, terus keluar dari kelas saya!"

"Tapi kak."

"Cepat!"

"Baik ka."

Alena dengan segera melangkahkan kakinya masuk kedalam kelas dengan para siswa lain yang menatapnya berbeda-beda. Alena tak mengerti kenapa semua seperti memojokkannya padahal ia hanya ingin membela diri.

Apa ini karena lelaki itu lagi?

Kalau memang benar Alena tidak habis pikir kenapa dia bisa Setega ini. Padahal tadi pagi ia pun tak tau jika lelaki itu adalah ketua osis disini.
Alena tak mengerti lagi harus berbuat apa, semua menatapnya remeh. Ia tak suka itu.

Alena mengambil semua barangnya lalu dengan cepat kembali keluar kelas tanpa mengeluarkan sepatah kata pun. Irena yang melihat itu hanya menatap iba, kenapa orang sebaik Alena bisa diperlakukan seperti ini.

Ini keterlaluan.

Irena mengejar langkah kaki Alena dan berhasil menghentikannya.

"Al, maafin gue. Gue gak bisa bantuin Lo," ujar Irena merasa tidak enak.

"Iya gak papa kok Ren, gue ngerti kok. Ya udah kalau gitu gue pergi dulu ya, semangat Ren!" Ujarnya memberi semangat dan diangguki oleh Irena.

Alena tak tau harus bagaimana sekarang. Hingga langkah kakinya membawanha menuju toilet. Ia tak tau harus pulang atau tetap disini. Tapi tadi ia sudah di usir. Alena masuk kedalam toilet yang sepi. Karena semua masih ada dikelas mereka.

RUMITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang