A Plan «2»

97 19 2
                                    

Jaebum berdiri dibalkon kamarnya menikmati angin malam di kerajaannya, sangat sunyi dan penuh dengan padang pasir yang menghampar luas. 3 Ibu kota yang padat, pegunungan pasir yang tinggi dan pepohonan yang tak jelas bisa dimanfaatkan atau tidak.

Negara nya tak semahsyur negara salju itu dimana sayuran dengan berbagai jenis tumbuh dengan sehat dan besar, daging ikan yg segar.

Sudah 4 hari sejak kembalinya Jaebum dari negeri salju itu. Ia belum melakukan apapun, hati nya tak tenang. Umur 16 tahun menjadi kaisar? Ia tak membayangkan betapa lelahnya Jinyoung setiap harinya. Ketika orang orang pada umunya tertidur di malam hari tapi tidak di negera salju itu para pemimpin dan rakyatnya berkerja sehingga saat siang hari mereka dapat tertidur dengan nyenyak.

Penyerangan itu terjadi pada malam hari tapi mengapa malam hari pikir Jaebum, dikuil bulan pun mengapa ia begitu dihindari?

"Sedang memikirkan apa yang mulia?" Tanya Mark sembari memberikan teh, Jaebum menggelengkan kepalanya dan duduk di kursi kesayangannya.

"Aku belum mengadakan rapat, baba sudah menanyakan apa hasilnya." Jaebum terdiam, Mark melirik Jaebum dengan seksama.

"Hubungan diplomatik ya?"

"Apa yang negara ini butuhkan?" Tanya Mark lagi. Jaebum masih diam tak bergeming, ia mengusap wajahnya dengan kesal dan berpikir mengapa harus ia katakan hubungan Diplomatik pada Sorellanya. Ia bahkan belum menyiapkan apa apa.

"Bagaimana kita urus dulu kuil itu? Itu adalah point utama... setidaknya tulis surat pada Huangdi untuk memulai hubungan diplomatik ini. Negara kita kaya akan minya-"

"Mereka bisa menggunakan minyak hewani." ujar Jaebum sembari memakan camilan yang disediakan Mark.

"Bukan maksudku bukan minyak masak, ini minyak untuk menhidupkan api." Tutur Mark dengan jengah nya.

"Perlukah ku nikahi?" Tanya Jaebum spontan, Mark terbatuk mendengar pernyataan yg dilontarkan Jaebum.

"Eliodoro yang saya hormati, rupanya anda terlalu spontan ya!" Ujar Mark dengan kesal, Mark mengoceh sana sini membuat Jaebum tertawa.

"Aku hanya bercanda Mark, aku akan melakukan yang terbaik. Kukira sayur mayur dan daging yang kita punya adalah yg terbaik. Mengingat mereka adalah negeri salju abadi."

"Tentu, keluarga bangsawan Kim tentunya harus menaruh mana lebih banyak lagi jika ingin memperluas daerah hutah buatan tersebut." Terang Mark sembari meminum tehnya.

Jaebum terus berbincang tentang masa depan kerajaan ini, karena tepat pada umur yang ke 22 nya ia akan naik takhta menjadi Raja dikerajaan ini, setidaknya ia wajib  menunjukan kontribusi lebih.

Mark mengajak Jaebum untuk segera tidur dan dituruti oleh pangeran mahkota yang gagah itu. Namun tak hentinya ia membayangkan jika Jinyoung remaja manis itu datang pada saat koronasi nya nanti.

Saat hendak memejamkan matanya tiba tiba suara berat itu mengelilingi Jaebum, tubuhnya panas.

"Akibat ayah dan rakyat!"

Jaebum membuka matanya dan bangun. Ia mengusap wajahnya yang penuh peluh keringat, paru paru seperti diikat oleh karet! Sakit dan berat

Setelah tenang ia membaringkan tubuh nya dan mencoba memejamkan matanya perlahan.

+-+-+-+-+-+-+-+

"Huangdi, izinkan hamba untuk melaporkan." Jackson mendekat dan memberi beberapa buku dokumen pada Jinyoung yang sedang menikmati rasa sendiri yang ia alami.

Jinyoung mengambil buku dokumen itu dan membaca isinya, tentu setenang apapun raut wajah nya mata yang membesar itu tak dapat disembunyikan. Jinyoung segera memerintahkan Jackson dan Jihyo pergi untuk menginvestigasi siapa saja yang masuk dan menetap di kerajaan ini.

SUN & MOON 「JJP」Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang