早 «2»

120 20 2
                                    

Langkah nya gontai menuju kamarnya, ia merebahkan dirinya perlahan sembari menatap langit kamarnya. "Aku lelah dengan diriku" Ujar Jinyoung perlahan, matanya yang indah bagaikan konstelasi bintang itu perlahan mulai merasakan kantuk

Dinginnya kerajaan Salju abadi ini membuatnya selalu merasakan kantuk yang tak kunjung selesai. Matanya terpejam dengan sempurna tanpa melepas Atribut kebesarannya.

FLASHBACK ON!

Didalam mimpinya Jinyoung terus menerus diteror oleh dewa dan dewi bulan dengan berbagai banyak jelmaan. Ia tau dia ruh Bulan yang berarti anak dari dewa dan dewi itu sendiri

Memorinya kembali terbuka perlahan rasa sakit dikepalanya mulai terasa. Berdenyut hingga membuat mata bintang itu hampir jatuh

Isi mimpinya abstrak namun masih bisa ia tafsirkan. "Jinyoung-ah anakku!" Suara dalam dan berat itu kembali bersuara dimimpinya

"Berhati-hatilah akan takdir!" Ujar sang Suara itu

Lantas
Apa ia Jinyoung harus membunuh semua yang menghalanginya? Ia takut akan takdir. Tapi ia tetap hidup hingga saat ini.

Petunjuk tentang garis hidup nya hampir jelas dan bisa ia lihat wajah agung itu. Wajah muda bersinar bagaikan Bintang terbesar! Siapa engkau?

Tangannya mengulur, tetapi melepas lalu berusaha menggapai lagi.

Apa takdir akan mempermainkannya?

2 anak kecil yang riang berlari hingga tersenyum padanya, memeluknya dengan lembut. Tangan Jinyoung tergapai membalas

"Anakku~" ujar Jinyoung

FLASHBACK OFF

Terbangunlah Jinyoung dan melirik arah bulan, ia menaikan sedikit bulan dan terdiam. "Aku berkerja dimalam hari. Rakyatku membutuhkanku" Jinyoung segera bangkit dari kasurnya

Para dayang sigap menghampiri Jinyoung dan memberikan mantel bulu hangat. Jackson senantiasa berdiri dipintu luar menunggu perintah dari Jinyoung, keluarlah ia dengan wajah datarnya itu. "Ingin saya temani Huangdi?" Tanya Jackson dengan hormat. Jinyoung menggeleng

"Pergilah kau, jangan ada disini. Pergi keperbatasan dan berikan makanan pokok kekaum bawah!" Perintah Jinyoung segera Jackson laksanakan, ia berjalan dilorong dan terdiam.

"Aku sendiri" Ujar nya dalam hati

Jinyoung berjalan perlahan menujur ruang tahta melihat Kakaknya sudah meninggalkan ruangan tersebut. Sekarang ia sendirian dan menatap bulan tepat didepannya pemandangan hening gletser, salju dan laut dingin. "Berkah untuk anda Huangdi" seseorang berjalan menuju Jinyoung dan membungkuk

Jinyoung berdiri. "Mengapa kau terbangun putri Aludra?" Tatap Jinyoung dengan dingin, Putri yang bergelar Aludra itu terdiam. "Jawab" suara Jinyoung terdengar pelan dan menusuk. Aludra menggeleng kuat dan menangis

Jinyoung terpaksa turun dari kursi tahtanya dan menghampiri Aludra. "Mengapa hamba begitu jauh Huangdi?" Tanya Jihyo dengan isakannya dan itu membuat Jinyoung memincingkan matanya heran, ia tak mengerti apa maksudnya.

"Mengapa hamba tertinggal begitu jauh?!" Teriak Jihyo. Jinyoung membantu sang adik untuk berdiri dan menatapnya dengan seksama

Jihyo merupakan anak ketiga dari pasangan Almarhum Kaisar dan Almarhumah Kaisarina kerajaan Amaris. Jihyo dulunya gadis yang periang dengan senyuman yang indah, ketika ia lahir sangat disayangkan tidak ada konstelasi bintang yang bersinar terang kala itu.

Saat para pendeta berkata bahwa ia bintang terjauh dari bulan dan berakhir Jihyo diurus oleh selir tingkat 2 yang berarti ia tak dianggap sama sekali. Saat Jihyo mulai mempelajari sistem kerajaan Amaris ia begitu terpukul akan ini, yang membuatnya tak menampakan diri saat malam hari

SUN & MOON 「JJP」Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang