Treffen «1»

123 21 10
                                    

"Berkah untuk mu Huangdi!" Seorang prajurit memberikan sebuah surat padanya dengan sigap Jinyoung mengambil surat itu dan membacanya dengan seksama.

Tulisan tangan itu terlihat rapih dan tegas setiap kata katanya menandakan kesungguhan dan keyakinan yang mantap. Jinyoung segera menaruh surat itu disampingnya. Tak perlu ada balasan surat lagi jika ia setuju dengan cara diplomatik tradisional maka gerombolan matahari itu akan datang menuju istananya

"Apa mereka setuju?" Tanya Bambam penasaran.

"Mereka yang mengajak pastinya mereka setuju" tutur Jinyoung pelan, sekarang ia kembali dalam lautan pikirannya.

Jinyoung dalam 16 tahun hidupnya tak pernah ia merasakan sengsara hanya karena sebuah mimpi. Jiwanya terbentuk dari baja ketika melihat pembantaian Kaisar dan Kaisarina oleh suku aneh itu, ia bahkan mencontoh pembantaian itu terhadap rakyat nya namun bukan secara besar besaran

Hanya karena perbedaan pendapat. Tangan nya begitu ringan menebas salah satu rakyat itu.

"Hyung-" pembicaraan Youngjae disela langsung oleh Jinyoung yang sadar akan lamunan randomnya.

"Tak perlu mengkhawatirkanku" Ujar Jinyoung dengan nada datar.

Bambam dan Youngjae meminta izin untuk pulang karena besok ia akan menginformasikan tentang kuil suci yang baru nanti dengan terpaksa Jinyoung mengiyakan hal itu dan membuatnya kembali merasa kesepian

Jinyoung kembali tergerak membaca tulisan itu seketika jantungnya berdegup kencang ia tak mengerti kenapa. Ia menahan rasa aneh itu didadanya dan mencoba menghiraukannya

Malam semakin larut dan semakin pula juga salju menjadi lebat,deburan air di Laut dingin itu semakin terasa mencekam. Jinyoung harus segera menyiapkan segala sesuatu nya

Tapi ketika menjelang Fajar Jinyoung harus segera tidur ia tak bisa membiarkan tahta nya kosong. Ia terlalu cinta akan kuasanya saat ini meski merasa kesepian yang mendalam.

Im Nana

Ah benar gadis itu pernah terlihat dikerajaannya, setidaknya belasan kali wajahnya selalu muncul dikastil. Entah itu benar atau tidak tapi aura gadis itu positif sekali

Ia sepertinya ingin melepaskan sesuatu. Satu satu nya yang dari kerajaan Helios dengan cara pandang yang berbeda, baju kerajaan yang hanya terlihat seperti Noble Lady saja membuat gadis itu terlihat merakyat ketimbang dirinya yang selalu mendekam diruang tahta bagaikan orang penyakitan.

Otak Jinyoung masih penuh dengan berbagai macam pikiran yang tiada ujungnya itu.

"Berkah untuk anda Huangdi! Perbatasan terserang oleh sekumpulan orang tak dikenal! Tuan Supernova sedang membawa pasukan namun jumlah nya masih tidak bisa ditekan!" Ujar salah satu prajurit

Jinyount tertegun dengan langkah kaki cepat ia memasuki pintu rahasia menuju kamar kakaknya.

"Taecyeon bangun. Perbatasan kembali diserang dengan sekumpulan orang aneh" Suara teriakan itu menggema dipenjuru ruangan namun tidak ada reaksi dari Taecyeon, membuat Jinyoung merasa aneh

Jinyoung menghampiri Taecyeon dan mendapati tubuh Taecyeon telah membiru dengan beberapa luka. Ia kembali memeriksa pintu utama kamar

Mayat prajurit yang kepalanya terpenggal. Jinyoung menahan emosi didadanya

"Huangdi! Huangdi!" Teriak Jackson dengan kencang. Jinyoung segera berlari kearah Jackson sembari membawa pedang yang ada dikamar kakaknya itu

"Jangan lindungi aku, Lindung para Pendeta kuil bulan."

SUN & MOON 「JJP」Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang