Chapter 12 📽️ Poison Without Antidote

463 27 23
                                    

WARNING 🔞 MINOR & HOMO PHOBIC DO NOT READ‼️

***

*

*

***** “Hyung, ayah meninggal. Dia sudah meninggal sebelum kami membawanya ke rumah sakit.”

Chen tidak merespons. Chanyeol meletakkan kaleng sodanya dan dengan bingung melihat Chen yang terus diam, dia bahkan tak berkedip atau pun menarik napas.

“Jongdae, ada apa?”

Sementara di seberang sana, Tao mengernyit heran ketika mendengar suara Chanyeol. “Aku yang salah dengar atau kau memang bertemu dengan orang itu lagi, Hyung?”

“Kim Jongdae?”

“Oh, aku tahu kenapa Ayah meninggal, dia pasti sudah tahu hal ini, makanya tidak ingin lebih lanjut menanggung malu makanya Ayah lebih memilih mat—”

“Jaga kata-katamu!”

Chanyeol melompat ketika dengan tiba-tiba Chen mengeram, Chanyeol tahu betul jenis geraman Chen yang ini; lelaki itu tengah menahan amarahnya.

“Untuk apa? Ayah juga tidak akan hidup lagi, 'kan.”

“Tutup mulutmu atau aku jahit!” Chen mengambil tempat duduk, ia sempat melirik Chanyeol yang terlihat penasaran. “Di mana Ayah sekarang?”

“Rumah sakit ....”

Chen menutup mulut ketika tiba-tiba pasta-pasta itu naik ke tenggorokannya.

“Aku hanya ingin memberitahu soal ini karena Hyung adalah anak kandung ayah, aku tidak peduli apakah ibu akan menerima kehadiranmu atau tidak. Kan dimata ibu, Hyung ini menjijikkan.”

Tanpa menjawab perkataan Tao, Chen memutus sambungan telepon mereka, meletakkan ponselnya begitu saja dan lari ke kamar mandi dengan tergesa.

Chanyeol mengikuti langkah Chen, memijat tengkuk lelaki itu untuk meredakan muntahannya. Beberapa menit kemudian Chen sudah siap untuk meninggalkan apartemen Chanyeol.

“Jongdae, kau yakin tidak ingin aku temani? Ibu tirimu bisa melukaimu,” Chanyeol meyakinkan kekasihnya—entahlah belum ada pembicaraan lebih lanjut mengenai hubungan mereka, tetapi mereka sudah berbaikan!— setelah Chen menceritakan apa yang Tao sampaikan. Ia meremas pundak sebelah kanan Chen cemas.

Chen menyingkirkan tangan Chanyeol dari tubuhnya. “Jika kau ikut, yang ada kita akan langsung dibunuh oleh wanita itu,” Chen mengingatkan, air mukanya begitu datar.

“Ahahaha,” Chanyeol tertawa canggung, menggaruk belakang kepalanya yang tak gatal.

Hubungan mereka menjadi semakin rumit ketika kedua belah pihak keluarga tahu, hubungan mereka masih begitu tabu di Korea Selatan, setidaknya itu yang orang awam tahu.

Chanyeol menghela napas, netranya menatap acak ke segala penjuru ruangan. Lalu tatapan itu kembali pada satu-satunya tamu miliknya yang saat ini tengah membuka pintu.

“Aku pergi.”

“Jaga dirimu, oke,” pesan Chanyeol, “ini bukan pertemuan terakhir kita, 'kan?”

Chen menutup pintu, meninggalkan Chanyeol dengan pertanyaan tanpa jawabannya, lelaki itu masih menatap pintu hingga beberapa saat lamanya.

“Iya, Chanyeol Sayang. Kita akan lebih sering bertemu setelah ini, aku mencintaimu sebanyak kau mencintaiku, muach~♡.” Chanyeol tertawa puas setelah menirukan suara Chen dan menjawab pertanyaannya sendiri. “Astaga, aku bisa gila.”

BLUE CHEN | CHANCHEN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang