𝐞𝐯𝐞𝐫𝐲

231 49 10
                                    



poetry (n). your hidden talent.


"Kau tidak pergi rapat OSIS? Tadi Fushiguro memanggilmu." Aku membalikkan badanku ke belakang, tempat kamu berada. Ini adalah bangku milik Suna, tapi aku gunakan kesempatan ini untuk menganggumu.

Tidak menganggu juga sih, sekedar ingin tahu apa yang sedang kamu lakukan. Sehabis itu pergi latihan voli.

"Ah, iya. Terima kasih sudah mengingatkanku." Kamu berlalu pergi.

"Sudahkah sesi pacarannya? Aku ingin bangkuku, sialan." Suna menarik kursi yang aku duduki supaya pergi. "Cih, diam. Aku hanya ingin menganggunya saja."

"Sudah berapa tahun kau mengejarnya, hah? Aku lelah kau tak pernah jadi berpacaran dengannya. Muak."

Ha ha, aku juga berharap begitu.

"Aku tak mengejarnya." sanggahku.

"Terserahmu. Sinikan bangkuku."

Aku berpegangan pada bangku itu sebelum akhirnya benar-benar ditendang oleh Suna. Lain kali akan kubalas anak itu.

Tersadar kertas-kertas di mejamu jatuh berhamburan, aku buru-buru merapikannya. Ini salahku membuat semuanya kacau.

Lalu aku tertegun melihat salah satu catatan milikmu yang terbuka. Terukir di sana goresan pensil, terciptalah sebuah karya tulis. Aku pernah melihat ini sebelumnya.

Bakat terpendam milikmu.

Tentu saja aku menanyakan hal itu padamu. "Kenapa kau tidak mengikuti lomba apapun itu? Sajak-sajak yang kau buat sudah cukup bagus menurutku."

Kamu hanya menyunggingkan senyuman canggung. "Aku keberatan jika harus menunjukkannya pada semua orang."

"Tapi kau menunjukkannya padaku dan Atsumu."

"Aku menunjukkannya pada kalian saja karena aku paling dekat dengan kalian." katamu dengan cengiran khas milikmu.

"Aku suka dengan sajak-sajak buatanmu," Pengakuan itu keluar dari mulut secara tiba-tiba. Benar sekali, tulisan milikmu sangat bermakna. Kamu menumpahkan seluru emosi padanya hingga aku ikut merasakannya secara tak langsung.

"Malah aku tidak suka," bantahmu, "Aku merasa itu kurang."

Aku kesal. Padahal tulisan itu bagus. Mengapa justru menyembunyikannya? Aku tak mengerti alasan kamu tega menutupi puisi-puisi ciptaanmu.

Bakatmu harus ditunjukkan, tahu? Aku yakin kamu akan menjadi penyair yang hebat. Eh? Apa sebutannya penulis puisi? Entahlah.

Maafkan jika aku lancang. Aku lalu mengambil kertas itu dan membacanya dengan seksama.

Aku pernah bercanda padamu, "Hei, mengapa kau tidak membuat puisi tentangku? Atau tentang Atsumu?"

Dan sialnya kamu menepati candaan konyol itu.

Miya Osamu, lelaki bersurai kelabu. Puisi ini didedikasikan untukmu yang selalu menemaniku.

Aku tak bisa mendefinisikan bagaimana diriku sekarang.
Raga masih ada bersamaku, namun jiwaku sudah membumbung tinggi ke angkasa.

Kamu membuatku pusing, tahu?

Jangan buat aku semakin menyukaimu, bodoh.

Hal kelima yang aku sukai dari gadis ini.

Hal kelima yang aku sukai dari gadis ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

NOTE!
Hai, kembali lagi hehe.

Apa kalian suka puisi?
Aku sukaaaaa.

Stay safe and healthy!!

tiny details, m. osamu ☑Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang