54. Menyerah?☁️

57 12 0
                                    

Nunggu notif dari kalianಡ ͜ ʖ ಡ

☁️

🦖Selamat membaca🦖

☁️

“Memang benar kata orang-orang ... Disaat hatimu tak dihargai dan kamu selalu disakiti, maka menyerah adalah pilihannya.”

*****

Dentuman musik mengalun merdu, beberapa remaja ada yang berdansa dengan pasangannya. Sedang beberapa remaja lain memilih untuk berbincang dan menyantap makanan yang ada.

Gadis pendiam itu hanya bisa duduk di kursi dekat pojok sembari menikmati puding, spaghetti, jus, dan makanan lain yang ada di atas meja. Ia diam mengamati sekitar, melihat kakaknya yang sekarang dipaksa untuk dansa dengan Dyllan.

Zalza tersenyum kecut melihat itu. "Kak Rayn nyuruh aku move on dan deket sama kak Dyllan, tapi kak Dyllan aja mau sama kak Alya ... Jadi aku gimana?" tanya Zalza pada dirinya sendiri.

Zalza menyantap makanannya dengan lamban, ia jadi kepikiran dengan perkataan Rayn dulu. Terutama persoal pasangan yang kini menjadi dilema bagi Zalza.

Keramaian semakin menjadi, Elga yang melihat Zalza sedang duduk sendirian seketika menarik Gilang untuk ikut bersamanya menemui Zalza.

Dua remaja itu tersenyum lebar saat pandangan Zalza tepat ke arah mereka. Mereka mendekat dan duduk di kursi kosong seberang Zalza.

"Hai Zalza, cantik banget," puji Elga.

Zalza tersipu. "Makasih, kakak juga ganteng banget malam ini," sahut Zalza.

Elga memukul bahu Gilang, ia tersenyum-senyum dengan tangan yang menyentuh dadanya.

"Astaga damagenya menggetarkan," ujar Elga dramatis, ia begitu senang saat dipuji ganteng.

Gilang memutar bola matanya malas saat melihat reaksi sahabatnya, ia beralih menatap Zalza dan berucap, "Udah gak usah diliatin, emang suka berlebihan itu anak," katanya yang dibalas kekehan dari Zalza.

Ketiga remaja itu mulai berbincang hangat, banyak cara dan perlakuan dari kedua cowok itu sehingga membuat Zalza selalu tertawa.

Zalza merasa senang saat mendapat candaan seru dari kakak kelasnya, ia tak menyangka jika dirinya akan ditemani oleh kakak kelas yang memiliki sifat absurd.

Banyak waktu yang terlewati hanya dengan berbincang, tak terasa sudah hampir satu jam Zalza menemani Alya. Ia mengalihkan pandangannya ke arah tangan kiri yang memegang handphone.

20.02 pm.

Gadis itu menghela nafasnya, masih banyak waktu yang dilalui dengan berdiam disini sembari menunggu Alya selesai dari kesenangannya.

Zalza bangkit dari duduknya dan berjalan mencari tempat untuk menatap bulan dilangit. Sedangkan Elga dan Gilang sudah pamit dua puluh menit lalu kepada Zalza karena ada keperluan dengan sahabatnya.

Gadis itu berjalan keluar dari cafe, ia tersentak saat melihat seseorang yang tak asing lagi dimatanya, ia melihat dengan jelas siluman es menggendong seorang gadis cantik ke bangku didepan cafe.

Perlahan kakinya terlangkah untuk melihat lebih dekat dan mendengar pembicaraan mereka. Zalza tau ada rasa yang berubah dalam hatinya karena melihat Rayn yang sepertinya sedang khawatir dengan perempuan itu, tapi tak bisa dipungkiri Zalza juga penasaran akan siapa sebenarnya gadis itu.

Zalza mendekat menuju dinding cafe, ia bersandar di dinding yang sedikit terlindungi pot bunga besar. Ia berpura-pura bermain handphone dan memasang pendengarannya baik-baik.

Secret and Promise [Tamat✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang