40. Desiran?☁️

48 15 0
                                    

Yey! Gak nyangka udah chapter ke 40, gak sabar mau meluk ending_-

Kalian masih mau jadi kalem? Ayo dong nunjukin diri jangan diem-diem bae🙂

Buat yang selalu ngevote makasih ya, tapi buat yang belum ngevote ayo dong ngevote jangan pel1t🌚

💔

Selamat membaca 🌻

💔

💔

“Kini aku tau resikonya membuka hati, aku yang dibuat terbang tinggi tapi aku juga yang akan dijatuhkan secara tiba-tiba dalam duri yang begitu tajam.”

★★★★

Rayn meringis mendengar penjelasan Zalza, baru membayangkan saja sudah ngilu apalagi merasakannya sudah pasti sakit sekali.

Zalza tertawa melihat Rayn yang bergidik ngeri, sudah bisa di tebak pasti Rayn sedang membayangkan rasanya ditendang tepat di adik kecilnya.

Rayn merubah raut wajah menjadi datar. "Jangan deket-deket sama Rasya, nanti lo kenapa-napa," ujar Rayn.

Zalza mengangguk paham. "Iya kak, makanya tadi pagi aku lari dari dia, aku kan gak mau dan takut."

Cowok itu tersenyum tipis sebentar. Kedatangannya kesini sebenarnya hanya ingin mengetahui alasan kenapa Zalza kenal dan benci Rasya. Setelah mengetahui itu dia langsung keluar dari kamar Zalza dan pulang.

*****

Pagi ini, tepatnya hari Senin semua siswa berkumpul didepan lapangan untuk melaksanakan upacara. Sudah biasa dan menjadi kebiasaan jika ada siswa yang terlambat, karena itu adalah tradisi dari dulu-dulunya.

Tapi jangan harap disekolah ini bisa santai jikalau terlambat. Semakin tidak menuruti aturan semakin itu pula hukuman membebani pundak kokoh itu.

Elga dan Gilang dengan cepat berlari dari parkiran motor menuju lapangan sekolah, tas yang mereka kenakan dilempar asal ke semak-semak agar bisa cepat berbaris bersama teman sekelasnya.

Dua remaja itu cengengesan saat Pak Rudi menghampiri barisan mereka. Dengan teliti guru itu melihat rambut, seragam bahkan sepatu mereka. Mencari dimana adanya pelanggan.

"Lepaskan topi kalian," ujar Pak Rudi lantang.

"Siap Pak," jawab mereka serempak lalu melepaskan topi dan kembali bersikap istirahat, dengan tangan yang di buat ke belakang punggung.

Pak Rudi meneliti rambut anak didiknya pada barisan laki-laki. Gilang ia lewati membuat cowok itu menghela nafas lega, Elga dan Reza pun dilewatinya. Kini tepat pada Rayn, guru itu meneliti rambut cowok dingin yang lebat itu.

"Rayn."

"Siap Pak." Rayn berdiri tegap dan tangannya sudah berada di samping tubuhnya.

"Potong rambut kamu, sudah panjang," suruh Pak Rudi tegas.

"Siap Pak," jawab Rayn lagi lalu kembali bersikap istirahat.

Secret and Promise [Tamat✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang