🧚‍♀️Ekstra Chapter [2]🧚‍♀️

85 20 31
                                    

Bab ini panjang, karena lebih dari 2000 kata ... Aku ngetik sebanyak itu karena ini ekstra chapter dan membayar hutang karena lama untuk update.

Pelan-pelan bacanya biar paham🙂

🌊🌊🌊

Ekstra chapter
———Kecewa———

𝐒𝐞𝐥𝐚𝐦𝐚𝐭 𝐦𝐞𝐦𝐛𝐚𝐜𝐚🌈

“Jika saja kamu tidak bercanda mungkin aku tidak akan suka, jika saja kamu tidak perhatian mungkin aku tidak akan perduli, jika saja aku tidak cinta mungkin hatiku tidak akan terluka.” —Secret and Promise.

💧💧💧💧

Bola basket itu terpantul dengan pelan lalu menggelinding menuju pinggir lapangan. Langit gelap sudah menjejaki bumi, semilir angin dingin membuai kulit.

Tampak sayu di mata itu, memandang kosong bola basket yang sudah tak bergerak lagi. Dia menghela nafasnya berat, mengangkat wajah mengedarkan pandangan melihat suasana yang sudah gelap.

Gadis itu terduduk dengan mata berkaca-kaca di lapangan basket yang terbuka, dia merogoh tas sekolah, mengambil benda pipih bermerek apel dan menyalakannya.

Lookscreen dua remaja yang sedang tersenyum terpampang jelas, hatinya teriris melihat itu dengan cepat dia mengalihkan pandangan ke jam yang tertera.

18.45 p.m.

Tangannya melemas, bulir bening seketika muncul, perlahan tapi pasti air itu meluruh pelan menyusuri pipi Zalza. Dia memegang dadanya, terasa sesak dan begitu sakit.

Pikiran Zalza berperang, memunculkan setiap kejadian yang membuatnya harus menerima apa yang terjadi saat ini. Zalza memukul lantai lapangan seraya berteriak.

"Arghhh ... Kyaaaaa."

Suara itu memekakan lingkungan, matanya terus mengaliri air dengan deru nafas yang tersengal-sengal. Zalza menggeleng cepat, sedetik kemudian dia terlarut dalam tangisan.

Di sini, di lapangan basket hanya ada Zalza. Tak ada siapapun yang menemaninya, baik itu Prissa, Melly, maupun Rayn.

Semuanya pergi, semuanya menghindar, seolah sudah tak lagi menjalin ikatan, seolah semuanya sudah runtuh dan tak bisa diperbaiki.

Tapi mungkin itu semua benar, karena semuanya telah hancur, itu dimulai dari kejadian pagi ini yang membuat Zalza ingin menenggelamkan diri di dalam kegelapan. Kejadian yang membuat Zalza hancur berkeping-keping dan tak ingin memulai kebersamaan lagi.

Zalza merebahkan tubuhnya di atas lapangan yang berdebu, matanya menatap sederet bintang yang mulai bersinar karena hari semakin gelap.

"Gue benci semuanya ...," lirih Zalza. "Semua. Termasuk kalian yang sempat buat gue bahagia."

Zalza terisak, dia meringkuk memeluk tubuhnya yang hanya terbalut seragam sekolah dengan almamater dan rok pendek. Dia menangis lagi, menangis untuk yang ke sekian kalinya.

Zalza bukan temen gue.

Udah Za, gue gak mau temenan sama lo lagi.

"Sa, sakit," ujar Zalza pelan, meremas jemarinya sekuat mungkin saat mengingat perkataan itu.

Lu boleh marah sama siapapun, tapi jangan pernah sakitin Alya, karena dia punya gue.

Lu emang pacar gue, tapi Alya prioritas.

Secret and Promise [Tamat✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang