Part 1

707 50 12
                                    

     "Saya terima nikah dan kawinnya Shinta Galuh Gistara Wardani binti Syafiq Hidayat dengan maskawin tersebut dibayar tunai."

"Bagaimana para saksi, sah?"

"SAH!!"

Shinta memejamkan matanya sebentar lalu membukanya kembali bersamaan dengan melelehnya air mata yang sudah menumpuk di pelupuk matanya, saat ia mendengarkan dengan jelas suara Rama yang melantangkan ijab qobul di layar tv yang sudah tersambung dengan kamera di lantai bawah.

Berniat untuk menangis bahagia, nyatanya Shinta malah menangis karena statusnya yang kini sudah berubah.

Di samping kanannya ada Kartika—mamanya, dan di samping kirinya ada Dewi—mama mertuanya. Aigoo.. mama mertua? Secepat itukah waktu berlalu? Padahal Shinta sendiri masih berusia 18 tahun.

Ya Tuhan.. sekarang dirinya adalah seorang istri.

Kartika dan Dewi memeluknya erat, mereka juga sama-sama menitikkan air mata, terutama Kartika. Melihat anak semata wayangnya menikah membuat hati wanita itu terasa penuh dengan haru dan pastinya secuil rasa tidak rela, melepaskan putri satu-satunya untuk mengarungi bahtera yang membawa putrinya menuju surga-Nya.

"Ya Allah.. sayang.. kamu sudah menjadi seorang istri sekarang, selamat nak, selamat. Mama doakan semoga pernikahan anak mama ini langgeng sampai maut memisahkan, Ya Allah, nak.." ungkap Kartika dengan berderai air mata, lantas ia mencium kening putrinya lembut.

Ah.. andai suaminya berada di sini, ia pasti dapat menyaksikan pernikahan putri mereka bersama-sama.

Dewi juga tak mau kalah, wanita berkebaya merah muda itu membawa Shinta pada rengkuhannya, menantu pertamanya yang sangat ia sayangi sejak pertemuan pertama mereka tiga bulan yang lalu.

"Menantu mami.. selamat datang, nak. Seperti kata mama kamu, mami juga berdoa semoga pernikahan kalian langgeng sampai maut memisahkan, atau bahkan tak terpisahkan, dunia-surga kalian tetap bersama."

Setelah itu Shinta dipapah oleh kedua wanita itu menuju lantai bawah.

Bagaikan seorang putri kerajaan Shinta terlihat begitu menawan, gaun pengantin berwarna putih indah yang panjang hingga menyapu lantai, belum lagi dengan hijab berwarna putih yang membungkus cantik kepalanya, dan sebuah tiara dengan banyak crystal berwarna putih dan sedikit sentuhan warna emas.

Benar-benar luar biasa indah, layaknya bidadari surga yang tengah turun dari langit.

Shinta menundukkan kepalanya. Dia malu, sangat malu mendapatkan tatapan tak percaya semua orang—tidak banyak, sih, tapi kalau semuanya menatap Shinta dengan pandangan yang sulit dialihkan lalu mulut yang seolah-olah tidak bisa dikatupkan, tentu saja dirinya merasa sangat malu.

Shinta menghentikan langkahnya saat sudah sampai di depan Rama yang tengah berdiri tegak menyambutnya.

Rama menahan napasnya sejenak melihat kedatangan Shinta. Istrinya. Dalam hati Rama memuji kecantikan Shinta bahkan ketika remaja itu tengah menundukkan kepalanya. Namun, aura yang dipancarkannya berhasil membuat kaki Rama terasa lemas, dan membuat degupan jantungnya menggila.

Rama memejamkan matanya sebentar saat tangan halus nan kecil itu meraih tangannya untuk dicium, sebagai penghormatan seorang istri pada suaminya. Rasa haru membuncah di dadanya. Rama merasa dunianya berhenti saat itu juga saat punggung tangannya bersentuhan langsung dengan bibir kemerah-merahan milik istrinya.

Nikmat Tuhan mana lagi yang ia dustakan? Rama sangat berharap dapat menghentikan waktu saat ini juga.

Rama balas dengan menyentuh ubun-ubun istrinya, mengelusnya sebentar lalu mengecupnya dengan penuh hidmat seraya menyenandungkan doa dengan suara lirih dan bergetar.

Kemudian Rama bergerak untuk mencium kening istrinya. Hatinya bergetar, darahnya berdesir, pengalaman pertama ini sungguh membuatnya kehilangan keseimbangan. Ya Tuhan.. begitu indah rasa di hatinya ini.

"Om, jangan kelamaan, aku malu pengen nangis." Suara kecil itu berhasil mengembalikan kesadarannya. Rama menahan sekuat tenaga agar tidak tersenyum saat netranya menatap mata cokelat terang itu, yang tengah menahan gumpalan bening di pelupuknya.

Namun, pada akhirnya Rama tak dapat menahan tawa kecilnya saat Shinta menggoyang-goyangkan lengannya dengan wajah merengut.

Para tamu undangan yang jumlahnya tak lebih dari dua ratusan orang itu berdecak sebal penuh rasa iri, ada pula yang bersorak saat Rama dengan beraninya menciumi wajah ayu istrinya.

"ASTAGHFIRULLAH RAMA! SADAR WOI SADAR! MASIH ADA GUE YANG BELOM NIKAH."

Mereka semua tertawa, bahkan Shinta—yang sempat syok karena Rama yang TERNYATA AGRESIF menyerangnya tiba-tiba di depan semua orang.

Aduuuhh.. malu sekali.

Tiba-tiba Rama menyejajarkan wajahnya dengan Shinta, laki-laki itu mendekatkan bibirnya pada telinga Shinta, lantas berbisik, "sekarang kamu bisa membuatku jatuh cinta, ayo lakukan."

◻️◻️◻️

ALHAMDULILLAH SELESE JUGA SATU PART.

Trauma gue kalo ceritanya panjang-panjang, ntar kek cerita sebelah yang up-nya sebulan sekali😭😭

Mohon doanya gaes biar gue bisa Istiqomah sama ni cerita 😭👍

Makasih udah baca,
Bayyyy

10 Maret 2021

Hei, You! Come to MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang