Mas Ramadhan
Plg jam brp?Shinta melirik pada jam di tangannya. Sudah pukul 11.30, sedangkan kelasnya selesai pukul satu.
Shinta Galuh
InsyaAllah, set 1Shinta menaruh ponselnya pada saku roknya, dia melanjutkan kembali kegiatan makan siangnya yang sempat tertunda. Dia mendongak ke atas saat merasa ada seseorang di depannya. Seorang cowok berparas tampan dengan rambut yang terlihat acak-acakan berdiri menjulang.
"Boleh duduk di sini?" Ucap cowok itu.
Masih dengan mi yang bergelantungan di mulutnya Shinta mengangguk.
"Thanks."
Lantas cowok itu mendudukkan tubuhnya tepat di kursi depan Shinta. Dia menaruh tasnya dan mengangkat tangan memanggil teh Asti—salah satu penjual di kantin kampus. "Bakso sama es teh satu," sebutnya.
"Udah itu aja? Nggak pengen nambah lagi?" Tawar teh Asti dengan mata sengaja dibinar-binarkan.
"Nggak teh, makasih," tolak cowok itu.
Teh Asti mengangguk lesu, dia berbalik—namun, segera memusatkan pandangannya lagi pada cowok itu dan juga Shinta yang sejak tadi memperhatikan mereka.
"Eh tapi A.. seblaknya lagi diskon loh A, neng," tawar perempuan itu dengan penuh semangat.
"Nggak teh, makasih," balas cowok itu dengan sedikit penekanan di nadanya.
Shinta tersenyum geli melihat mereka, lalu dia menunduk menyelesaikan acara makan siangnya. Dia berencana untuk sholat Dzuhur di masjid depan kampusnya.
"Tapi A—"
"Nuhun teh, tapi nggak," potong cowok itu dengan penuh kesabaran.
Teh Asti mengangguk lesu lalu dia berbalik menuju stand jualannya.
Cowok bertampang badboy itu menghela napasnya lelah, lalu menoleh ke arah Shinta. Dia memerhatikan gadis yang kini tengah sibuk dengan mi ayamnya dengan lekat-lekat.
"Lo Shinta, 'kan?"
Shinta mendongak lalu mengangguk. "Kok tau?"
"Gue Aldo, kita satu kelas di matematika," balas cowok bernama Aldo itu sembari mengangsurkan tangannya di depan Shinta.
Dengan segera gadis itu menangkupkan kedua tangannya di depan dada sembari tersenyum tipis. Aldo yang jabatan tangannya tidak disambut segera menarik kembali tangannya, dia balas senyuman Shinta dengan senyum agak canggung. "Salam kenal," katanya.
"Oh.. si Giraldo, ya? Oh iya salken juga," balas Shinta.
"Omong-omong, Lo tugas duanya udah belom?"
Shinta mencibir dalam hati. Ceilahhh.. minta tugas.
"Baru beberapa doang, sih."
"Oh.."
Lah? Nggak minta dia? Tanya Shinta dalam hati.
"Kalo boleh, gue minta dong, sekalian dijelasin, ya," pinta Aldo.
Dasar syeett—baru aja diomongin. Shinta ingin sekali mengumpat di depan wajah Aldo. Bisa-bisanya cowok itu dengan entengnya meminta jawaban plus tutorial mengerjakannya, benar-benar..!
Shinta memasang senyum terpaksanya, lantas mengangguk. "Entar tutornya liat aja di YouTube, aku kasih jawaban aja satu nomer."
"Kok cuma satu?"
"Ih atuh..! Orang aku baru ngerjainnya satu, kalo mau semuanya ya kerjain sendiri aja," pungkas Shinta dengan nada kesal yang tak bisa ditahannya.
"Eh kalem dong." Aldo berkata dengan nadanya yang nyolot.
Shinta menghela napasnya kasar. Jenis manusia seperti ini nih yang pantas sekali untuk dilelang. Sudah baik di kasih jawaban—eh malah ngelunjak.
Kemaruk! Makinya dalam hati.
***
HAIIII
Nggak ada ide sama sekali 😤😤😤 ishh tak suka laa..!
Eh btw..
SELAMAT HARI KARTINI GENGSSSS...!!
Pesan gue buat temen-temen cewek sekalian nih.
Jangan mengejar seseorang yang bahkan menoleh ke arahmu saja tidak. Jangan berlebihan dalam mencintai seseorang, karena bila dia tidak mencintaimu, itu sama saja seperti kamu tengah menabung rasa sakit yang akan kamu dapatkan kelak. Dan yang terpenting adalah cintai dulu dirimu sendiri, baru setelahnya kamu boleh mencintai orang lain—enggak boleh kebalik😤😤
Gitu aja, deh.
Terima kasih,
Bayyyyy21 April 2021

KAMU SEDANG MEMBACA
Hei, You! Come to Me
RomanceShinta tak pernah menyangka akan menikah di usianya yang masih belasan tahun. Oh, bukan! Ini bukan sebuah perjodohan yang direncana, ini lebih merujuk pada ... ah, sejujurnya Shinta sendiri juga bingung menyebutnya apa. Satu bulan pasca kematian aya...