Part 6

313 24 3
                                    

Rama melirik ke arah samping tempat tidurnya. Di sana ada istrinya yang tengah meringkuk dengan memeluk guling sebanyak dua buah. Sudut bibirnya bergerak untuk naik ke atas melihat tingkah gadis dengan piama bergambar Pokemon itu.

Ia mengelus pelan rambut istrinya yang panjang itu sebelum beranjak dari ranjang. Sampai saat ini Rama masih belum percaya sepenuhnya kalau ia sudah menikah, terlebih lagi menikahi gadis yang baru mendapatkan ijazah SMA-nya kemarin. Apalagi yang lebih gila daripada dituduh sebagai pedofil oleh temannya sendiri saat ia mengatakan kalau istrinya itu masih anak-anak?

Ah, maksudnya remaja. Remaja rasa anak-anak.

Rama memasuki kamar mandi untuk mengambil wudhu. Saat ini masih pukul tiga pagi dan lelaki itu memutuskan untuk sholat malam.

Setelah menyelesaikan serangkaian kegiatan ibadahnya, Rama melipat sajadahnya untuk ia taruh pada kursi meja rias milik Shinta. Masih dengan baju Koko dan sarung, Rama membuka laptopnya untuk mengecek beberapa laporan dan email yang masuk. Ia tidak mau membuang banyak waktu di kantor nanti hanya untuk melakukan hal remeh.

Asyik dengan laptopnya membuat lelaki itu tidak menyadari kalau istrinya sudah bangun, dan kini tengah duduk terbengong-bengong seraya mengacak-acak rambutnya yang berantakan.

"Loh, kamu udah bangun, Shin?" Pertanyaan itu keluar begitu saja dari Rama saat melihat Shinta.

Shinta yang mendengarnya lantas terkejut, ia melirik ke arah samping tempat tidurnya yang sudah kosong, lalu bergerak ke arah sofa yang mana ada Rama di sana.

"Mas Rama juga udah bangun, toh?"

Sudut bibir Rama terangkat sedikit mendengar Shinta memanggilnya dengan sebutan "mas". Sudah lewat beberapa hari memang, namun tetap saja rasanya begitu menyenangkan mendengarnya langsung. Masih dengan pandangan ke arah laptopnya, Rama bergumam menjawab pertanyaan istrinya.

"Ini jam berapa emang?" Shinta berjalan ke arah Rama yang tengah duduk di sofa sembari memangku laptopnya.

"Jam empat."

Shinta berdecak sebal mendengarnya. "Kok mas nggak bangunin aku, sih? Aku juga mau ikut sholat kali." Nada sebal itu tak urung membuat Rama menatap ke arah Shinta. Lalu tanpa aba-aba tangannya menarik tangan Shinta hingga membuat gadis itu terpekik lalu duduk di sampingnya.

"Ih ...! Jangan ngagetin gitu dong, mas! Untung aku nggak ada riwayat jantung, coba kalo ada. IGD subuh-subuh begini serem tau," gerutu Shinta yang lantas membuat Rama terkekeh geli lalu menggeleng-gelengkan kepalanya. Tak habis pikir dengan istrinya.

"Kamu tidurnya nyenyak gitu, kok, ya ... mana tega mas bangunin kamu. Kamu kalo tidur kayak orang pingsan, sih, Shin."

Shinta menghela napasnya sejenak sebelum ia menyandarkan tubuhnya ke sofa. "Gimana nggak kayak orang pingsan coba? Aku dari kemarin ngitungin angka mulu. Teknik Pertambangan buat kepala aku mau meletus." Penuturan Shinta dengan nada sebalnya membuat Rama menatap ke arahnya, lalu membawa gadis itu semakin mendekat ke arahnya.

Selanjutnya keadaan menjadi hening. Tangan Rama tergerak untuk merapikan rambut Shinta. Kasihan sekali istrinya itu, untung saja kepalanya tidak benar-benar meletus. Coba kalau beneran, sudah dijamin pasti genrenya berubah menjadi horor, bukan romance lagi.

"Mas."

"Hm?"

"Mas Ramaa."

Suara Shinta yang terkesan manja itu membuat Rama lagi-lagi tersenyum kecil, lalu ia menoleh ke arah istrinya yang kini sudah menatapnya lekat.

"Kenapa, hm?"

Senyum Shinta lalu terukir dengan begitu manis, membuat Rama sekuat tenaga menahan diri untuk tidak melahap gadis itu.

"Mas, bener ya, hawa pagi itu emang nyejukin banget."

"Bener, apalagi ini udah masuk musim ujan. Kamu kenapa? Kedinginan? Kalo gitu mah kamu mending langsung mandi aja, pake air anget tapi, kalo mau tidur lagi nanggung udah mau subuh."

Shinta tertawa kecil mendengar kalimat yang begitu panjang keluar dari lisan suaminya.

Allah ... Suami ceunah!

"Bukan mas, bukan itu," tuturnya dengan tawa yang masih ada.

Alis Rama terangkat sebelah mendengarnya. "Terus apa, dong?"

Tangan Shinta bergerak menangkup wajah Rama yang secara otomatis membuat laki-laki itu tertegun. Shinta terkekeh geli saat merasakan bulu-bulu kecil dari dagu sang suami menusuk-nusuk telapak tangannya.

"Iya sejuk banget, pagi-pagi udah dikasih pemandangan nyegerin, mas Rama kok makin ganteng sih pas pake baju Koko sama sarung gini? Aku jadi makin suka deh, xixixi."

Pernah ngalamin ada perang kupu-kupu dari dalam perut, enggak? Nggak pernah pasti, 'kan.

Lemah! Rama saja sudah, kok! Ini, lagi ngerasain.

***

Hilow hilow! Aku balik lagiiiii!! Ada yang kangen sama Rama n Shinta nggak, nih?

Hihihi sengaja part-nya pendek, aku pusing kalo part-nya harus panjang-panjang ✌️✌️

Makasih buat yang udah baca,
Baayyyyy

12 Desember 2021

Hei, You! Come to MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang