7 [Park Saera POV]

398 59 4
                                    

*panggilan yang anda tuju, tidak terjawab*

Sudah hampir setengah jam aku menelfon anak ini. Benar² deh, udah malem banget ini. Mana gw ga sekelas sama dia lagi. Tadi siang gw sempet liat dia sama sangwoo ke UKS... apa dia di lecehin?!

Engga dong, engga mungkin! Kan dia yg ngebawa Sangwoo ke UKS. Tapi karna apa ya? Apa jangan² karna di paksa?

Engga mungkin juga dong. Gw yakin Sangwoo engga sejahat itu.

Ku tatap jam yang terus menerus berjalan. Seakan di kejar, jantungku terus menerus berdetak kencang menanti pulangnya sahabatku. Sudah jam 10 malam ia tidak balik² ke kos. Dari jam 8 malam aku menunggunya membalas telfon ku. Tidak biasanya Y/n seperti ini.

Perlukah aku menelfon Sangwoo? Tapi aku tidak punya nomornya...

Sial

Ku pencet nomor telfon Y/n sekali lagi. Berharap ia akan menjawab telfonku karena pulsaku hanya tersisa sedikit.

"Aduh ni anak bisa engga sih angkat telfon gw sekali aja!" Teriakku di dalam kamar kos sembari bergumam tidak jelas.

"Halo? Ini mama nya Y/n kah?" Ucap seseorang dari seberang telfon. Dari nada suaranya yg rendah bisa di pastikan kalau pemiliki suara ini adalah anak cowo

"SIAPA INI?! MANA Y/N HAH? KALO LO BERANI NYENTUH UJUNG JARINYA-"

"Oh bukan emaknya ya... Gw kira emaknya. Ini siapa?" Selaknya dan balik bertanya

Apa-apaan!

"INI SIAPA?!" Teriakku pada pemilik suara ini.

"Sangwoo, Oh Sangwoo," jawabnya

"Sangwoo? Lo tadi ke UKS brg y/n kan pas siang tadi?! Lu apain dia?! Dimana dia sekarang? Mau gw laporin polisi?" Teriakku di depan hp sambil mengarahkan hp ku di depan mulutku.

"Engga om,ampun"

OM?!

Si Sangwoo ini pintar melucu juga ya. Rasanya inginku slepet mulutnya.

"Y/n pingsan tiba² pas ikut kelas malem sama gw. Sekarang dia ada di RS yg deket kampus. Harusnya lo tau dimana," lalu telfon pun terhenti.

"RS dekat kampus? Apa jangan² RS yang itu?" Gumamku kecil.

Tanpa menunggu aku mengambil dompet, jaket dan charger. Jaga² kalau hp ku mati saat di jalan. Ku buka pintu kos ku dan ku kunci setelahnya aku berlari kecil di lorong kosku. Kos ku ini khusus wanita tapi tak jarang banyak anak perempuan disini yang membawa pacarnya masuk ke dalam kamar kosnya.

Ibu kos juga tidak terlalu perduli dengan keamanan dari anak² perempuan yang tinggal disini. Asalkan uang mengalir, beliau akan bungkam atas apa yang terjadi. Sesampainya di luar, aku segera berlari mencari halte bus menuju RS yang aku tebak.

Bus yang ku incar ternyata berada tepat di samping kiri tubuhku saat ku sedang berlari menuju ke halte. jadi, saat aku sampai di halte, aku langsung lompat ke dalam dan duduk di belakang supir. Ku buka handphoneku dan menyalakan layar handphoneku, menampilkan sebuah foto aku dan mantan pacarku. Ku alihkan hp ku dan memasukkannya kembali ke dalam kantung celanaku.

Kembali terfokus dengan tujuanku dan seketika setelah sampai di RS ini. Aku segera berlari ke arah resepsionis.

"Mbak, kamar Y/n dimana mbak? Kalau tidak salah tadi dia baru dilarikan ke UGD, di dampingi oleh laki² tinggi, punya kantung mata yang tebal, muka pucat sama rambut kuning.... Pokoknya mirip jamet mbak," tanyaku

"Maaf, mirip siapa?" Tanya mbak resepsionis balik dengan alis yang mengangkat sebelah.

"Jamet mbak," jawabku cepat padanya.

Mbak² resepsionis tersebut terkekeh lalu memberikan arah ke kamar yang aku tanya. Aku berterima kasih dan berjalan ke arah lift menuju ke kamar nomor 44 di lantai 6. Kamar yang dulu menjadi kamar mantan pacarku dirawat.

//Ting//

Bunyi lift mengagetkanku,,

Ku melangkah keluar dan menengok ke kanan dan kiri, mencari kamar yang ku tuju. Sudah dari lama aku menghindari rumah sakit ini. Takdir memang tak pernah bisa di tebak. Ku hentikan kakiku di depan pintu bernomor 44. Mengetuk 3 kali sembari menunggu di buka kan.

"Masuk aja," teriak Sangwoo dari dalam kamar. Ku pegang gagang pintu dan ku tarik ke dalam dengan mendorong perlahan, ku lihat sahabatku terbaring dengan Sangwoo di sampingnya.

"Lu siapanya dia?" Tanya Sangwoo cepat

"Gw yang harusnya nanya. Lu siapa dia?"

"Gw temennya dia, sekelas. Sekarang lu sia-"

"Sahabatnya. Sekarang lu pergi," sergahku dan mengusir Sangwoo keluar. Sebelum ia keluar dari kamar ini, ini melirik Y/n sekilas lalu mengalihkan pandangannya dan pergi ke luar dengan 1 tangan menutup pintu.

Ku duduk di kursi yang tadi di duduki oleh Sangwoo. Menatap wajah sahabatku. Tak ku sangka setetes air jatuh di punggung tanganku dan semakin lama semakin banyak.

"Jangan tinggalin gw y/n, please..."

Dan aku pun terlarut dalam kesedihan..

sekali lagi...

Ps : "Hai readers setia My double sided boyfriend! Author minta maaf banget karna lama banget updatenya. Karna di tahun 2021 ini banyak kejutan yg buat author kelelahan jadi engga bisa update. Author akan coba buat update secepat mungkin kalau author ada waktu✊. Happy reading~❤❤"

My double sided boyfriend(ReaderXOh SangwooXJiwoon)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang