04

312 64 9
                                    

...

"Jam 8 malam."

Atsumu menatap langit yang sudah gelap sedari tadi. Dia merasakan dingin sekaligus lelah karena melanjutkan pendakian hingga malam hari. Tapi mereka tak bisa berhenti karena hujan deras tadi membuat mereka tidak melanjutkan pendakian karena mungkin saja berbahaya. Jika saja berhenti lagi, mereka pasti akan benar benar tertinggal jauh sekali.

Tapi siapa sangka bahwa pendakian setelah hujan lebih melelahkan. Dimana lumpur menempel dan baju menjadi basah dan berat. Meski mengunakan jas hujan tapi tetap saja. Ada bagian pakaian yang basah karena terciprat. Belum lagi lumpur yang licin.

"Seharusnya kita tetep jalan aja ya tadi?" Tanya Daichi. Karena mereka harus mengejar akibat hujan. Sepertinya mereka akan melakukan pendakian malam malam hingga sampai di post 3. Daripada membuang waktu akhirnya mereka melalui trek dengan hujan rintik dan suasana yang mulai gelap.

"Udah terlanjur bang." Ucap Moniwa. Dia tidak bisa menyesal juga karena sudah terlanjur seperti ini. Yang lain terdiam saja diperjalanan.

Saat mereka berada dijalur pendakian, ada jalur yang dimana mereka harus naik dengan memanjat. Semua pendaki baru terkejut. Tapi terkecuali Kyoutani. Dia yang memang sudah sering mendaki tak heran dan langsung melalui trek itu.

"Kok gak ada yang bilang sih ada jalur kayak gini?" Tanya Futakuchi. Dia ragu karena melihat jalur ini cukup ekstrim. Tapi mereka akhirnya tak mempermasalahkannya. Kyoutani naik lebih dahulu, disusul oleh Yahaba dan tentunya dibantu dengan orang orang dibawah sana.

Pijakan dan pegangan yang basah. Berkali kali membuat mereka tergelincir dan hampir terjatuh. Membuat mereka hati hati dan waspada begitu melintasinya. Futakuchi yang melihat teman temannya naik memilih untuk menjadi orang yang paling terakhir melintas tempat itu.

"Gak naik?" Tanya Aone disampingnya begitu melihat Futakuchi masih diam disana. Futakuchi mengangguk. "Ntar. Gua yang terakhir."

"Nope. Gua yang terakhir." Ucap Aone. Futakuchi menatapnya aneh. Yah, kalau lelaki bersurai putih yang biasanya irit kata mulai bicara. Sepertinya Futakuchi harus mengiyakannya. Dia mengalah. "Okedeh. Gua abis ini."

Sakusa sudah naik dan tinggalah Futakuchi dan Aone dibawah sana. Futakuchi menghela nafas dan bersiap naik. Dia menggapai batu yang ada disana sebagai pegangan. Pertama pijakan dan begitu memanjat. Pundaknya begitu berat akibat tas yang ia bawa. Dia terdiam ditengah tengah jalur itu.

"Bang, gak papa lu?" Tanya Osamu yang memperhatikannya dari atas sana.

"Gak papa bang!"

Duarr!!

Saat tengah melanjutkan perjalanannya, tiba tiba terlihatlah longsor kecil. Bukan longsor dahsyat. Hanya bebatuan dan tanah yang jatuh dari atas sana akibat petir yang tiba tiba menyambar puncak bukit. Tapi tetap saja, begitu melihatnya mereka semua terkejut dan panik. Karena lokasi mereka ada ditempat yang terjal dan berbahaya.

"Woe! Longsor!! Cepetan minggir!!"

Teriak Futakuchi kepada mereka yang ada diatas sana. Mereka bergegas berlari dan menjauh sesegera mungkin dari tempat terjal itu.

Daichi membelak. Dia berteriak. "Bang! Itu longsor didepan lu juga!"

"Awas bang!!"

"Minggir Fut!!"

Sibuk memperingatkan orang orang yang ada diatas sana, Futakuchi menghiraukan keberadaannya yang sama berbahayannya. Dia bergelantung disana. Tidak jauh dari pijakan bawah. Tapi batu batu dan tanah yang jatuh itu meluncur cepat dan bergerak menghantamnya.

PENDAKIAN - HAIKYUU AU! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang