Chapter 7 : Kembalinya King

70 4 0
                                    

Pertarungan terus berlanjut. Bahkan, Neko sengaja mengalah dan enggan melawan.

"Satu-satunya cara untuk menghentikan Queen ataupun King adalah dengan pedang yang telah diwariskan oleh ayahmu."

Ucapan itu terngiang-ngiang secara mendadak di ingatan Neko. Mimpi bertemu neneknya, mungkin adalah jawaban yang selama ini ia cari.

"Zanbat!" tegas Neko yang membuat sebuah pedang keemasan hadir dalam genggamannya.

Disisi lain, Wataru dan Taiga tengah berusaha bangkit dengan melawan rasa sakitnya.

"Pedang Zanbat, ternyata anakmu mewarisinya, ya," ucap Taiga.

"Bukan itu yang aku lihat, Nii-san. Kemungkinan besar, Neko sudah menemukan caranya sendiri untuk menyelamatkan kakaknya," jelas Wataru.

"Tentu. Dan kita sebagai orang tua, harus membantunya, bukan?" ucap Taiga.

"Kivat!" ucap mereka secara bersamaan dan setelah mendapatkan wujud Kiva, mereka langsung membantu Neko untuk mengembalikan kesadaran Neko.

"Wake up!"

Sebuah lambang kiva berwarna hijau lumut muncul dari bawah kaki Neko dan berpindah tepat di belakang Hiiro. Tidak lama kemudian, sengatan listrik pun langsung menyambar yang membuat Hiiro tersentak dan menjerit kesakitan.

"Sekarang, Neko," ucap Wataru setelah menepuk pundak anaknya.

Kini, baik Wataru dan Neko telah memegang pedang zanbat. Mereka menunggu waktu yang tepat untuk menyerang. Sesaat setelah diberikan setruman, ayah dan anak itu langsung melancarkan serangannya yang membuat Hiiro lepas dari wujud saga bersamaan dengan sebuah chip berukuran sedang.

*****

Kini, keheningan menyelimuti kediaman Kurenai. Hanya ada suara dentingan jam dan kepakan sayang kedua kivat yang sedikit mengisi suara.

Tidak lama kemudian, suara lenguhan Hiiro yang tampak kesakitan pun membuat mereka lebih khawatir.

"Kau tidak apa, Anakku?" tanya Taiga.

"Ayah?" ucap Hiiro yang berusaha mengontrol cahaya yang masuk ke matanya, "Iya, aku baik-baik saja. Hanya merasa sedikit sakit. Ah, Neko?"

Neko tidak mengatakan apapun. Ia langsung menerjang dan memeluk erat kakaknya yang sudah lama ia rindukan.

"Hiks ... Nii-san kejam," ucap Neko yang membuat Hiiro kebingungan. Sementara, Wataru dan Taiga hanya bisa tersenyum melihat kebersamaan itu.

"Kalian berdua, sangat dekat, ya," ucap Wataru yang tiada hentinya tersenyum.

Hiiro melepaskan pelukannya dari Neko dan menghapus air mata Neko, "Tentu. Karena, Neko adalah adikku satu-satunya. Dan juga satu-satunya yang tidak ingin aku lihat air matanya. Aku hanya ingin adikku tersenyum dalam kondisi apapun."

Ucapan Hiiro membuat Neko menjadi tersenyum, meskipun Neko sendiri masih ingin menangis dalam pelukan kakaknya.

"Itu baru anakku," puji Taiga.

"Omong-omong, mengapa kita ada di tahun dua ribu delapan?"

Pertanyaan Hiiro membuat Neko bungkam. Wataru pun mengalah ia menceritakan alasan Neko kemari. Dan betapa terkejutnya ia saat mendengar perlakuan kasarnya pada adiknya sendiri.

Panorama (Kamen Rider Diend ver.)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang