Chapter 10 : Apa yang Nyata

66 4 0
                                    

Kondisi semakin kacau. Seolah-olah memperparah keadaan, langit pun menjadi kelam.

Mengerikan, sungguh mengerikan. Beberapa bangunan hancur akibat peperangan antara manusia melawan fangire.

Haruskah hal yang sudah lama terkubur harus kembali lagi?

"Oi, Neko."

Neko menoleh pada seseorang yang memanggilnya dan dengan segera, Honda melemparkan air mineral padanya. Neko pun mendekat dan duduk disebelah Honda dengan sebotol air mineral itu.

"Tidurlah, biar aku yang jaga," ucap Honda.

"Mengapa Nii-san begitu lama? Kivat pun, mengapa ia belum kembali padaku?," ucap Neko dengan tatapan kosong.

Sejujurnya, Honda sangat kasihan melihat kondisi Neko. Ya, gadis itu sudah berulang kali merubah wujudnya menjadi fangire dan melawan banyak fangire hanya untuk memberikannya waktu evakuasi. Sungguh, wanita yang tangguh.

Honda merentangkan tangan kanannya dan menarik Neko dalam pelukannya, "Tenang, semua akan baik-baik saja. Mungkin, Hiiro sedang mencoba mengambil kontrol dari Queen untuk menghentikan semuanya dengan bantuan Kivat. Jadi, jangan sedih, ya."

Neko tersenyum sebentar, "Um, pasti. Aku sangat percaya jika Nii-san bisa melakukan yang terbaik untuk manusia dan fangire."

Entah mengapa, Honda merasa tenang setelah mendengar ucapan Neko. Ia pun mendekap Neko erat dan membiarkan Neko tidur dalam sandarannya.

Disisi lain, King mulai kewalahan dalam menghadapi Queen. Bukan karena King lemah, hanya saja Queen telah menyiapkan banyak bantuan termasuk dari Legendorga yang telah lama di segel oleh Kiva.

Banyak sekali manusia yang menjadi korban Legendorga. Masing-masing dari mereka menggumamkan kiva.

Layaknya mayat hidup, manusia-manusia yang sudah dipengaruhi oleh Legendorga, mereka tidak kenal haus, lapar, teman ataupun keluarga. Karena yang mereka tahu hanyalah kiva harus mati.

"Ada apa, King? Sudah ingin menyerah?"

Queen hanya tertawa melihat King yang sudah mulai kehabisan tenaga.

"Tenang saja, King. Aku akan memberimu hadiah lagi sebagai kenang-kenangan perpisahan kita," ucap Legendorga.

Tidak lama kemudian, tiga rider muncul dihadapan mereka. Decade, Kuuga, dan Kivaara berjalan ke arahnya secara perlahan.

"Attack ride : Decade."

Suara itu membuat Hiiro menghindar secepat yang ia bisa. "Belum apa-apa sudah main ultimate. Dasar Decade," eluh Hiiro yang kini dalam kondisi terpojok.

Tetapi, ditengah-tengah kebingungannya, para pengikut Legendorga beserta Queen jatuh satu-persatu.

"Wake up!"

Suara itu membuat Hiiro semakin bingung. "Bukankah Neko tidak tahu kalau aku kemari," ucapnya.

"Ya, memang. Adikmu memang tidak kemari. Tapi, ayah dari adikmu yang kemari."

"Paman Wataru!" Hiiro terkejut akan kehadiran dua kiva dengan IXA.

"Tunggu, mengapa IXA kemari?" ucap Hiiro yang membuat ayahnya berhenti dan menepuk pundaknya, "Kiva adikmu yang mengajaknya. Mungkin, ada sesuatu yang harus Nago urus."

"Oh, begitu," ucap Hiiro dengan nada malas.

"Hanya 'begitu' saja?" sahut Nago dengan suara baritone nya.

"Daripada kalian berdebat, ada baiknya selesaikan ini dengan cepat."

"Hah? Kembaran Decade?" ucap Hiiro yang membuat Kaito mendengus, "Bagaimanapun, aku bukan kembarannya. Hanya teman yang tidak pernah dilihat."

"Attack ride : Diend." Dalam sekali serangan, Kaito mampu menghancurkan banyak makhluk kelas teri.

"Wake up!"

Ketiga rider itu telah membuka ultimate nya. Ayahnya, Dark Kiva membuat lawannya tersetrum dan Saga tidak membuang kesempatan itu. Ia langsung mengikat dan membawanya melayang, lalu Kiva menyelesaikan nya dalam satu tendangan. Sungguh, kombinasi yang bagus antara penerus kiva.

"Tolong kembalikan kekuatan itu kepada Tuhan," ucap IXA yang langsung menghabisi mereka dalam satu tebasan.

Kini, ruangan utama istana ini sangat bersih dari kumpulan monster. Bahkan, foto keluarga antara keluarga Nobori dan Kurenai kembali ada di hadapan mereka.

"Ini ... susunan Kiva?" ucap Nago yang sejujurnya ia sangat terkejut pada garis keturunan kerajaan Fangire.

"Ah, benar," ucap Hiiro.

Di satu sisi, Tsukasa, Natsumi dan Yuusuke telah kembali ke alam sadar. Mereka bingung akan kondisi sekitar mereka.

"Ini ... mengapa kita ada disini?" ucap Natsumi dengan tatapan bingung.

"Aku tidak ingat apapun," jawab Yuusuke yang tidak kalah linglung dari Natsumi.

Tsukasa tampak lelah. Ia memegangi tengkuknya, "Entahlah. Apapun itu, apa yang membuat dua kiva dan IXA kemari?"

"Oh, sepertinya kau harus konsumsi timun laut dulu agar ingatanmu kembali. Benar bukan, Tsukasa?" ucap Kaito yang langsung dibalas dengan sebuah decakan dari Tsukasa.

"Daiki-san, bisa jelaskan apa yang terjadi?" ucap Natsumi dengan nada memohon.

Kaito mengambil salah satu kartu dari tempat yang telah disediakan. Ia membuka handgun nya dan mengarahkan pada ketiga rekannya, "Entah, aku tidak terlibat dalam hal ini."

"Attack ride : Invisible." Kaito menghilang dari hadapan mereka. "Selalu seperti itu," protes Tsukasa.

Tiba-tiba, kelopak bunga mawar merah berjatuhan. Entah darimana, bunga itu tampak senang. Para pria menengadahkan tangan dan mengamati asal bunga itu.

"Terakhir aku melihat ini hanya ada di kastil doran. Bukan begitu, Wataru?" ucap Taiga yang hanya dibalas anggukan oleh yang bersangkutan.

Tidak lama berselang, bunga itu berhembus dan tampak memberikan sebuah petunjuk kepada mereka. Tanpa berpikir panjang, mereka mengikuti kelopak bunga itu sembari mengendap-endap, agar mereka bisa membuat serangan mendadak saat dibutuhkan.

Tapi, apakah itu petunjuk palsu? Ataukah itu hanya halusinasi mereka saja?

Panorama (Kamen Rider Diend ver.)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang