Chapter 4 : Bertarung atau Bertarung?

95 8 0
                                    

"Neko ... adalah Kiva itu," ucap Natsumi dengan tatapan tidak percaya.

"Aku rasa Tsukasa benar," sambung Yuusuke.

"Sekarang, kalian yang memutuskan sendiri," ucap Kaito.

Baik Natsumi dan Yuusuke pun terdiam. Mereka masih tidak menyangka atas apa yang terjadi dihadapan mereka.

Disisi lain, pertarungan sengit tengah terjadi diantara Kiva dan Queen. Berkali-kali Queen memberikan serangan, berkali-kali pula Kiva menghindar. Queen sama sekali tidak memberikan kesempatan Kiva untuk menyerang ataupun menyentuhnya sedikitpun.

"Sudah aku bilang, bukan? Kau tidak akan bisa mengalahkan ku. Ha!"

Queen kembali melemparkan bolanya. Neko selalu menghindar, namun kali ini ia tidak bisa melakukannya. Ia terhempas hingga menabrak pohon yang tidak jauh dari posisinya.

"Mengalah lah, Kiva," ucap Queen yang bersiap melempar bola cahaya terbesar yang ia buat.

Dor! Dor! Dor!

Tembakan itu membuat Queen mundur dari tempatnya.

"Diend! Bukankah sudah aku bilang untuk menghabisinya!" protes Queen.

"Iya. Tapi, maaf saja. Aku tidak menjanjikan hal itu padamu," ucap Diend sembari mengambil tiga kartu dalam handgun nya.

"Kuuga!"

"Blade!"

"Ryuki!"

"Selamat bersenang-senang," ucap Diend setelah membuat tiga kamen rider muncul dihadapannya dan mulai menyerang Queen.

"Invisible!" Diend menembakkan handgun nya sembari menghilang bersama dengan Kiva dan menyisakan pertarungan Queen dengan tida rider. Cukup merepotkan.

*****

Set!

Kaito membaringkan Neko secara perlahan, seolah-olah Neko bisa hancur jika ia perlakukan secara kasar.

"Terimakasih, Daiki-san," ucap Neko sembari menahan sakit yang semakin bertambah, karena rasa sakit sebelumnya belum sembuh sepenuhnya.

"Tadi itu, mengapa kau tidak mencoba mendekatinya," ucap Kaito sembari menggeledah dapur Neko.

"Aku merasa jika itu belum saatnya," ucap Neko sembari menundukkan kepalanya.

Kaito hanya diam mendengar jawaban itu. Ia melanjutkan aktivitasnya untuk membuat teh dan setelahnya, ia menyajikan untuk dirinya dan Neko.

Keheningan menyelimuti mereka. Tidak ada satupun diantara mereka yang berminat mencari topik pembicaraan. Hanya dentingan cangkir dengan piring kecil yang mengisi ruangan ini.

"Daiki-san, apakah kau yakin jika Nii-san akan kembali seperti semula?"

Kaito menghela nafas, "Semua tergantung pada kepercayaanmu."

"Aku ... aku masih percaya. Hany saja, rasanya mustahil."

"Ingin kembali ke masa lalu?"

"Eh?" Neko tampak bingung atas ucapan Kaito.

"Kastilmu bisa membawa dirimu ke masa lalu, bukan? Lalukan saja. Aku akan menahan Queen disini," ucap Kaito dengan senyuman yang tidak pernah ia tunjukkan pada siapapun.

"Kenapa?"

"Kau akan menemukan jawabannya," ucap Kaito yang membuat Neko terdiam dan memikirkan hal itu.

"Sebelum itu, Daiki-san ... berhati-hatilah pada Tsukasa ...."

"Dia penghancur, bukan? Tenang, aku akan berhati-hati."

"Bukan karena itu. Neo Fangire seperti Queen, memiliki kemampuan untuk mempengaruhi pikiran dan menjadikan manusia ataupun fangire sebagai pengikutnya secara langsung. Bisa saja, Tsukasa sudah dipengaruhi olehnya. Mengingat fakta jika Tsukasa juga pernah menginjakkan kaki di dunia Kiva."

Kali ini, Kaito lah yang terdiam. Ia juga merasakan hal yang sama. Dulu, Tsukasa menjadi pemarah karena pengaruh Dai Shocker dan Neo Shocker.

Sekarang, apakah benar Tsukasa terpengaruh Neo Fangire?

*****

Natsumi dan Yuusuke memutuskan untuk kembali ke studio mereka. Berhubung mereka tidak ada kerjaan, mereka telah sepakat untuk berbicara pada Tsukasa mengenai Kiva.

"Mau bagaimanapun, itu urusan dia. Urusan kita adalah membantu Queen," ucap Tsukasa dengan tampang acuh.

"Tsukasa, bukan itu tujuan kita kemari," tegur Natsumi.

"Tsukasa, mungkin kau tidak peduli padanya. Tapi, lakukanlah seperti saat kau ingin membantu Kaito," sambung Yuusuke.

"Beberapa kali aku bilang, biarkan dia melakukannya sendiri!" gertak Tsukasa, "Mau dia hidup atau mati, itu bukan urusanku."

"Ternyata benar, Tsukasa sepertinya telah dirasuki oleh Fangire." Kaito muncul dengan Diend driver ditangannya. Ia pun selalu bersikap santai dihadapan rekannya, Tsukasa.

"Daiki-san," gumam Natsumi.

"Dirasuki? Hah, omong kosong apa itu," acuh Tsukasa.

"Terakhir kali aku melihatmu seperti ini itu ... saat Neo Shocker menyerang dunia rider. Dan kau justru menghabisi semua rider," ucap Kaito yang terdengar seperti seruan adu domba bagi Tsukasa.

"Jika kau ingin mencuri barang orang lain, lakukan saja. Urus urusanmu sendiri," balas Tsukasa.

"Sayang sekali, saat ini aku hanya ingin bermain-main denganmu," ucap Kaito yang membuat Tsukasa memberikannya tatapan tajam.

"Ingatlah, Tsukasa. Hanya aku yang dapat menghentikanmu," sambung Kaito dengan senyuman yang tidak kalah licik lalu pergi dari kediaman itu yang membuat Natsumi dan Yuusuke menyusulnya secara spontan.

"Daiki-san, tunggu!"

Suara Natsumi berhasil membuat yang bersangkutan berhenti.

"Tsukasa, Neko, Kiva, apa yang terjadi sebenarnya?" tanya Natsumi dengan tatapan serius.

Kaito pun tampak mengambil sedikit jarak dari mereka, "Singkatnya, Neko memberitahuku jika Neo Fangire memiliki kemampuan untuk mencuci otak secara langsung. Dan tanpa disadari, kemungkinan Tsukasa sudah terkena dampaknya. Itulah mengapa Tsukasa menjadi tampak seperti saat para Shocker menguasai dunia rider."

"Maksudmu, Queen mengambil alih pikiran Tsukasa dan mengisinya dengan penuh kebencian pada Kiva?" simpul Yuusuke yang membuat Kaito mengangguk.

"Tidak mungkin," gumam Natsumi.

"Ada baiknya jika kalian tinggal di tempat Neko berada. Ia mungkin kesepian setelah kakaknya mengusir dirinya. Selain itu, ini juga demi keamanan kalian," ucap Kaito.

"Natsumi, tinggal bersama Neko saja. Aku yang akan menjaga Tsukasa," ucap Yuusuke.

"Tidak, aku yang akan bersama Tsukasa," ucap Natsumi.

"Bukankah aku tadi mengatakan 'kalian'?"

Panorama (Kamen Rider Diend ver.)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang