Setelah menangis berjam-jam, Neko tiba-tiba diam dan menutup kelopak matanya. Tentu saja ia kelelahan akan kesedihan dan emosi yang terpendam. Mungkin, baru kali ini ia menjadi lebih tenang dari sebelumnya.
"Wataru, bagaimana bisa orang dari masa depan kembali ke dunia kita?" tanya Taiga.
Wataru duduk di tempat yang tidak jauh dari tempat anaknya tidur. Maniknya terus menatap wajah lelah anaknya dengan senyuman kecil.
"Kastil doran. Kemungkinan besar, aku di masa depan telah mewariskan kastil doran untuknya," jawab Wataru.
"Neo Fangire ...."
"Itu, Fangire yang dibicarakan oleh Neko, bukan?" ucap Wataru.
Taiga berjalan dan duduk tepat dihadapan Wataru, "Aku sedikit mengerti situasinya."
Belum sempat melanjutkan ucapannya, suara Taiga telah dipotong oleh peringatan dari biola kenang-kenangan dari ayahnya.
Ya, Bloody Rose adalah nama biola itu. Bloody Rose selalu berbunyi tiap dunia milik Wataru dalam ancaman.
"Wataru, ayo!" ucap Kivat yang membuat kedua pria itu bergegas menuju tempat yang telah ditunjukkan oleh biola itu.
Dengan wujud Kiva, mereka menghadang pengganggu dunia Kiva. Tetapi, belum sempat melakukan perlawanan, mereka telah dihadang oleh sepuluh Fangire yang tampak berbeda dari ras mereka.
"Inikah ... Neo Fangire itu?"
*****
Malam telah menyelimuti bumi. Bahkan kabut pun ikut mengisi keheningan malam. Suhu mendadak menjadi sedikit lebih dingin dari siang hari.
'Ini ... dimana?' pikir Neko sembari melihat kondisi sekitarnya yang sama sekali tidak menunjukkan tanda-tanda kehidupan sedikitpun.
Ia memberanikan diri untuk melangkah. Dengan tatapan waspada, ia berhasil menemukan sebuah gua yang berisi sebuah perapian kecil.
"Halo?" sapa Neko dengan harapan agar ada yang menjawabnya. Tetapi, harapannya pupus. Tidak ada satupun orang yang tinggal di gua ini. Lalu, siapa yang menyalakan api itu?
Neko akan memikirkannya nanti. Karena yang terpenting saat ini ialah kehangatan tubuhnya.
Saat asik menghangatkan diri, ia mendengar suara ranting patah. Bukan, bukan dari kayu yang dimakan api. Tetapi berasal dari luar gua.
"Siapa kau, Nak?"
Neko terperangah saat mendengar suara dari belakang dirinya. Seorang wanita berwajah pucat dengan pakaian loli hitam dan matanya ditutup satu.
'Mayat kah?' batin Neko.
"Apa pertanyaanku kurang jelas?" ulangnya yang membuat Neko terkejut, "Namaku Kurenai Neko, dan Anda?"
Wanita dihadapannya pun tidak kalah terkejut. Ia langsung duduk disebelah Neko dengan tatapan yang ingin menangis, "Maya, Namaku Maya."
"Maya? Kau ... ibu Ayahku, Kurenai Wataru?" tanya Neko yang langsung dijawab anggukan lemah. Tanpa berpikir panjang, Neko langsung memeluk wanita itu erat.
"Akhirnya aku bisa bertemu denganmu, Nenek," ucap Neko yang kini menangis terharu.
Maya melepaskan pelukannya dan ia menatap Neko lekat-lekat, "Ada masalah apa? Mengapa irama mu tidak tenang?"
Neko diam sejenak, sekedar mengambil ancang-ancang untuk menceritakan semua kejadian yang terjadi di dunianya. Maya pun mengerti, itu pasti kehidupan yang sangat sulit bagi cucunya.
Setelahnya, Maya membagikan sedikit cerita bahkan cara kuno untuk menghancurkan baik raja ataupun ratu fangire. Neko yang semula tidak mengerti, kini ia jadi tahu semuanya.
Ya, ayahnya sudah mewariskan semuanya untuk dirinya. Hanya ia yang perlu belajar lebih lagi tentang dunia dan kemampuannya.
Namun, suara gesekan biola membuat pertemuan mereka harus berhenti.
"Jadilah kuat, Cucuku. Seperti kakek dan ayahmu," ucap Maya.
*****
Bloody Rose enggan menghentikan suaranya. Ia terus berbunyi hingga membangunkan Neko dari tidurnya.
"Nenek?" panggil Neko. Tetapi, ia sadar satu hal. Sinar mentari masih menyinari bumi, yang artinya disini masih siang hari dan membuat Neko sadar jika apa yang terjadi sebelumnya hanyalah bunga tidur belaka.
"Bloody Rose?" gumam Neko dan perlahan berdiri. Rasanya, ia sedikit pusing. Karena panggilan dari kakeknya, ia harus bangkit.
Neko berlari menuju arah yang ditentukan oleh Bloody Rose. Banyak orang yang berlarian tiada henti, mungkin ia sudah akan sampai di tempatnya.
Namun, pemandangan lain justru membuatnya terkejut. Bagaimana tidak, Emperor Kiva dan Dark Kiva telah terjatuh serta tidak berdaya.
"Ayah! Paman!" Neko berlari sekuat yang ia bisa untuk memastikan kondisi mereka. Tentunya, sesakit apapun, mereka tetap menjawab jika mereka baik-baik saja dan menyuruh Neko untuk pergi.
"Heh, tumben sekali kau datang terlambat, Neko. Mencoba bersembunyi dariku,hm?"
"Queen," ucap Neko yang langsung memasang posisi siaga.
"Ah, tunggu. Berhubung kau disini, aku ada kejutan untukmu," ucap Queen yang kemudian anak buahnya membawa seorang pria yang telah diikat dengan kondisi sedikit babak belur.
"Kaito!?" Neko tertegun. Ia tidak bisa mengucapkan sepatah katapun.
"Maaf, Neko. Aku gagal menghadangnya untuk kemari," ucapnya dengan santai.
"Um, tidak masalah," ucap Neko dengan wajah menangis.
"Jangan menangis," ucap Kaito yang diakhiri dengan tawa kecil.
"Siapa yang kau kira menangis!?" ucap Neko yang justru semakin ingin menangis saat melihat Kaito diperlakukan seperti itu.
"Sudah cukup bicaranya? Kalau sudah, dengarkan baik-baik. Berikan Kiva kepadaku dan akan aku serahkan dia," ucap Queen.
"Kiva? Anakku bukan Kiva, dia hanya Fangire biasa!?" sela Wataru sembari menahan sakit akibat pertarungan sebelumnya.
"Ayah, maaf," gumam Neko.
"Benarkah? Mari kita buktikan," ucap Queen yang langsung memberikan bola energi yang sama seperti pertarungan sebelum Neko pergi ke dunia ini. Hanya saja, bola itu lebih besar dan mengerikan dari sebelumnya.
"Kivat!" tegas Neko dan kelelawarnya pun hadir, "Gigit."
"Henshin!"
Setelah menjadi wujud Kiva, Neko langsung menghadang bola energi itu dan membalikkan serangannya pada Queen. Sayang, Queen terlanjur bisa membaca gerakannya.
"Neko, kau sama sekali belum ingin menyerahkannya ya?"
"Maaf sekali, Queen. Tapi, Kivat diwariskan Ayah untukku, untuk menjaga Fangire dan manusia. Bukan untuk menghancurkan Fangire baik yang ingin menjaga dan mencintai manusia."
"Neko ...," gumam Wataru.
"Baiklah, kalau itu keputusanmu. Maka, lawanmu adalah dia."
Kamen rider putih dengan seluruh kehormatan datang dihadapan mereka. Auranya yang tegas, membuat siapapun kagum, bahkan terpana.
Belum sempat Neko berkata, Kamen rider itu langsung menyerang yang membuat Neko harus menghindar sejauh yang ia bisa.
"Itu ... Saga?" ucap Taiga.
"Nii-san, sadarlah!"
"Dia bukan kakakmu lagi, Neko," ucap Queen yang diakhiri dengan tawa. Dan setelahnya, ia mundur membawa Kaito dengan menyisakan pertarungan antar saudara.
"Nii-san!"
![](https://img.wattpad.com/cover/261248484-288-k180216.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Panorama (Kamen Rider Diend ver.)
FanfictionMenjadi seorang kamen rider yang berkeliling dunia rider untuk mencari harta adalah hal yang biasa bagi Kamen rider Diend. Bak yin dan yang, ia bisa menyempurnakan seluruh gerakan rekannya, Kamen rider Decade. Tetapi, ada suatu kejadian dimana tempa...