Entah berapa lama setelah peristiwa itu, kini kondisi kota ini sudah pulih sepenuhnya. Manusia dan Fangire telah hidup berdampingan kembali.
Senyuman, canda tawa, semuanya kembali. Termasuk IXA yang mendapatkan wujud barunya.
Hanya saja, seberapa lama ia menunggu, Kaito enggan menampakkan diri. Setelah kejadian itu, Hiiro bercerita jika nyawa Neko saat ini berasal dari energi Kaito.
Tetap saja, kemana perginya kamen rider pecinta harta itu?
Seperti biasa, Neko menghabiskan waktu di taman kota dengan biolanya, ia memainkan musik dari Kaito. Ia masih ingat benar tentang pertemuan pertamanya, ucapannya, dan segala hal tentang Kaito masih tersimpan erat di ingatannya.
Ia tidak peduli berapa banyak orang yang melihatnya. Ia tidak peduli berapa banyak orang yang mengaguminya. Ia hanya peduli pada harapannya untuk bertemu pada Kaito lagi.
Saat ia selesai, suara tepuk tangan meriah hadir dari kakaknya, Tsukasa, Natsumi, Yuusuke, dan Honda. Neko hanya tersenyum simpul untuk menghargai partisipasi mereka.
"Tampaknya, kau sudah mulai menikmati hidupmu yang baru ya, Neko," ucap Tsukasa yang langsung disambut tawa kecil dari lawan bicaranya, "Meskipun begitu, aku masih ingin bertemu dengan Kaito. Ia masih memiliki hutang untuk menjawab pertanyaanku."
Neko menengadah langit agar butiran kristal cair tidak mengalir dari pelupuk matanya.
"Ah, ternyata kau tipikal orang setia."
Suara baritone itu sangat Neko kenal. Kini, dihadapannya telah muncul seorang pria yang sangat ia cari. Tanpa basa-basi, Neko berlari dan memeluknya erat.
Begitu juga dengan Kaito, ia membalas peluka gadis itu erat. Bahkan, Kaito juga tampak mencium ujung kepala gadis itu.
"Kemana saja kau, Bodoh!" ucap Neko dengan tangis yang kini tidak bisa ia tahan lagi.
"Aku? Hanya mencari harta dan disinilah harta yang sangat tidak bisa tergantikan," ucap Kaito yang membuat Neko bertanya-tanya.
"Saat itu, hujan kelopak bunga mawar merah sengaja kau keluarkan untuk melindungi semua manusia yang masih hidup dan menyamarkan mereka dari para Fangire, bukan? Sekarang, aku rasa aku tidak punya hutang untuk menjelaskannya padamu," ucap Kaito dengan senyuman khasnya.
Tangan Kaito tergerak untuk menghapus air mata sang gadis, "Sekarang, apakah kau ingin ikut denganku?"
"Maaf, aku tidak bisa. Tempatku disini dan akan selalu disini," jawab Neko.
Kaito tampak berpaling dari Neko. Ia berjalan mendekati ketiga teman seperjalanannya sembari menggandeng Neko.
"Aku rasa, perjalananku cukup sampai disini," ucap Kaito yang membuat Neko, Yuusuke dan Natsumi membelalakkan mata.
"Apa maksudmu, Daiki-san?" ucap Natsumi.
"Dia sudah menemukan harta karun yang lebih bernilai dari sebelumnya. Benar bukan, Kaito?" ucap Tsukasa.
"Ah, itu benar," ucap Kaito dan ia langsung merangkul Neko, "Aku akan meneruskan hidupku disini untuk menjaganya."
Hiiro tidak sengaja tertawa mendengar hal itu, "Sebegitu cintanya kah kau pada adikku?"
Kaito tampak jengah. Ia pun seperti tidak berminat untuk menjawab pertanyaan Hiiro.
"Nii-san," tegur Neko.
Hiiro pun mendekati adiknya yang kini bukan dalam rangkulannya. Ia mengacak pelan surai adiknya, "Tidak masalah. Aku hanya bercanda. Lagipula, aku selalu mendukung apapun yang menjadi keputusanmu, selama itu masih ada di jalan yang benar."
"Eh? Itu terdengar seperti lampu hijau," ucap Yuusuke.
"Itu memang lampu hijau, yang artinya kakaknya merestui hubungan mereka," jelas Tsukasa.
"Aku rasa, aku sudah mendapatkan jawabannya, bukan?" sela Honda yang membuat mimik bahagia Neko berubah menjadi penyesalan.
"Maaf, aku bukan bermaksud begitu, Honda. Hanya saja ...."
"Tidak apa. Mungkin, kau kurang melihatku dari sisi manapun. Tetapi, terimakasih sudah mau mengisi hidupku."
Neko bergeleng pelan dan melepas kalungnya perlahan lalu memberikannya pada pria dihadapannya, "Aku pernah berjanji padamu kalau aku akan selalu ada disisimu, bukan? Aku akan selalu disini sampai kapanpun."
"Neko ...."
"Tidak perlu kau khawatirkan. Hubungan kita masih sama, Sahabat."
Entah mengapa, ucapan itu justru membuat hati Honda tersayat-sayat. Ia tidak bisa menerima fakta bahwa Neko sudah bertemu dengan seorang pria yang dia kagumi. Tetapi, ia dipaksa untuk menerima fakta bahwa ia bukanlah orang yang spesial di hati gadis itu.
Kaito pun mendekat dan langsung merangkul Neko lagi. Maniknya pun menangkap hal yang terlihat jelas, "Kau kecewa?"
Honda menghela nafas, "Selama Neko bahagia, maka aku akan bahagia. Jangan buat ia menangis."
Kaito tersenyum mendengarnya, "Kau pikir aku siapa."
"Sudahlah kalian, jangan bertengkar lagi," lerai Neko dan ia langsung menatap tiga teman barunya, "Kalian akan kembali kapan? Aku harap, kalian tidak pergi secara dadakan."
"Kurang tahu. Karena kami selalu pergi secara mendadak," jawab Natsumi.
"Begitu ya," gumam Neko.
Sebelum benar-benar berpisah. Baik Neko, Hiiro, dan Kaito menyempatkan untuk singgah sementara di studio milih keluarga Natsumi. Bahkan, mereka juga berfoto bersama-sama untuk mengingat semua kenangan yang telah terjadi di dunia ini.
Tidak lupa, Neko dan kakaknya juga membawakan oleh-oleh yang bisa dibilang cukup mahal untuk mereka. Mengingat mereka selalu bersama akhir-akhir ini, rasanya barang semahal ini tidak ada apa-apanya untuk Neko dan kakaknya.
Ya, senang, sedih mereka lalui bersama. Meskipun ada beberapa tipu daya, mereka tetap berhasil melewatinya bersama-sama.
Hingga tiba saatnya dimana mereka harus berpisah, tetapi tidak untuk Kaito. Mulai detik ini dan seterusnya, ia memutuskan untuk tinggal di dunia ini demi melindungi gadis pujaan hatinya.
![](https://img.wattpad.com/cover/261248484-288-k180216.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Panorama (Kamen Rider Diend ver.)
FanficMenjadi seorang kamen rider yang berkeliling dunia rider untuk mencari harta adalah hal yang biasa bagi Kamen rider Diend. Bak yin dan yang, ia bisa menyempurnakan seluruh gerakan rekannya, Kamen rider Decade. Tetapi, ada suatu kejadian dimana tempa...