11:00

2.6K 350 117
                                    

Mungkin karena gemas, Dimas langsung saja menciumi wajah naran dengan sedikit terisak dan tersenyum, tangan Dimas  terulur mengelus rambut naran yang sedikit lepek karena demamnya yang membuatnya berkeringat

"Ah putra ayah sangat menggemaskan", gumam Dimas, galih hanya menatap interaksi anak dan ayah itu dari pintu, inginnya berteriak dan menyumpahi Dimas untuk tidak mengganggu naran tapi hatinya berkata biarkan saja

Sial bingung galih tuh

Tes

"Hiks.. maafkan ayah nak, hiks.. ayah merindukan mu" galih masih mencium kening hangat putranya itu sayang, malam semakin larut dan naran sepertinya masih malas membuka mata, tapi gangguan karena elusan di kepala juga benda kenyal yang menciumi seluruh wajahnya itu mengganggu

Jadi dengan pelan naran membuka matanya, sesekali berkedip untuk menghilangkan buram yang menghalang penglihatan nya

"Eughh" gumamnya, sial siapa yang berani mencium wajah tampan nomor satu di seluruh dunia ini? Batinnya, well matanya memang buram akibat sakit demamnya

Hingga persekon nya, mata itu itu akhirnya dapat melihat dengan jelas dan

Sebuah bibir berada di depannya

.
Bruk

"Yakk!!! NGAPAIN LO? UUHHUKK" naran langsung berdiri pas selesai dorong wajah tampan Dimas, hingga Dimas tersungkur ke belakang

"pertemuan yang membagongkan" batin galih yang melihat, ingin tertawa melihat pengusaha terkenal dingin itu jatuh tidak elit, "pasti sakit" kalau ini, batin para bodyguard yang di bawa Dimas, mereka meringis melihat kepala itu yang terantuk meja nakas, untung tidak parah, hanya sedikit mengeluarkan darah di kening Dimas umm


Naran langsung berdiri dari tidurnya, sedikit oleng saat kening langsung menyerang kepalanya, ternyata naran masih nolep, engga deng itu karena sakit nya aja, makanya pening kalau sehat sehat pasti bakal tetap pening kok wkwkwk



"SIAPA SIH KAMU?? DATANG DATANG LANGSUNG MENGGREPE-GREPE DIRIKU?" assike bahasa nya, nyak. Tangan naran sibuk melap wajahnya yang sudah ternoda tinta tanpa warna apasih hak jelas banget

Dimas berdiri, sedikit meringis saat perih pada kepalanya yang berdarah,

"Nak ini ayah" ujar Dimas lirih, ia menatap wajah naran yang kini sedang mematung selepas mendengar ucapan nya

Mata naran perlahan menatap wajah pria itu, matanya berkaca-kaca dan kini memerah

"Siapa?" Tanya naran, Dimas terdiam

Tes

"Reno, ini ayah nak" ujar Dimas, tangannya terentang ingin memeluk naran, tapi Narannya malah mundur dan kini sedang memasang wajah dingin

"Saya tidak kenal anda tuan" ujar naran, kini dia berujar tajam, air matanya dengan kuat coba dia tahan hingga memerah sangat kontras dengan wajah putihnya yang makin putih akibat pucat.

"Dan tidak ada Reno disini, Anda salah orang" tambahnya, Dimas menggeleng

"Saya tau kamu Reno, naran nama itu nama tengahmu, kamu ambil dari Dianaran kan? Nak, ini ayah. Ayah minta maaf, mohon maafkan ayah" ujar Dimas, kini dia menangis dengan keras, air matanya jatuh begitu deras

Galih mengalihkan perhatiannya, sedangkan naran masih menatap tajam wajah pria tua di depannya

Naran melongos. ingin pergi, sebelum tangan Dimas memegangnya dan meluruh dengan lutut sebagai tumpuan nya

DIANARAN AND TWINS (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang