43✨

19.3K 1.1K 46
                                    


Siap siap. Ramein part ini, yaa.
kalian pasti muak baca permintaan maaf aku😭 tapi beneran aku minta maaf karena updatenya ga nentu😭😭 doakan aku konsisten mulai malam ini ya, karena Alhamdulillah keadaan aku membaik🫶🏻
sayang kalian💕

Happy reading 💜💜

✨✨🍓🍓✨✨

" Mama... Angel pulang " suara menggema yang berasal dari Angel memenuhi ruangan. Suaranya yang khas, dan merdu selalu menjadi penyemangatku.

Segera aku bergegas ke sumber suara anak gadisku. "Aduhhh... anak gadis Mama. Makin lama kok makin kaya bakpao yah, pipinya " ujarku, sembari mencubit pipinya yang semakin berisi.

" hehehe, kan Angel makannya lahap terus, Ma" balas Angel.

"Bagimana hari ini, happy gak renangnya?. " tanyaku. Pertanyaan yang tadinya selalu berasal dari mas Sakha ke Angel, kini berubah menjadi tugasku, untuk menanyakan bagaimana hari yang anak gadisku jalani.

Angel mengecup kedua pipiku pelan " Angel happy, ma. Happy banget " balasnya dengan mata berbinar.

" Besok mau pergi kemana? Besok kan Angel gak ada jadwal" tanyaku.

Angel meletakkan kedua tangannya di dagu, sedang menimang apa yang ingin ia katakan " Hmmmmm, mau ke mall, mau beli boneka beruang yang gedee" jawabnya dengan bersemangat.

"Siappp anak gadis. " ujarku tak kalah semangat membalas Angel, kemudian mengecup keningnya.

✨✨🍓✨✨

Sebelum tidur, rutinitas mas Sakha setelah beberapa jam terfokus di depan layar laptop, ialah tidur di pahaku. Menjadikan, pahaku sebagai bantalnya. Dengan wajahnya yang menghadap ke perutku.

"Halo adik, lagi ngapain? Papa kangen banget" tanya mas Sakha bermonolog dengan perutku. Tak lupa, bajuku di angkat, sehingga memperlihatku gundukan di perutku yang masih rata.

Mas Sakha menggesekku hidungnya pelan, keperutku. " Geliii mas. " kekehku.

Mas Sakha tak mendengarkan ucapanku, dan malah mengecup perutku dengan gemas.

"Adik, kalau keluar nanti, terus ternyata adik cowok, main bola sama Papa, ya. Nanti Papa buatkan stadion bola buat Adik. " ujarnya antusias.

Hanya mas Sakha yang antusias, dengan segala rencananya. Aku mencubit pelan ujung hidung mas Sakha. " Baru sebulan, Mas. Udah main janji begituan. "

"Pamali" lanjutku.

Mas Sakha langsung mengubah posisinya, kini ia bangun dan duduk menghadapku. " Jangan percaya yang begitu. Saya kuliah dokter bertahun tahun, gak ada larangan untuk merencanakan masa depan Anak Sil. " jelas mas Sakha. Nadanya lebih terdengar dingin, mendandakan bahwa mas Sakha tidak suka mendengarku mengucapkan hal tersebut.

" Selagi kamu sehat, fikiran kamu tenang, makanan di jaga, rajin kontrol ke obgyn. Semua pasti baik baik saja. Adik akan lahir dengan selamat dan sehat. Berada ditengah tengah kita " sambungnya lagi. Sorot mata mas Skaha tersirat tenang, namun tajam.

Aku menundukkan kepalaku, tidak berani menatap mata mas Sakha.
"Iya mas" cicitku, dengan kepala yang masih menunduk.

Mas Sakha memegang daguku, agar wajahku menongak untuk menatapnya. "Berusaha berfikir positif, Sil. Tubuhmu sekarang bukan cuma kamu, tapi ada kehidupan lain disana. Kalian rizki sekaligus amanah terbesar, yang tuhan titipkan ke Saya " terang mas Sakha dengan lembut, kali ini sorot matanya sudah tidak tajam. Namun sangat lembut. Sehingga apa yang mas Sakha ucapkan, membuat relung hatiku ingin menangis.

Suamiku Dokter ( Tahap Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang