31

28.2K 1.4K 17
                                    

Tidak terasa kejadian dimana aku kehilangan calon bayiku sudah terlewati tiga bulan lamanya. Kondisi tubuhku sudah lebih membaik, dan tentu hubunganku dengan mas Sakha lebih membaik juga. 

Hari ini aku ada penggalangan dana untuk korban banjir di Kalimantan Selatan. Setelah mengikuti dan menjadi bagian dari anggota HMJ Kebidanan, aku menjadi semakin lebih sibuk dibanding sebelumnya. Jika sebelumnya aku adalah mahasiswi kupu kupu( Kuliah pulang, kuliah Pulang ) namun sekarang tidak. Aku lebih aktif, sangat aktif malah.

Mas Sakha, tidak pernah menuntut untuk aku selalu berdiam dirumah, selagi aku masih bisa mengatur semuanya. Ya, walapun sangat lelah tapi mas Sakha lebih lelah karena harus mendengarkan keluh kesahku tiap malam.


Organisasi memberi dampak, yang menurutku sangat postif untuk mahasiswa, kita dituntut untuk bertanggung jawab, berani mengutarakan pendapat, berani berbicara dihadapan orang banyak, dan masih banyak lagi. Itu yang aku rasakan, beberapa bulan belakangan ini setelah ikut dunia organisasi.

✨✨

Pantulan tubuhku terlihat sudah rapi di cermin sana, sekarang saatnya membangunkan mas Sakha yang masih tidur tenang di kasur.

Meski sedang tertidur pun wajah mas Sakha masih datar, tapi sangat menangkan. Menatap wajah suamiku, wajah yang tidak pernah bosan untuk aku lihat. Baik hari ini, esok, dan esoknya lagi tak akan pernah bosan untuk aku pandang. Sepertinya aku harus berterima kasih kepada Bunda, karena sudah melahirkan lelaki seperti mas Sakha.

Jari jemariku perlahan membelai lembut wajah mas Sakha, “Sayang” panggilku sepelan mungkin agar tidurnya tidak terusik. Gerakan pelan dari mas Sakha menandakan ia sudah mulai terbangun, sebagai istri yang baik tentu menyambut suami dengan mengecup pipi, kemudian turun ke pangkal hidungnya. Pangkal hidung, yang sering kali aku sebut perosotan.

Mas Sakha mulai meregangkan tubuhnya, lalu perlahan bangun untuk duduk mengatur posisi ternyamannya. “Mau kemana, sepagi ini. Hmm? ” tanya mas Sakha menangkup wajahku.

“Aku ada penggalangan dana mas, siap-siap dari tadi biar gak telat. Soalnya mau kumpul bareng organisasi lain juga bentar” jelasku. mas Sakha mengangguk paham, dan membawa wajahku semakin dekat dengan wajahnya “Cup” satu kecupan dibibirku. “Morning kiss” ujarnya dan tersenyum lebar memperlihatkan gigi ratanya. Mas Sakha hendak turun, namun aku mencekal tangan mas Sakha.

“Mas istirahat aja dulu, nanti aku berangkat bareng pak Arman. Tadi malam mas balik dari rumah sakit sudah larut, pasti tidurnya masih kurang ” ucapku, tidak tega melihat mas Sakha. Mas Sakha menggeleng pelan, namun aku tetep kekeh agar mas Sakha istirahat saja.

"Selesai penggalangan dana langsung pulang ya, jangan lama di luar. Mas kangen."

"Siap sayangku" balasku lalu mengecup bibir mas Sakha dan berlalu keluar.

✨✨

Terik sinar matahari, membuat pandanganku sedikit kabur.  Saat ini aku dan tim yang lain, menggalang dana di perempatan jalan raya. Revan datang membawa nasi bungkus, karena sedari tadi pagi aku belum makan. Revan ketua dari hmj keperawatan, kebetulan Revan dan aku satu tim juga.

Kami istirahat dibawah pohon, yang jaraknya lumayan jauh dari tempat kami penggalangan dana. Kami mulai membuka nasi bungkus masing masing. Kami fokus makan, sesekali diantara kami ada yang nyeletuk untuk bercanda.

Aku tersedak, ditengah canda tawa salah satu tim kami, yang ketawanya receh dan itu berhasil membuatku tersedak. Namun, dengan sigap Revan memberiku sebotol air minum.

Tatapan mata kami bertemu, segera aku mengalihkan pandangan. Ada mas Sakha, Sil. Batinku.
" Terima kasih, Van " ucapku.
" Oke , Sil " jawabnya dengan mengakat kedua bahunya.

Suamiku Dokter ( Tahap Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang