32

26.8K 1.5K 11
                                    


Di tengah acara yang diselenggarakan kerabat mas Sakha. Aku dan Angel hanya fokus dengan sajian di meja kami. Sedangkan mas Sakha, diseberang sana masih setia menyapa beberapa rekan kerjanya. 

Kedua kaki ku sudah terasa kesemutan, sejak tadi Angel duduk diatas pangkuan ku, tidak ingin duduk di kursi sebelah.

“Eh, itu kan Dokter Sakha Din, tumben dia gak ngajak kamu bareng?” suara wanita yang terdengar seperti ibu-ibu, membuatku seketika diam. Untuk mendengar lebih jelasnya, agar aku tidak salah dengar.

“ Iya, Ma. Kan dokter Sakha kesini bareng istrinya.” terdengar jawaban Dini.

telinga ku tidak salah mendengar, mereka menyebut mas Sakha. Dan suara itu, aku ingat. Itu suara Dini. Kenapa harus selalu, Dini, Dini dan Dini.

Setelahnya aku tidak mendengar pembicaraan ibu dan anak tersebut, karena mereka lebih dahulu menuju tempat tuan rumah berada.

Angel merebahkan kepalanya ke dadaku. Memegang jemari tanganku.

“ Ma, Angel mau pulang. Kepala Angel pusing ” Aku menatap wajah Angel, terlihat dari raut wajahnya. Angel tidak ceria seperti sebelumnya. Angel tidak bersemangat, sedari awal kami sampai. Angel terlihat tidak antusias melihat keramaian.

Aku mengangguk paham, kemudian berdiri dan membawa Angel untuk mencari mas Sakha.

Mas Sakha masih asik berbincang, sedangkan aku disini dengan tubuh sekecil ini menggendong Angel untuk mencari keberadaanya.

Ada satu bayangan dari belakang yang membuat fokusku tidak lagi ke mas Sakha, yaitu Dini dan Ibunya ada disana.

Mereka disana, ikut bergabung.

Angel memeluk leherku, dengan kuat, terasa suhu badannya semakin naik.

Ketika sudah hampir mendekati kerumunan mas Sakha. Terdengar suara diseberang sana.

“Gue kira Sakha bakalan nikah sama Dini, Tante ” celetuk seseorang yang berada disebelah mas Sakha.

“Tante juga, ngiranya begitu. Siapa tahu nanti, ada pernikahan jilid dua ya. Gimana, Ka? ” Tanya wanita tua dengan bibir merah yang melekat di bibirnya, sangat menunjang dengan perkataan yang tidak senonoh tersebut.

Dadaku terasa sedikit sesak, selain karena bobot berat badan Angel yang mulai membuat tubuhku akan tumbang, ditambah dengan kalimat yang keluar dari ibu sihir tersebut.

Niat hati datang menghadiri acara agar fikiran tidak terlalu lelah, malah makin kesini pulangnya bawa beban berat. Ditambah mas Sakha, hanya tersenyum menanggapi ucapan ibu Dini.

“Senangnya dalam hati, ayee ayeee..punya isteri dua ” kekeh seseorang yang ada di depan mas Sakha, dan meminum gelas berisi air ditangannya.

“Eh, emang Dini mau mau di madu? Terus Tante juga setuju? ”

“Tante sih gapapa, asal Sakha bersedia biayain keperluan Dini. Dini juga gak keberatan ” dengan nada entengnya Ibu Dini menjawab seperti itu.

Siapa yang akan mau di madu. Apakah Dini dan Ibunya gila. Atau lebih ke kegatelan, atau mungkin sebelum kesini tadi sempat kesambet macan tutul ditengah jalan.

Kalau emang gatel, biar nanti aku carikan penggaruk tajem, aku yang garukin biar berhenti gatel. Terus kalau ditengah jalan tadi, ternyata beneran mereka kesambet macan tutul, biar aku bantu cariin ustadz biar mereka di ruqyah bareng.

Aku memepercepat langkah kaki ku, semua orang berhenti bicara, dan semuanya menatap kearahku. Aku tersenyum sopan, lalu menunduk.

Siapa yang sangka, jika di dalam hatiku. Ingin ku garuk wajah semua yang menatapku saat ini, terutama mas Sakha.

Suamiku Dokter ( Tahap Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang