Seorang siswa laki-laki yang tak kalah tampannya tiba-tiba mengebrak salah satu meja yang ada di kantin.
Bruk ....
"Teman, lu kenapa sih, Tiba-tiba mengebrak meja. Dia kira, ini kantin punya bapaknya," ujar Jordi.
"Mana, gua tahu. 'Kan dari tadi, gua sama lu, bego," jawab Nazar.
"Enggak usah, emosi juga kali jawabnya."
"Siapa, yang emosi?" tanya Nazar.
"Cih, enggak usah so polos, ya," jawab Jordi.
Sabar, Zar. Enggak boleh lu tanggapi lagi, yang ada enggak akan selesai-selesai, ucapnya dalam hati.
"Dik, gua ke Bisma dulu," pamit Nazar.
"Pergi saja sanah ke teman lu, yang tukang bikin masalah," ujar Jordi yang tak ditanggapi oleh Nazar.
Sekedar info, Jordi memang tidak terlalu suka dengan Nazar dan teman-temannya. Entah alasannya apa, ia hanya tidak suka dengan orang yang selalu membuat kerusahan seperti Bisma dan Angga. Walau Nazar memang berbeda dengan teman-temannya, tapi karena Clara dekat dengan Nazar, membuat Jordi tidak suka padanya.
"Bis, lu kenapa si?" tanya Nazar saat ia sudah di depan Bisma.
"Tahu, tuh bocah. Gua lagi enak chattingan, eh tiba-tiba main gebrak meja saja. Untung, jantung gua enggak copot," jawab Angga, sedangkan orang yang ditanya malah hanya diam memperhatikan Dika dan Karin.
"Buat seluruh siswa dan siswi SMA Nusa Bangsa yang ada di kantin ini. Gua harap lu dengarkan apa yang mau bicarakan kali ini," ucap Bisma dan sontak saja semua orang langsung memperhatikannya.
"Gua cuman mau menjelaskan kepada kalian semua, bahwa Dika dan Karin tidak pacaran. Karena, Karin sebentar lagi akan jadi pacar gua," sambungnya, membuat orang yang ada di kantin kaget dibuatnya. Selebih lagi, Dika dan Karin.
"Apa-apaan si, lu hah?!" ujar Karin tak terima.
"Lu tuli, atau gimana, cantik? Perlu diperjelas lagi? Oke lah, kalau itu yang lu mau, gua akan bicara lebih jelas lagi," jawab Bisma dan menggemgam tangan gadis yang di depannya.
"Cattlina Karin Anthony, mau 'kah, kau menjadi pacarku?" tanya Bisma menatap manik mata hijau gadis yang tengah ia genggam.
"Bercanda lu, enggak lucu," sarkas Karin.
"Untuk hal ini, gua enggak bercanda. Gua benar sayang sama lu," ucapnya, mencoba menyakinkan gadis itu. Karin, menalaah setiap sudut wajah Bisma. Mencoba, mencari kebohongan, tapi nihil! Rawut wajahnya, menandakan dia serius dengan apa yang ia ucapkan barusan.
Murid yang ada di kantin menunggu jawaban dari bibir mungil gadis yang tengah menjadi pusat perhatian itu termasuk Dika. Sedangkan gadis yang menjadi pusat perhatian, tampak bingung, harus menjawab apa. Dan akhirnya ia memutusakn untuk ....
"Gua, enggak bisa jawab sekarang," ucapnya.
"Kenapa?"
"Karena, kita baru kenal."
"Hm, ya sudah kalau maunya seperti itu. Aku akan selalu menunggu, jawabanmu. Dan yang kamu harus tahu, aku tidak pernah sejahat itu, sampai bercanda perihal perasaan. Karena aku tahu, hati tidak untuk menjadi bahan lelucon," ujar Bisma, mengecup hangat tangan yang dari tadi ia genggam. Sontak hal itu, membuat perempuan yang melihat kejadiannya, histeris karena sikap manis yang Bisma berikan. Mungkin Bisma memang tukang onar, tapi sikapnya dalam memperlakukan orang yang ia cintai, membuat seorang Bisma menjadi idaman bagi seluruh siswi yang ada di SMA Nusa Bangsa ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Marindi
Teen FictionKarin dihadapkan dengan kenyataan bahwa lelaki yang sangat ia cintai, adalah anak dari wanita yang telah menghancurkan keluarganya. Di satu sisi, ia sangat mencintai Dika.Tapi disisi lain, ia tak bisa bersama dengan anak dari wanita yang telah meng...