"Ih, malu tahu," ujar Karin.
"Heee, sory. Aku, lupa," jawab Dika.
"Kak, kok mau si, sama dia. Cantik si, cuman sayangnya murahan," ujar siswi yang bernama Sofia.
"Maksud, kamu apa, ya?" tanya Dika.
"Tadi, dia diantar sama Bisma tahu," jawabnya.
"Diantar, bukan berarti pacaran," ujar Karin.
"Cih, alasan," ujar Sofia tidak suka.
"Iri, bilang aja kali. Enggak usah ngejelekkin orang lain," timpal Jordi.
"Iya, bener Kak. Iri pasti dia, enggak bisa dekat sama Kak Dika. Da akhirnya, malah ngejelekkin Karin," sambung Siska.
"Iri, sama dia? Maaf, ya. Bukan saingan gua," ujarnya, membuat Siska emosi.
"Lu, enggak punya kaca atau mata lu yang bermasalah? Lu, sama Karin itu kalah jauh, sayang. Tahu, bumi sama langit, kan?"
"Sudah-sudah, enggak usah buang tenaga, buat orang yang enggak penting," ujar Karin membuat Siska dan Jordi tersenyum puas. Sedangkan Sofia, bertambah emosi dibuatnya.
"Enggak usah ribut. Ingat apa yang saya ucapakan tadi pagi," sambung Dika.
Sofia yang merasa makin terpojok, lalu pergi dengan emosi."Kalau mau cari lawan, yang setara, ya. Biar, enggak malu," ucap Siska merendahkan.
"Bisa, aja lu," ujar Jordi.
"Hhh, Siska gitu."
"Gitu aja, bangga," ucap Karin, dan Siska menatapnya tak percaya. Dia sudah membelanya, dan itu yang ia dapatkan? Bukannya terima kasih. Untung, teman, gerutunya dalam hati.
"Langsung ke aula aja, yu. Sebentar lagi, dimulai," ujar Dika. Dan mereka pergi ke aula sekolah.
"Selamat siang, semuanya," sapa kepala sekolah.
"Siang, Pak," jawab seluruh muridnya.
"Nah, sampailah kita diacara terakhir kita yaitu, PERSAMI. Pesan Bapak untuk kalian semua, ikut apa yang diperintakan kakak kelas kalian. Dan, untuk kakak panitia, saya percayakan acara ini kepada kalian. Jaga mereka, kalau ada apa-apa langsung bilang ke pihak sekolah. Untuk kamu Dika. Saya harap, kamu bisa menjalakan tugasmu sebagai, ketua OSIS, saya titip mereka semua kepadamu," ujar kepala sekolah.
"Baik, Pak. Saya akan menjaga mereka semua. Insya Allah, semua acara akan berjalan sesuai apa yang telah direncakan sebelumnya," jawab Dika.
"Bapak percaya sama kamu. Mungkin itu saja yang Bapak dapat sampaikan. Dan ingat, jangan lupa kewajiban kalian sebagai umat muslim," sambung kepala sekolah lalu pergi.
"Nah, sebelum memulai acara, kita berdoa menurut kepercayaan masing-masing," ujar Dika.
"Acara pertama yaitu, apel pembukaan. Untuk itu, kalian saya kasih waktu 15 menit, untuk ganti pakaian pramuka. Jangan ada yang telat, atau kalian akan saya hukum," sambungnya, membuat adik kelasnya panik. 15 menit, ganti baju? Yang benar saja. Cari toilet di sekolah sebesar ini saja, sudah memakan waktu, apalagi ditambah mereka harus ganti pakaian. Lalu, mereka semua lari, untuk menuju toilet yang entah di mana.
"Karin!" teriak Siska.
"Iya, kenapa?"
"Lu, tahu toilet di mana?" tanyanya.
"Kalau gua tahu, enggak mungkin gua diam di sini," jawab Karin.
"Yah, terus gimana?"
"Ya, carilah," jawab Karin lalu pergi mencari toilet. Dika yang melihat gadisnya tampak bingung, ingin rasanya ia membantunya. Tapi, dia harus bersikap adil. Setelah hampir 10 menit, akhirnya Siska dan Karin, menemukkan toilet.
KAMU SEDANG MEMBACA
Marindi
Teen FictionKarin dihadapkan dengan kenyataan bahwa lelaki yang sangat ia cintai, adalah anak dari wanita yang telah menghancurkan keluarganya. Di satu sisi, ia sangat mencintai Dika.Tapi disisi lain, ia tak bisa bersama dengan anak dari wanita yang telah meng...