Two

803 98 5
                                    

Permainan dimulai.

Sudah 30 menit Hermione berada di dalam lift barang dan sekarang ia merasa bosan. Ia memutuskan untuk membuka pintu lift barang untuk mengintip. Tidak ada orang, kesempatan bagus. Karena merasa lelah menenteng sepasang sepatu hak yang tingginya 10 cm itu, maka ia tinggalkan sepatu hak tersebut di dalam lift barang. Masa bodoh jika nanti ada yang melihatnya. Yang harus ia lakukan sekarang adalah mencari persembunyian lain.

Hermione berjalan menuju kamarnya dengan mengendap endap, takut ketahuan. Ia masih setia menjinjing gaun pernikahannya yang wah itu.

Hermione sampai di depan kamar bertepatan dengan seseorang yang masuk ke dalam lorong tepat dimana kamar Hermione berada.

Hermione sedikit kalut. Ia masuk ke dalam kamar dan bersembunyi di bawah kasur. Bodoh memang. Untuk saat ini, ia tak berfikir jangka panjang. Ia sudah pasrah. Suara tawa nyaring milik seorang perempuan terdengar ketika pintu mulai terbuka perlahan.

"Hello, dear. Aku tahu kau pasti disini..." Demi Merlin! Hermione sangat mengenali suara menyeramkan ini. Pemilik suara ini adalah Bellatrix. Hermione tersenyum pasrah. Ia sudah pasti kalah.

Toh, kalaupun kalah, ia tak akan diapa apakan, 'kan?

Pop!

Bersamaan dengan langkah Bellatrix yang mendekat ke arah kasur, seorang peri rumah muncul. Bellatrix yang melihat kejadian itu pun terkaget.

"Crucio!"

Hermione melebarkan matanya ketika mendengar suara Bellatrix yang merapalkan mantra dan suara rintihan peri rumah. Apakah mereka memakai tongkat? Bahkan Bellatrix sampai memakai mantra Crucio? Apa permainan ini sebenarnya?

Hermione semakin gelisah ketika tiga orang lainnya datang. Sepertinya itu Narcissa, Lucius dan Rodolphus. Sebab Hermione tidak mendengar suara Draco.

"Demi salazar, Bella! Itu peri rumah, apa kau buta? Apa ia terlihat seperti memakai gaun putih panjang dengan sanggul rambut!? Uh, seharusnya aku tak mengizinkanmu meminum wine tadi." Narcissa menghela nafasnya kasar.

"Oh, maafkan aku. Sepertinya aku terlalu banyak meminum wine."

"Sudahlah, cepat temukan gadis itu sebelum pagi tiba. Aku tak sudi keluarga Malfoy memiliki keturunan Mudblood." Pernyataan dari Rodolphus mencelos hati Hermione. Benar bukan? Selama ini keluarga Malfoy tidak menerimanya karena status darahnya. Ternyata perang tak mengubah banyak bagi mereka.

Mereka berempat keluar dari kamar Draco, namun Hermione tak bisa bernafas lega begitu saja. Banyak hal yang masih di pertanyakan di kepalanya tentang permainan 'Hide and Seek'  ini.

Hermione keluar dari bawah kasur menuju meja rias. Jika memang mereka semua menggunakan tongkat demi mengincar Hermione, maka Hermione juga harus mengambil tongkatnya. Seingatnya, tongkatnya itu diletakkan di meja rias kamar ini. Namun kemana kah tongkat itu sekarang!?

Sungguh, keluarga Malfoy begitu licik.

Jelas saja mereka menyita tongkatmu, Hermione bodoh. Keluarga Malfoy tahu dengan jelas siapa Hermione. Pahlawan perang. Mereka harus bertindak curang untuk menang. Sialan! Hermione terus merutuk dalam hati.

Jam menunjukkan pukul 01.08. Mengapa waktu terasa begitu lambat? Ia harus mencari Draco dan meminta kejelasan dari pria itu. Hermione berjalan menuju pintu keluar. Di putarnya knop pintu perlahan dan seseorang telah menunggu di depannya.

"Demi Godric! Kau mengagetkan ku, Drake!" protes Hermione yang tak lebih dari sebuah bisikan. Tentu saja Hermione tak boleh bersuara jika ia masih menyanyangi nyawanya. Draco tidak menjawab. Ia membawa Hermione kembali ke dalam kamar. Di tutup pintunya perlahan dan dikuncinya. Draco mengusap wajahnya frustrasi.

"What the hell is this game, Draco!? Apakah mereka semua ingin aku mati karena seorang Mudblood sepertiku dinikahi oleh seorang Malfoy sepertimu!?" Bisik Hermione putus asa. Ia ingin teriak, tapi ia tahu diri.

"Ini yang kutakutkan. Malfoy memilik tradisi 'Hide and Seek'. Namun kau tahu, bukan Hide and Seek biasa. Mereka menggunakan tongkat dan mantra mantra berbahaya. Jika kau bisa lewati, kau bisa diterima. Namun jika tidak..."

"Jika tidak, apa, Draco?"

"Kau akan mati." ucapan Draco sukses menbuat Draco membelalakkan kedua matanya. Mulutnya terbuka lebar tak percaya. Begitu rumit nya kah keluarga Malfoy?

"Tenang, Mione—"

"Tenang? Kau menyuruhku tenang disaat kondisi seperti ini?! Kau gila, Malfoy."

"Begini, Hermione. Aku mencintaimu. Aku berada di sisimu. Aku sudah muak dengan keluargaku. Kita hadapi ini bersama, okay?"

"Okay. Sekarang, katakan padaku. Dimana tongkatku, Draco?"

"Dengar, aku tahu dimana tapi maaf aku tak bisa mengambilkannya untukmu. Mereka akan curiga padaku. Tapi aku akan bantu untuk mengalihkan perhatian mereka."

"Dimanakah itu?"

"Di ruang kerja ayahku. Di lantai 2 Manor, sebelah kiri. Kau bisa menggunakan tangga yang berada di pojok. Berjanjilah padaku kau akan baik baik saja." Hermione mengangguk mengerti. Draco menatap Hermione sendu.

"I love you, 'Mione." Draco mengecup bibir Hermione. Hanya kecupan yang keduanya nikmati sesaat sebelum mereka harus berperang melawan para Malfoy.

"Aku keluar terlebih dahulu. Setelah itu baru kau, mengerti?"

Draco mengendap keluar kamar begitu juga Hermione setelahnya. Tujuannya sekarang adalah ruang kerja Lucius. Ia menaiki tangga dengan hati hati. Persetan dengan gaunnya yang begitu indah, Hermione merobeknya hingga selutut. Hal ini membuatnya lebih leluasa untuk berjalan ataupun berlari.

Sedikit lagi. Ia sudah berada di lorong tempat ruang kerja Lucius berada. Namun saat ia ingin memutar knop pintu ruang kerja Lucius, pintu lorong kembali terbuka.

Rodolphus disana.

To be continued.

⋇⋆✦⋆⋇⋆✦⋆⋇

haii !!

gimana nih ?

nahlo , gimana tuh . ternyata bukan hide and seek biasa . bellatrix aja sampe pake crucio . doain aja hermione selamat sampe akhir yaa hehe .

jangan lupa vote & comment yaa !!

STUCK [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang