Bulan mulai menampakan atensinya, tanda perpisahan akan dimulai. [Name] terduduk di kasur sambil memeluk lutut, ia tidak mau melihat kepergian Conny. Walaupun [Name] tidak terlalu dekat dengan anak itu, ia tetap merasakan sesak di dadanya saat melihat anak panti pergi.
Suara tangisan Conny dan anak-anak lainnya terdengar ke telinga [Name], namun itu sama sekali tak membuat [Name] beranjak dari kasur, meski hanya satu milimeter.
Saat suara anak-anak mulai tidak terdengar, [Name] mulai bangkit, berniat untuk pergi ke dapur untuk mengambil air minum karena tenggorokannya mulai kering.
Baru saja ia menapakkan kakinya di pintu dapur, Emma tak sengaja menyenggol badan [Name]. Senggolan itu membuat [Name] terhuyun dan hampir jatuh jika Norman tidak menarik tangannya.
[Name] memposisikan dirinya untuk berdiri tegak sambil mengusap dadanya sendiri karena terkejut.
"Terima kasih, Norman. Dan untuk Emma, kenapa kamu berlari?"
"Itu... Little Bunny milik Conny ketinggalan. Aku dan Norman berniat mengantarkannya kepada Conny. Ayo ikut kami, [Name]. Kamu belum menyampaikan salam perpisahan pada Conny bukan?"
Emma menarik lengan [Name], gadis itu hanya menurut tanpa melawan sedikitpun. Ujung mata [Name] bersitatap dengan Ray.
'Apa yang Ray lakukan? Kenapa dia menatap kami seperti itu?' [Name] bertanya-tanya dalam hatinya, merasa sedikit curiga pada Ray meski ia sendiri tidak tahu apa penyebabnya.
xxx
[Name], Emma, dan Norman telah sampai di gerbang. Namun, mereka agak ragu memasukinya.
"Apapun yang terjadi jangan pernah mendekatinya." [Name] bergumam.
"Aku tahu itu, kita pikirkan akibatnya nanti saja, ayo!" ajak Norman, membuat Emma dan [Name] mengangguk dan mengikuti langkah si albino.
Sunyi. Hanya kata itu yang bisa dengan tepat mendeskripsikan isi gerbang. Ketiga anak itu memperhatikan sekitar, lantas terhenti pada objek yang sama, sebuah mobil.
"Apa ini mobil yang dinaiki Conny? Baru kali ini aku melihat mobil." ucap Emma lugu, wajahnya terpana melihat mobil itu.
Menghiraukan ucapan Emma, pandangan [Name] malah tertuju pada banyaknya pintu yang berada di dalam gerbang.
'Aneh, kenapa ukuran setiap pintu berbeda?' batin [Name] bertanya-tanya.
Lamunan [Name] buyar saat mendengar suara benda jatuh. Ia melihat ke arah Emma, menemukan gadis itu sedang memasang ekspresi ketakutan.
"N-Norman... [N-Name]..." Panggil Emma lirih sambil terbata-bata.
[Name] dan Norman berpandangan sebentar lalu mengangguk bersamaan, mereka memutuskan untuk menghampiri Emma. Tangan Norman membuka tirai yang menutupi bagian belakang mobil, dan pemandangan di sana membuat ketiganya terdiam dengan tubuh kaku dan mata membulat.
Di sana, terdapat Conny yang tengah terbujur kaku dengan tubuh pucat seperti kehabisan darah. Di jantungnya terdapat bunga merah yang menancap.
KAMU SEDANG MEMBACA
Equanimity [TPN x Reader] - [Sedang Direvisi]
Fanfic[Sedang Direvisi] Equanimity memiliki arti tetap tenang meski berada di dalam tekanan. High Rank : #2 in Thepromisedneverland - 240421 #45 in xreader - 161221 #1 in Conny - 080821 #1 in Phil - 080821 #1 in No - 200821 #70 in Readerinsert - 271121 #3...