Chapter 1 - [Sudah Direvisi]

4.8K 581 42
                                    

"[Name], bangun!"

Mata [e/c] sang gadis perlahan terbuka ketika merasakan pipinya ditepuk pelan. Matanya menangkap seorang anak laki-laki kecil berkulit kecoklatan sedang tersenyum di samping kasurnya.

"Phil..." [Name] bergumam pelan lalu mendudukkan dirinya.

"Selamat pagi, [Name]! Mama menyuruhku membangunkanmu." Phil berucap dengan semangat. Bibirnya tersenyum lebar ketika ia berhasil membangunkan sang gadis.

[Name] mengelus kepala Phil lembut dan tersenyum.

"Selamat pagi juga, Phil. Terima kasih telah membangunkanku."

Senyum Phil semakin melebar ketika merasakan kepalanya dielus.

"Karena [Name] sudah bangun, aku mau membangunkan Norman, ya?"

[Name] menganggukkan kepalanya.

"Pergilah."

Phil memasang pose hormat lalu berlari menuju kamar Norman, [Name] hanya tertawa kecil melihat itu. [Name] berdiri dan mulai merapikan kasurnya, lalu berjalan ke kamar mandi sambil tersenyum.

"Semoga hari ini menjadi hari yang baik."

×××

[Name] memasuki ruang makan sambil mendorong sebuah troli berisi makanan, matanya menangkap Ray dan Emma yang sedang bertengkar kecil, lebih tepatnya Ray yang sedang mengejek Emma.

"Sudahlah Ray, jangan terlalu mengejek Emma." Ucap [Name] sambil mendorong troli ke arah mereka.

"Selamat pagi, [Name]." Sapa Norman sambil tersenyum manis.

"Selamat pagi juga, Norman." [Name] balik tersenyum.

"Huwaa... [Name]!! Kamu memang orang yang paling mengerti aku!!" Seru Emma sambil pura-pura menangis, [Name] mengusap kepala Emma pelan.

Ray tampak ingin mengatakan sesuatu sebelum mama datang sambil tertawa pelan.

Emma melepaskan pelukannya dan mulai merengek.

"Mama juga ikut-ikutan?"

[Name] menggelengkan kepalanya pelan, lalu menoleh ke arah Ray yang cemberut.

"Selamat pagi, Ray. Kalau kamu terus cemberut seperti itu, kamu akan cepat tua lho." Goda [Name] dan mendorong trolinya lebih cepat, menghindari amukan Ray sambil tertawa.

×××

Semua anak telah duduk rapi di kursi meja makannya masing-masing. Mama membunyikan lonceng, membuka acara sarapan seperti biasanya.

"Selamat pagi, anak-anakku yang manis. Mari kita bersyukur karena kalian, 39 bersaudara masih bisa hidup di sini dengan bahagia. Selamat makan."

"SELAMAT MAKAN!!"

[Name] serta anak-anak yang lain mulai memakan sarapan dengan lahap.

×××

Tangan [Name] dengan cepat menjawab tes soal di hadapannya, otaknya berkonsentrasi secara penuh menyaring soal dan menemukan jawabannya. [Name] mengeluarkan nafas lega ketika berhasil menjawab semua soalnya tepat ketika waktu habis.

"Kalau begitu mama akan membacakan hasilnya, ya."

"Norman, Ray, Emma, [Name]. Kalian berempat hebat, lagi-lagi sempurna! Kalian mendapatkan full score lho!" sambung mama antusias.

Emma berteriak bangga, sementara anak-anak lain hanya mengeluarkan suara tak percaya.

"Mereka berempat memang beda ya?" Celetuk seorang anak.

"Si jenius yang memiliki otak terbaik, Norman. Dan yang bisa bersaing dengan si jenius itu, si pintar, Ray. Seseorang dengan kemampuan fisik luar biasa sehingga bisa disandingkan dengan mereka, Emma. Dan sosok lemah lembut yang tenang di setiap situasi, [Name]."

"Level keempat anak itu katanya belum pernah ada sebelumnya, karena itulah mama sangat bangga kepada mereka."

Merasa kesal dengan ucapan anak-anak lain yang memuji-muji Norman,Don akhirnya berdiri dan menunjuk si surai salju.

"Norman, aku menantang mu bermain kejar-kejaran!" Ucapnya geram. 

[Name] hanya menggelengkan kepala, merasa terbiasa dengan hal seperti itu, sedangkan Norman membalasnya dengan senyuman.

xxx

[Name] menyembunyikan dirinya di dahan sebuah pohon yang berdaun lebat dekat rumah, tangannya membuka buku, melanjutkan bacaan yang tertunda dengan santai. Sesekali [Name] melihat ke arah anak-anak yang berhasil Norman tangkap. Ia mengangkat bahu tak peduli dan melanjutkan bacaannya.

Terlalu asyik membaca buku, [Name] tetap tidak menoleh meski bahunya ditepuk pelan.

"Nanti saja, aku sedang dalam bagian yang seru." Gerutunya.

Telinganya mendengar sebuah kekehan kecil sebelum seseorang akhirnya berbisik di telinganya.

"[Name], kamu tertangkap."

[Name] hampir saja terjatuh dari atas pohon jika seseorang tidak menahannya. Gadis itu menoleh kepada pelaku kejadian tersebut dan mendapati Norman sedang tersenyum penuh kemenangan.

×××

[Name] yang baru saja datang langsung disambut dengan keluhan frustasi Emma.

"Huwaa... Lagi-lagi aku tertangkap, kenapa sih?" Rengek Emma sambil memukuli rumput yang sedang ia tiduri.

"Sebel banget."

[Name] duduk di samping kiri Ray, bersandar di pohon sambil mendengarkan obrolan mereka.

"Aku mau tanya." Ucap Ray yang berhasil menarik perhatian Emma.

"Apa yang dimiliki Norman, tapi tidak kamu miliki?"

Emma terdiam sebentar.

"Kemampuan merencanakan? Ketenangan? Kemampuan otak yang luar biasa?" jawabnya yang malah terdengar seperti pertanyaan.

"Jawabannya adalah strategi, Emma." [Name] membuka suaranya.

Ray mengangguk.

"[Name] benar. Kalau masalah kemampuan fisik, kamu memang lebih unggul. Tapi, ininya Norman itu lebih kuat." Ray menunjuk kepalanya sendiri.

"Kejar-kejaran adalah permainan adu strategi." lanjutnya.

"Padahal kan cuma kejar-kejaran." Emma menggembungkan pipinya.

"Sama seperti catur, namun kejar-kejaran memakai seluruh tubuh untuk bergerak, benarkan?" [Name] memeluk lututnya sendiri.

"Ya, begitulah. Tapi dibandingkan diriku, Ray jauh lebih pintar dalam mengatur strategi." Norman menjawab pertanyaan [Name].

"Kamu menganggapku berlebihan." ujar Ray.

"Membaca pergerakan lawan ya?" Emma menunduk, memikirkan ucapan Ray.

"Tapi kalau dibandingkan mama, kita masih belum seberapa ya." Norman berkata.

"Benar juga sih, kita bahkan belum pernah sekalipun mengalahkan mama dalam bermain catur." Balas Emma sambil tersenyum lebar.

"Iya, aku kesal karena kalah berkali-kali ketika melawan mama."

[Name] mengerutkan alisnya, memasang wajah ngambek. Norman tersenyum memaklumi, sedangkan Ray tidak berkata apa-apa.

To Be Continued

Tanggal dibuat : 08 maret 2021

Tanggal Revisi : 23 Maret 2023

Equanimity [TPN x Reader] - [Sedang Direvisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang