Keseharian Yuga kini diisi dengan mengurus si kecil. Ia mengambil sedikit cuti dari pekerjaannya. Yuga tidak ingin menitipkan anak-anaknya pada orang lain atau merekrut pembantu sebab Yuga ingin membesarkan kecilnya dengan dirinya sendiri. Beberapa waktu, Sakura dan Tanari akan datang berkunjung untuk menengok cucu-cucunya. Terlebih, satu dari mereka memang harus diberi perhatian ekstra.
Kabar mengenai kelahiran anak hasil ramalan itu tentu saja menyebar. Beruntungnya tidak menyebar seburuk yang Tanari kira. Tentunya sebab pamor keluarga Ryomen yang telah lama turun. Juga sebab usaha Tanari untuk melindungi darah-darah keturunannya sebaik mungkin.
Kini Yuuji dan Sukuna sudah berusia empat bulan. Perkembangan keduanya benar-benar baik. Yuuji tumbuh menjadi anak yang super aktif. Ia suka tertawa akan hal-hal kecil yang dilakukan Yuga namun juga kerap kali menangis. Sementara adiknya, Sukuna, ia menjadi anak yang lebih tenang. Ia jarang menangis. Yuga pikir Sukuna sudah puas hanya dengan melihat Yuuji yang begitu sering menangis.
"Yuuji, ayo buka mulutmu. Aaa," Yuga mengarahkan dot susu.
Naas, Yuuji malah menolehkan kepalanya. Tidak habis ide, Yuga mengikuti setiap tolehan Yuuji. Bagaimanapun mulutnya harus terbuka.
Hampir setengah jam Yuga meladeni Yuuji supaya dia tidak kekurangan gizi. Kerap kali Yuga terlihat sangat frustasi ketika mengatasi anaknya yang satu ini. Berbeda dengan Sukuna. Ia seribu kali lebih anteng ketika diberi susu. Rasanya Yuga diberi sedikit angin segar dari peliknya mengasuh anak ketika berhadapan dengan Sukuna. Makanya, Yuga menerapkan strategi sabar-sabar dahulu bersantai ria kemudian dalam merawat anak-anaknya. Alias mengurus Yuuji baru mengurus Sukuna.
Setengah jam berlalu. Botol dot anaknya sudah kosong. Yuga membawa dot-dot tersebut untuk dicuci.
Yuuji dan Sukuna kemudian dibaringkan di kasur. Tangan-tangan dan kaki-kaki kecil itu tidak berhenti bergerak.
Sukuna dari samping menoleh ke kakaknya. Dilihatnya Yuuji sedang berusaha meraih mainan gantung.
Sukuna terkesiap.
Telunjuk Yuuji berhasil menyentuh ujung mainan itu. Ia tertawa kecil, seperti mendapat harapan seluruh tangannya bisa menyentuhnya.
Beberapa waktu lamanya terus seperti itu. Kemudian Yuuji merasa kesal. Ternyata ia tak kunjung meraih mainan di atasnya.
Ia hampir menangis tatkala tangan mungil menyentuh pipinya dari samping. Sukuna mencoba menarik perhatiannya.
Yuuji menoleh. Ditemukannya Sukuna sedang tersenyum sambil menepuk-nepuk wajah Yuuji. Yuuji ikut tertawa bersama adiknya. Menampakkan gusi ompong yang akan ditumbuhi gigi segera. Ia membalas dengan menepuk rambut adiknya.
Keduanya terus seperti itu sampai Yuga datang untuk melerai. Menggendong Yuuji di tangan kanan dan Sukuna di tangan kiri. Pikirnya bayi-bayi kecil ini telah membangun dendam. Ia tahu anak kembar banyak bertengkarnya. Tapi ia tidak mengira pertengkaran itu akan terjadi sedini ini.
Dari seberang tangan ayahnya, Yuuji dan Sukuna saling tatap. Keduanya masih menikmati euforia tadi. Masih berusaha meraih satu sama lain.
Kembar kecil ini tahu, ikatan spesial telah terbangun di antara mereka. Ikatan yang berhasil lolos dari ramalan leluhur.
Ting tong
Yuga membawa anak-anaknya keluar kamar.
Tamunya, Tanari dan Sakura, sudah berada di ruang tamu. Mereka memang membawa duplikat kunci rumah Itadori sehingga bisa masuk kapanpun.
Melihat cucu-cucunya di gendongan Yuga, Sakura berjalan cepat untuk meraih salah satunya. "Yuuji, cucuku. Bagaimana kabarmu, hm?"
Yuuji yang masih terpaku pada Sukuna terkejut ketika mendengar suara neneknya. Tapi sedetik kemudian ia tertawa. Perhatiannya teralihkan penuh pada syal Sakura.

KAMU SEDANG MEMBACA
Pattern.
FanfictionPada dasarnya Yuuji tidak pernah mengerti kenapa leluhur menurunkan hal-hal yang tidak bisa mereka selesaikan pada keturunannya. Tapi sedikitnya ia paham, hal yang diturunkan leluhurnya kali ini adalah miliknya yang paling berharga. cast ©Gege Akut...